Senin, 23 Maret 2009

Gairah Tanteku di Warungnya

Cerita ini berawal pada tahun 1997 dan kejadian itu terjadi di rumah istri om-ku. Om-ku
itu bekerja pada bidang marketing, jadi kadang bisa meninggalkan rumah sampai satu
minggu lamanya, dan untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka berdua bersama tiga
anaknya yang masih kecil, mendirikan sebuah warung di depan rumah. Tanteku itu
orangnya lumayan menarik dengan postur tubuh setinggi 170 cm dengan ukuran dada
34B, berumur kira-kira 29 tahun. Sebenarnya dulu aku suka sekali melihat tubuh mulus
tanteku, secara tidak sengaja ketika dia sedang mandi karena memang di tempat kami
kamar mandi pada saat itu atasnya tidak tertutup genteng dan tanpa berpintu, jadi kalau
ada yang mandi di situ hanya dengan melampirkan handuk di tembok yang menjadikan
tanda bahwa kamar mandi sedang dipakai.

Tidak sampai di situ saja, kadang tanteku ini suka memakai baju tidur yang model
terusan tipis tanpa memakai BH dan itu sering sekali kulihat ketika di pagi hari. Apalagi
aku sering sekali bangun pagi sudah dipastikan tanteku sedang menyapu halaman depan
dan itu otomatis ketika dia menunduk menampakkan buah dadanya yang lumayan besar
dan montok. Hal ini dilakukan sebelum dia menyiapkan keperluan sekolah anaknya,
kalau om-ku biasanya tidak ada di rumah karena sering bertugas di luar kota selama
empat hari. Pernah aku melamunkan bagaimana rasanya jika aku melakukan
persetubuhan dengan tanteku itu, namun akhirnya paling-paling kutumpahkan di kamar
mandi sambil ber-onani. Rupanya anga-anganku itu dapat terkabul ketika aku sedang
menumpang nonton TV di rumah tanteku pada siang hari dimana ketiga anaknya sedang
sekolah dan om-ku sedang bertugas keluar kota pada pagi harinya.

Kejadian itu terjadi ketika aku sedang menonton TV sendirian yang bersebelahan dengan
warung tanteku. Ketika itu aku ingin mengambil rokok, aku langsung menuju ke sebelah.
Rupanya tanteku sedang menulis sesuatu, mungkin menulis barang belanjaan yang akan
dibelanjakan nanti.
"Tante, Diko mau ambil rokok, nanti Diko bayar belakangan ya!" sapaku kepada tanteku.
"Ambil saja, Ko!" balas tanteku tanpa menoleh ke arahku yang tepat di belakangnya
sambil meneruskan menulis dengan posisi membungkuk. Karena toples rokok ketengan
yang akan kuambil ada di sebelah tanteku tanpa sengaja aku menyentuh buah dadanya
yang kebetulan tanpa memakai BH. "Aduh! hati-hati dong kalau mau mengambil rokok.
Kena tanganmu, dada tante kan jadi nyeri!" seru tanteku sambil mengurut-urut kecil di
dadanya yang sebelah samping kirinya. Namun karena tidak memakai BH, nampak
dengan jelas pentil susu tanteku yang lumayan besar itu. "Maaf Tan, aku tidak sengaja.
Begini aja deh Tan, Diko ambilin minyak supaya dada Tante tidak sakit bagaimana!"
tawarku kepada tanteku. "Ya sudah, sana kamu ambil cepat!" ringis tanteku sambil masih
mengurut dadanya.

Dengan segera kuambilkan minyak urut yang ada di dalam, namun ketika aku masuk
kembali di dalam warung secara perlahan, aku melihat tante sedang mengurut dadanya
tapi melepaskan baju terusannya yang bagian atasnya saja. "Ini Tante, minyak urutnya!"
sengaja aku berkata agak keras sambil berpura-pura tidak melihat apa yang tanteku
lakukan. Mendengar suaraku, tanteku agak terkejut dan segera merapikan bagian atas
bajunya yang masih menggelantung di bagian pinggangnya. Tampak gugup tanteku
menerima minyak urut itu tapi tidak menyuruhku untuk lekas keluar. Tanpa membuang
kesempatan aku langsung menawarkan jasaku untuk mengurut dadanya yang sakit,
namun tanteku agak takut. Pelan-pelan dengan sedikit memaksa aku berhasil
membujuknya dan akhirnya aku dapat ijinnya untuk mengurut namun dilakukan dari
belakang.

Sedikit demi sedikit kuoleskan minyak di samping buah dadanya dari belakang namun
secara perlahan pula kumemainkan jariku dari belakang menuju ke depan. Sempat kaget
juga ketika tanteku mengetahui aksi nakalku. "Diko! kamu jangan nakal ya!" seru tanteku
namun tidak menepis tanganku dari badannya yang sebagian ditutupi baju. Mendapati
kesempatan itu aku tidak menyia-nyiakan dan secara aktif aku mulai menggunakan kedua
tanganku untuk mengurut-urut secara perlahan kedua bukit kembar yang masih ditutupi
dari depan oleh selembar baju itu. "Ohh.. oohh.." seru tanteku ketika tanganku sudah
mulai memegang susunya dari belakang sambil memilin-milin ujung susunya. "Jangan..
Diko.. jang.." tante masih merintih namun tidak kuacuhkan malah dengan sigap
kubalikkan tubuh tanteku hingga berhadapan langsung dengan diriku. Kemudian dengan
leluasa kumulai menciumi susu yang di sebelah kiri sambil masih mengurut-urut susu di
sebelahnya. Kemudian aku mulai mencucupi kedua puting susunya secara bergantian dan
tanteku mulai terangsang dengan mengerasnya kedua susunya.

Tidak sampai di situ, rupanya tangan tanteku mulai menjelajahi ke bawah perutku
berusaha untuk memegang kemaluanku yang sudah dari tadi mengencang. Ketika dia
mendapatkannya secara perlahan, dikocok-kocok batang kemaluanku secar perlahan dan
tiba-tiba tanteku mengambil sikap jongkok namun sambil memegang kemaluanku yang
lamayan panjang. Untuk diketahui, batang kemaluanku panjangnya kurang lebih 20 cm
dengan diameter 3,5 cm. Tanteku rupanya sedikit terkejut dengan ukuran kemaluanku
apalagi sedikit bengkok, namun dengan sigap tapi perlahan tanteku mulai mengulum
kemaluanku secara perlahan dan semakin lama semakin cepat. "Ah.. ah.. ah.. yak..
begitu.. terus.. terus.." erangku sambil memegangi kepala tanteku yang maju mundur
mengulum batang kemaluanku. Kemudian karena aku sudah tidak tahan, tubuh tante
kuangkat agar duduk di pinggir meja dimana tadi dia menulis, dan dengan sedikit gerakan
paha tanteku kupaksa agar meregang. Rupanya tanteku masih mengenakan CD dan
dengan perlahan kubuka CD-nya ke samping dan terlihatlah gundukan kemaluannya yang
sudah basah.

Secara perlahan kuciumi kemaluan tanteku dan kumain-mainkan klirotisnya. "Ah.. ahh..
Diko, Tante mau keluuaarr.." Beberapa saat kemudian rupanya tanteku akan mengalami
orgasme, dia langsung memegangi kepalaku agar tetap di belahan kemaluannya dan
kemudian mengeluarkan cairan surganya di mulutku, "Crett.. crett.. cret.." mulutku
sampai basah terkena cairan surga tanteku. Kemudian tanteku agak lemas namun masih
kujilati kemaluannya yang akhirnya membangkitkan nafsu untuk bersetubuh denganku.
Kuangkat tubuh tante ke bawah warung, dan dengan sedikit agak keras aku dapat
merubah posisinya menelentang di depanku, kubukakan semakin lebar kedua kakinya
dan mulai kuarahkan ujung kemaluanku ke mulut lubang kemaluannya. Agak susah
memang karena memang aku agak kurang berpengalaman dibidang ini namun rupanya
tanteku dapat memahaminya. Dengan sabarnya dituntunnya ujung kemaluanku tepat di
lubang kemaluannya. "Pelan-pelan ya, Diko!" lirih tanteku sambil menggenggam
kemaluanku.

Ketika baru masuk kepala kemaluanku tanteku mulai agak meringis tetapi aku sudah
tidak kuat lagi dengan agak sedikit paksa akhirnya kemaluanku dapat masuk seluruhnya.
"Diko.. akh.." jerit kecil tanteku ketika kumasukkan seluruh batang kemaluanku di dalam
lubang kemaluannya yang lumayan basah namun agak sempit itu sambil merapatkan
kedua kakinya ke pinggangku. Perlahan aku melakukan gerakan maju mundur sambil
meremas-remas dua susunya. Hampir tiga puluh menit kemudian gerakanku makin lama
main cepat. Rupanya aku hampir mencapai puncak. "Tan.. aku.. aku mauu.. keluar.."
bisikku sambil mempercepat gerakanku. "Dikeluarkan di dalam saja, Dik!" balas tanteku
sambil menggeleng-gelengkan kecil kepalanya dan menggoyangkan pantatnya secara
beraturan. "Tan.. aku.. keluarr.." pekikku sambil menancapkan kemaluanku secara
mendalam sambil masih memegangi susunya. Rupanya tanteku juga mengalami hal yang
sama denganku, dia memajukan pantatnya agar kemaluanku dapat masuk seluruhnya
sambil menyemburkan air surganya untuk ketiga kalinya. "Cret.. cret.. cret.." hampir lima
kali aku memuntahkan air surga ke dalam lubang kemaluan tanteku dan itu juga di
campur dengan air surga tanteku yang hampir berbarengan keluar bersamaku. "Cret..
cret.. cret.. ahh.." tanteku melengkungkan badannya ketika mengeluarkan air surga yang
dari lubang kemaluannya.

Akhirnya kami tergeletak di bawah dan tanteku secara perlahan bangun untuk berdiri
sambil mencoba melihat kemaluannya yang masih dibanjiri oleh air surga. "Diko! kamu
nakal sekali, berani sekali kami berbuat ini kepada Tante, tapi Tante senang kok, Tante
puas atas kenakalan kamu," bisik tanteku perlahan. Aku hanya bisa terseyum, sambil
menaikkan kembali celanaku yang tadi dipelorotkan oleh tanteku. Tanteku akhirnya
berjalan keluar, namun sebelum itu dia masih menyempatkan dirinya untuk memegang
kemaluanku yang lumayan besar ini.

Inilah pengalamanku yang pertama, dan sejak itu kami kadang mencuri waktu untuk
mengulangi hal tersebut, apalagi jika aku atau tanteku ingin mencoba posisi baru dan
pasti ketika Om-ku dan anak-anak tanteku berangkat sekolah. Sekarang hal itu sudah
tidak kulakukan lagi karena tanteku sekarang ikut Om-ku yang mendapat tugas di daerah.

Untuk saudara-saudara sekalian yang mau membutuhkan jasaku bisa anda hubungiku
lewat e-mail yang ada di sini asalkan anda adalah wanita tulen, kalau bisa seperti tanteku.

TAMAT

Tidak ada komentar: