Minggu, 10 Juli 2016

Pelet Tukang Bangunan

Pagi itu seperti biasa aku bangun lebih pagi dari mas Erwin, kusiapkan sarapan meski hanya beberapa lembar roti dan selai dan segelas kopi hitam hangat sebelum ia berangkat kerja. Begitu ia selesai berpakian ia pun sarapan dengan santai nya ditemani olehku. Sebelum tak lupa mas erwin mencium keningku mesra diiringi senyumnya yang hangat dan pergi pagi-pagi sekali mengejar kereta ke tempat ia bekerja.
Begitulah keseharian kami berdua. Sudah 3 tahun lamanya kami menikah. Bermodal tabungan dan sedikit bantuan orangtua kamipun bisa angkat kaki dari “Pondok Mertua Indah” dan mencicil rumah mungil di luar kota jakarta sebagai tempat tinggal kami. Sehari-hari aku bekerja di rumah sebagai ibu rumah tangga, meskipun memang ironisnya aku belum pantas menyandang predikat “ibu”. Mungkin memang belum rejeki, dan memang saatnya belum tepat bagi kami untuk memiliki keturunan. Jadi sehari-hari aku mengisi waktu luangku dengan membereskan rumah dan memasak. Komplek tempat tinggalku tergolong baru, dan banyak rumah belum terisi jadi aku banyak melakukan aktivitas apapun itu untuk mengusir kesepianku.
Sudah 5 hari ini aku memiliki aktivitas baru, yaitu mengawasi pekerjaan tukang yang tengah memperluas bangunan rumahku. Kebetulan bulan lalu mas Erwin mendapat tambahan uang dari bonus akhir tahunnya. Uang tersebut lantas kami tabung dan sisanya kamu pergunakan untuk membangun kanopi penutup garasi di areal depan rumah kami. 
“Selamat pagi bu..” Sapa sang mandor pak Imam dengan ramah.
“Oh pak Imam, silakan masuk pak” Ujarku dengan tak kalah ramah.
Tepat pukul 9 pagi pak Imam dan anak buahnya memulai pekerjaannya. Pekerjaan membangun kanopi tergolong mudah dan tak memakan banyak tenaga, sehingga mampu dilakukan hanya dengan 2 orang saja. Pagi itu seperti hari-hari sebelumnya pak Imam datang bersama Feri atau biasa dipanggil Acong keponakannya untuk membantu mengerjakan kanopi kami. Pak Imam yang sudah berumur sekitar 40-an itu lebih kearah me-mandori pekerjaan anak buahnya saja yang tenaganya lebih kuat. Sedangkan Feri keponakannya itu yang kira-kira berumur sekitar pertengahan 20-an, tak jauh beda denganku, lebih banyak melakukan pekerjaan berat dibawah komando pak imam.
“Silahkan pak diminum airnya” Sapaku ramah sambil membawakan nampan berisi kopi dan air putih dan menaruhnya di teras.
“Oh iya makasih bu Santi..” Jawab pak imam dengan sopan sambil tersenyum sambil terus melanjutkan pekerjaannya.
Berbeda dengan pak Imam, Feri tak banyak bicara. Ia lebih banyak diam dan berkonsentrasi bekerja. Bahkan pada awalnya kukira ia memiliki kelainan sangking ia tak pernah kudengar berbicara satu kali pun. Namun satu hal yang membuatku agak risih dengan feri adalah bagaimana ia kerap memperhatikanku. Seringkali ia menatapku dengan tajam, yang membuatku jadi agak salah tingkah apabila bertemu mata dengannya.. Hal itulah yang kadang membuatku tak ingin lama-lama di luar, padahal kapan lagi aku punya teman mengobrol meski hanya sebatas pak imam.
Dan saat itu sama seperti hari-hari sebelumnya, kali ini pun Feri menatapku dengan seksama. Ia memandangiku lekat-lekat dari ujung rambut hingga ujung kaki sembari menggergaji rangka kanopi di teras rumah. Harus kuakui, Feri memiliki aura misterius yang membuatku penasaran. Entah karena sikapnya yang begitu pendiam, atau karena alasan lain. Bukan sekali dua kali ia memergokiku dengan cepat ketika aku tengah diam-diam memperhatikannya. Dengan cepat menoleh dan membalas tatapan mataku seakan tahu bahwa aku sedang mengamatinya.
Akan tetapi ada satu hal yang mengusik rasa penasaranku. Meski selalu bekerja tanpa menggunakan baju, Feri tak pernah melepaskan Kalung hitam yang melingkar di lehernya. Kalung wasiat itu seperti terbuat dari kulit dengan bandul berbentuk persegi berwarna hitam juga yang mengingatkanku pada aksesoris yang sering dipakai di sinetron laga di televisi. Ada satu hal lagi yang membuatku janggal, yaitu ia kerap kali mengusap-usap atau memain-mainkan kalung yang terlingkar di lehernya tersebut sembari ia berbisik-bisik seperti berdzikir. Tak jarang ia memandangiku lekat-lekat sembari melakukan kebiasan anehnya tersebut yang membuatku makin risih saja.
Entah sejak kapan dimulainya, tapi akhir-akhir ini aku kerap mendapat mimpi aneh. Sebuah mimpi samar dimana aku didatangi sesosok pria tanpa busana. Aku tak dapat mengingat jelas bagaimana wajah pria tersebut kecuali badannya yang tegap berotot. Tanpa basa-basi si pria dalam mimpiku tersebut mendekapku dan mulai merengkuh tubuhku. Kemudian entah bagaimana ceritanya, si pria tersebut mulai menggauliku. Ia dengan beringas menyetubuhiku hingga akhirnya akupun terbangun di tengah-tengah mimpi aneh/buruk tersebut dengan bercucuran keringat.
Yang membuatnya makin aneh adalah aku terus mendapat mimpi tersebut terus menerus selama beberapa setelahnya. Dan seperti biasa, didalam mimpi tersebut sang pria tiba-tiba datang dan kemudian menyetubuhiku. Satu hal yang menjadi kesamaan di setiap mimpi adalah sebelum menggauliku, sosok misterius itu selalu memaksaku untuk mengoral kemaluannya, yang anehnya dalam mimpi itu selalu kulayani dengan senang hati. Meski aku tak bisa ingat bagaimana perawakan si sosok yang kerap datang di mimpiku itu, uniknya aku bisa ingat betul bagaimana bentuk kemaluan si pria itu. Aku dapat merasakan bagaimana baunya, teksturnya ketika aku mengulumnya dalam mulutku. Bahkan aku bisa mengingat rasanya di kemaluanku. Aku jadi seperti dibuat mimpi basah tiap malam, dan terbangun dengan cairan kemaluan yang menetes-netes di celana dalamku.
Dan begitulah selama beberapa hari berturut-turut, aku terbangun dari mimpi buruk tersebut dengan keringat yang mengucur deras. Namun tetap saja aku tak bisa mengingat wajahnya seperti apa. Hingga pada suatu saat aku tengah duduk di teras, memperhatikan pekerjaan pak Imam dan Feri. Tanpa sadar aku tengah mengamati Feri lekat-lekat. Kuperhatikan badannya yang berotot, berkilat keringat diterpa matahari, kulitnya yang gelap namun bersih.. dan akupun tercekat ketika Feri balik memandangku, seakan mengetahui bahwa ia tengah diamati. Akupun segera masuk kedalam rumah dan menenggak air putih dengan nafas terengah-engah. Mungkinkah aku memimpikan Feri selama ini?
Semakin hari aku semakin tak bisa melupakan mimpi-mimpiku di malam hari tersebut. Kadang aku merasa bingung menemukan diriku tengah melamun membayangkan mimpiku tersebut. Akupun tak mengerti kenapa aku jadi sering mengingat-ingat mimpi erotis itu, dan membayangkan bilaman si pria yang datang itu adalah Feri. Akupun terus berusaha untuk menghilangkan pikiran-pikiran aneh tersebut dan berusaha untuk tidak memikirkannya sama sekali dan membuangnya jauh-jauh.
Suatu ketika di minggu ke dua, aku tengah mempersiapkan kopi dan air putih bagi pak Imam dan Feri. Hari itu aku malas sekali untuk mandi pagi, dan tetap menggunakan gaun tidurku semalam yang dilapis oleh cardigan tipis sewarna dengan gaun tidurku itu. Aku terkaget ketika melihat Feri datang sendiri tanpa didampingi pak Imam.
“Eng.. pak Imam kemana?” Tanyaku dengan canggung.
“........Pak Imam sakit. Istirahat dirumah.” Jawab Feri pendek. Kupikir-pikir baru kali ini aku mendengar suaranya dan bertanya langsung kepadanya.
“Ooh.. Saya taruh disini ya minumnya..” Ujarku pelan sembari menaruh nampan. Entah kenapa suaranya yang berat membuatku jadi sedikit ciut.
Feri tak menjawab dan langsung menaruh peralatan yang dibawanya. Dengan santai ia melepas bajunya dan menggantungnya di pagarku. Aku terdiam. Entah kali ini aku begitu berhasrat untuk memandangi badannya lama-lama. Kupandangi badannya yang mulai berkeringat mengaduk semen, berkilat-kilat. Entah bagaimana reaksi mas erwin apabila memergokiku tengah melamun memelototi pria lain seperti ini. Yang jelas saat itu aku sama sekali lupa dengan mas erwin, benar-benar lupa.
Lamunanku tersadar ketika lagi-lagi Feri memergokiku tertangkap basah memandanginya. Dengan wajah bersemu akupun segera masuk tanpa banyak bicara. Didalam rumah aku mengatur napas, aku tak habis pikir bisa berbuat sebodoh itu. Beberapa waktu berselang aku memutuskan untuk menonton tv saja. Namun lagi-lagi aku tak bisa berkonsentrasi dan pikiranku melayang membayangkan mimpi-mimpi erotis yang kualami. 
Sebuah ketukan pelan membuyarkan fantasiku. Akupun terlonjak duduk dari lamunanku. Kucoba untuk meredakan debaran jantungku yang sedari tadi berdegup kencang melamunkan mimpi tak senonoh tersebut. Akupun segera berjalan keluar dan membuka pintu.
“Permisi bu. Hujan, saya berhenti dulu.” Ujar Feri pendek.
Aku seperti orang bodoh hanya berdiri didepan pintu dengan mata terbelalak dan mulut menganga. Tak menyangka Feri berada di depan pintu berdiri sedekat itu denganku.
“I-iya mas, silakan saja.” Ujarku cepat. Kulihat tubuhnya basah kuyup diguyur hujan. Ternyata aku tak menyadari turun hujan sangking asiknya melamun tadi. Akupun balik badan dan meninggalkan Feri yang berdiri mematung di teras memandangi hujan lebat yang mengguyur teras rumah. Rupanya ia tadi sempat memindahkan rangka-rangka kanopi terlebih dahulu sehingga badannya basah kuyup kehujanan. Kupikir-pikir kasihan juga kalau ia kedinginan seperti itu, bisa-bisa ia sakit juga dan malah pekerjaan rumahku jadi terbengkalai.
“.... Eng, silakan mas kalau mau bersih-bersih di kamar mandi..” Ujarku canggung sambil tertunduk membuka pintu sedikit mempersilahkannya masuk. Sementara Feri balas memandangiku sejenak, kemudian berjalan mengikutiku masuk kedalam rumah. Segera setelah memberikannya handuk akupun berlari kedalam kamar dan berdiam diri.
“Duh, kenapa jadi deg-degan begini sih?!” Umpatku dalam hati. Aku terduduk di atas kasur, kemudian merebahkan diriku dengan kedua kakiku menjuntai kebawah. Aku memejamkan mata berusaha meredakan debaran jantungku. Pikiranku melayang tak terkendali, membayangkan tubuh kekar Feri yang tengah diguyur shower di dalam kamar mandiku, membayangkan bulir-bulir air jatuh ke sela-sela tubuhnya. Aku menghela napas panjang, tak mengerti dengan pikiranku sendiri.
Tanpa kusadari Feri ternyata telah selesai membersihkan tubuhnya. Ia berjalan pelan keluar kamar mandi dan memandang masuk kedalam kamar. Posisi kamar mandi tersebut berseberangan dengan kamar tidurku, jadi siapapun yang keluar dari kamar mandi dapat dengan mudah melongok kedalam kamar tidurku apabila pintunya terbuka. Dan sialnya kala itu aku lupa menutup pintu kamar tidurku, sehingga Feri dapat langsung melihatku yang tengah merebahkan diri diatas kasur begitu ia keluar dari kamar mandi.
“Saya sudah selesai, bu.” Ujar Feri pendek.
Aku terlonjak kaget dan terduduk. Suara tersebut sangat dekat. Dan benar saja, Feri berada di ambang pintu kamar tidurku. Aku terdiam mematung menunduk kebawah menghindari sorotan matanya. Entah sejak kapan ia berdiri disana. Mungkinkah sedari tadi ia memandangiku yang sedang merebahkan diri di kasur?. Yang paling mencengangkan adalah tiba-tiba dengan perlahan Feri melangkah masuk kedalam kamarku, dan merapatkan pintu dibelakangnya.
Aku tercekat diam seribu bahasa. Otaku berusaha mencerna apa yang tengah dilakukan Feri, dan memikirkan bagaimana ia berani-beraninya punya nyali masuk kedalam kamarku. Nyaliku makin ciut tiap kali Feri melangkah mendekat, perlahan ia mempersempit jarak antara kami berdua. Badanku lemas, antara panik, takut dan terkesima. Terkesima oleh tubuh telanjangnya yang menawan yang kala itu hanya terlilit selembar handuk putih diatas lututnya. Feri memandangiku lekat-lekat tanpa kata-kata. Sementara aku makin tertunduk ketakutan dan panik diterpa sorotan matanya yang tajam.
Jantungku berdegup kencang ketika kurasakan sentuhan lembut Feri di ujung-ujung rambutku. Benarkah itu tangannya? Apa ini hanya Khayalanku belaka?. Sementara itu aku masih tak berani mendongak dan memastikannya. Entah kenapa tak terbesit untuk mengusirnya. Kenekatan Feri kala itu menciutkan nyaliku.
Sementara itu jantungku tak berhenti berdetak kencang tak terkendali tiap punggung jemari mengusap lembut rambut pendek terurai ku. Diusapnya lembut dari pangkal ke ujung rambutku yang tergerai di sisi wajahku. Aku tak mampu melawan dan hanya bisa mematung. Ingin rasanya aku melawan, namun anehnya aku tak mampu. Jangankan berontak, mengangkat wajah melawan tatapannya pun aku tak sanggup.
Hingga akhirnya dengan segenap kekuatanku, aku berhasil berontak dan menepis tangannya dari wajahku. Kutampar tangannya hingga melayang, dan dengan serta merta kudorong badannya dengan kedua tanganku dengan niatan mengusirnya keluar dari kamarku.
“Egghh! Keluar kamu!!”
Namun badanku yang jauh lebih mungil darinya tentu tak membuatnya bergeming sedikitpun. Malah berbalik aku yang terjengkang kebelakang dan jatuh berlutut di lantai. Saat itulah tiba-tiba feri menggenggam pinggir handuknya, dan meloloskan handuknya turun hingga jatuh ke lantai. Posisi ku yang berlutut di hadapannya otomatis langsung berhadapan dengan bagian tubuh bawahnya, sejajar dengan pinggangnya. Kini Feri telanjang bulat di depanku tanpa sehelai benangpun kecuali kalung wasiat yang melingkar di lehernya.
Dan di saat itu lah semuanya menjadi makin tak terkendali. Sesaat kemudian aku kembali terdiam mematung berlutut, antara kaget dan terpana. Penis feri yang setengah keras itu tepat berhadapan satu jengkal jauhnya dari wajahku. Otakku langsung bereaksi mengusik alam bawah sadarku, mengulang lagi memori mimpi-mimpi yang kualami beberapa malam ini. Bentuk penis yang berada di depanku ini benar-benar familiar. Ya, ini adalah penis si sosok misterius yang kerap menghantui malamku. Aku memang tak pernah ingat dengan sosoknya, namun aku hapal betul dengan penis itu. Ternyata memang benar, tak lain dan tak bukan penis itu adalah penis Feri sendiri.
Seperti dirundung rasa haru dan rindu karena akhirnya bisa melihatnya langsung, kuperhatikan dengan seksama penis feri yang tepat menodong wajahku itu. Bagaimana tiap-tiap guratan di batang penisnya, kantung zakarnya, urat-urat di sekliling batagnya, kepala penisnya yang sedikit lonjong berkilat, bahkan bentuk rambut kemaluannya memang benar sangat kuhapal.
Bak tengah melihat ular kobra yang siap mematuk, kupandangi penisnya yang gagah menantang. Kuakui panjangnya mungkin hanya selisih lebih panjang 2-3CM dari milik mas erwin. Mungkin karena ukuran kepala penisnya yang berbeda dan sedikit lebih besar. Tapi yang paling kentara adalah diameternya. Meski juga barangkali hanya berselisih 2-3CM diameternya dari milik mas erwin, tapi yang jelas membuatnya jadi terlihat lebih tebal dan gendut. Aku jadi menelan ludah grogi ketika teringat bagimana rasa penis itu di mulutku dan di kemaluanku di dalam mimpiku.
Dan kemudian tanpa berkata-kata, feri kembali mengelus wajahku lembut dengan tanganya. Sementara itu ia perlahan memajukan pinggangnya kian mendekat, mengecilkan jarak antara wajahku dan kemaluannya. Namun kali ini aku tak lagi panik atau berontak, aku malah merasa tenang bahkan menunggu-nunggu. Hingga akhirnya aku bisa menghirup aroma kemaluannya yang bercampur sabun merasuk kedalam hidungku. Secara naluriah aku memejamkan mata menikmati baunya yang khas. Mataku perlahan terpejam syahdu seiring feri mendekatkan penisnya. 
"Ach..."
Aku terpekik kecil ketika pipi halusku bersinggungan dengan hangatnya kulit batang penis feri. Teksturnya yang tak rata begitu terasa di pipi kananku. Masih dengan mata terpejam kubiarkan penis feri menjelajahi wajahku. Mulai dari pipi, kemudian beralih ke hidungku hingga daguku bisa merasakan kantung zakarnya di daguku. Tangan feri yang tadinya hanya mengelus pipiku, kini beralih memegangi belakang kepalaku. Otomatis bibirku jadi mengecup pangkal kemaluan feri.
"Hhhmm..."
Feri mendengus pelan. Diarahkannya lagi kepalaku hingga kini bibirku mengecup naik ke batang kemaluannya, dan kemudian mengecup kepala penisnya lembut. Dan akupun seperti mengerti akan keinginan feri, kugerakkan bibirku mencumbui lubang urine nya yang terasa sedikit basah dan asin.
"Mmhcch.. Mmmhcccup.. Cuppphmm.. Cupphhmmmmm..."
Dengan jinaknya kutimpali dengan kecupan mesra gerakan kepala penis feri yang berputar di sekeliling bibirku. Perlahan namun pasti feri menggerakan penisnya maju, membuka bibirku yang tertutup rapat. Kini tanpa harus banyak menggerakan tangannya, kepalaku secara otomatis bergerak pelan mencumbui penisnya hingga masuk sedikit demi sedikit. Bibirku kini sedikit menganga, berganti dari menciumi menjadi mengulum kecil meski baru sebatas kepala penisnya saja.
Kunikmati dan kukecap mesra rasa penis feri di mulutku. Aku tak pernah mengoral penis siapapun sebelumnya, bahkan penis mas erwin sekalipun. Pengalaman oralku hanya dari mimpi mimpi yang kualami saja. Namun kini dengan giatnya aku mengisapi batang kemaluan feri kian dalam hingga kini sudah setengah batangnya masuk kedalam mulutku.
Feri pun kian bersemangat dan mulai menggerakkan pinggulnya lebih kencang. Kini aku hanya diam dan pasif saja melebarkan mulutku membiarkan kontol tebal feri mengawini mulutku. Kepalaku kini bersandar di pinggir kasur menahan sodokan penis feri keluar masuk di mulutku. Feri pun mulai agak sedikit beringas. Dipeganginya kuat-kuat kedua sisi wajahku sambil sesekali ia menjejalkan penisnya hingga ke kerongkonganku. Aku terbatuk-batuk mual akibat ulahnya, namun tetap saja aku memasrahkan diriku sepasrah-pasrahnya.
"Uuggghhhhh..."
Feri pun menggeram ketika ia membenamkan penisnya dalam dalam kedalam mulutku. Barulah aku tahu besarnya beda 2-3CM tersebut. Dadaku terasa sesak, oksigen tertahan di kerongkonganku akibat penis feri yang terbenam dalam. Aku tercekik hingga tak terasa wajahku merah padam dan air mataku mengalir dari sisi sisi mataku yang masih terpejam. Terasa ujung penis feri menyentuh sisi terdalam kerongonganku.
"OHOK.. OHOK.. OHOKKK..!!!"
Aku terbatuk-batuk ketika oksigen kembali masuk ke paru-paruku. Kumuntahkan sedikit lendir lengket kerongonganku hingga jatuh membasahi gaun malamku. Nampak penis feri berkilat basah oleh ludahku ketika ia mencabutnya dari dalam mulutku. Tersisa jalinan bening lendir ludahku tadi yang masih tertaut di sisi bibirku dan kepala penisnya. Rasanya lama sekali tadi ia men- deep throat ku, mungkin 30 detik, mungkin 1 menit aku tak tahu. Tapi entah bagaimana aku tak marah malahan begitu puas bisa mengoral penisnya seperti itu.
Feri dengan lembut menyeka sisa sisa ludah di bibirku. Dengan perlahan ia mambantuku berdiri yang masih agak lemas tadi. Namun kemudian dengan cepat feri mendorong tubuhku hingga aku jatuh terbaring di atas kasur. Dengan sedikit berdebar-debar aku memperhatikan feri yang masih berdiri di sisi kasur. Dengan perlahan diangkatnya kedua kakiku keatas kasur. Diusapnya lembut telapak kakiku, dan dimainkannya sebentar gelang kaki yang terikat di pergelangan kananku. Tanpa basa-basi kemudian feri mencium telapal kakiku gemas. Dikecupnya jemari kaki mungilku dan diisapnya kuat-kuat.
"Emggghhh..!"
Serta merta badanku menggeliat karena sensasi geli yang ditimbulkannya. Kemudian seperti macan yang mendekati mangsanya, feri ikut naik keatas kasur dan merangkak diatas tubuhku. Telapaknya yang kasar meraba pergelangan kakiku dan naik hingga ke lututku. Badanku kini merinding sejadi-jadinya. Apalagi kini tangannya sudah naik lagi menyusuri pahaku dan bahkan sudah tiba di tepian celana dalamku. Kontan aku merapatkan pahaku malu barangkali ia hendak melucuti celana dalamku. Namun aku dikejutkan oleh gerakannya yang sangat mendadak, ketimbang menurunkan cd ku ia malah menjambak ujung gaun tidurku dan menyingkapnya keatas.
Aku menggeliat kecil menahan wajahku yang merah padam ketika feri berhasil menyingkap gaunku hingga ke atas dadaku. Terpampanglah sudah kedua payudaraku di hadapannya. Aku yang memang kala itu tak mengenakan bra, kini harus merelakan kedua gunung kembarku menjadi tontonannya. Yang membuatku makin malu adalah kedua puting sususku ternyata sudah mencuat keras, tanda bahwa aku memang juga senang diperlakukan seperti itu olehnya.
Feri menatapi nanar dadaku. Kuakui memang payudaraku tak terlalu besar (hanya 32B), tapi bentuknya yang bulat padat serta kedua puting susuku yang sedikit panjang berwarna kemerahan pastilah tetap membuat feri dahaga. Benar saja, tanpa banyak bicara feri segera melahap dada kiriku hingga habis.
"Aaaauuhhh..!!"
Aku mendesah geli sembari membungkam bibiku ketika feri menyedot payudaraku kuat-kuat. Tak hanya dilahapnya dadaku, namun juga dengan lidahnya ia menjawil-jawil puting susuku dalam mulutnya seperti hewan yang kelaparan.
"Aaahmmm...sslrrrpp.. Nyaammhhh...ccttttt.."
Hingga berdecit-decit bibirnya menetek di payudaraku. Payudaraku yang sebelahnya juga ikut dimainkannya menggunakan tangannya. Kasar memang, tapi terasa begitu nikmat menurutku. Puting susuku berganti-ganti digelitkinya, ditariknya, dipuntirnya, ditariknya kuat-kuat hingga makin memanjang, bahkan disentil-sentilnya hingga terasa agak ngilu.
Puas menetek kanan dan kiri, feri menyudahi permainannya. Tak hanya dia, akupun jadi terengah-engah dibuatnya. Setelah nafasnya terkumpul kembali, feri kini beranjak turun menciumi perut dan pusarku. Aku hanya bisa tengadah kegelian dan sesekali melirik kebawah mencari tahu perbuatannya.
"Aakh!!"
Kembali aku tersentak kaget ketika tangan feri mengusapi paha dalamku dan kemudian berganti mengusapi selangkanganku. Percuma saja kuapit pahaku erat-erat, karena feri pun sudah menyadari ada sesuatu di celana dalamku. Dengan bertenaga disentaknya kedua pahaku hingga terkangkang. Kembali kualihkan wajahku menahan malu kala feri menemukan noda basah memanjang di muka celana dalamku. Noda basah vertikal itu tercetak di sepanjang garis khayal bibir kemaluanku. Dengan lembut, feri mencolek noda basah tersebut yang tak pelak ikut mencolek kemaluanku dari luar.
"Aungghhhh..." 
Aku meringis dan kembali membungkam bibirku tatkala kurasakan aliran listrik yang memecut tubuhku saat feri mencolek celana dalamku. Melihat reaksiku feri makin menggencarkan gerakan telunjukku. Kini diusap dan digosok-gosokkannya makin cepat telunjuknya, seakan memancinf cd aku agar lebih basah lagi. Aku hanya bisa menggeliat dan mendesah terbata-bata berjinjit diatas kasur akibat rasa enak yang ditimbulkannya.
Badanku makin menggeliat liar ketika akhirnya telunjuk feri berhasil masuk menelusup dari sela-sela celana dalamku. Kugigit bibirku kuat-kuat ketika akhirnya kurasakan secara langsung telunjuk feri di bibir kemaluanku. Telunjuknya mengusapi bibir kemaluanku naik turun dari sudut atas hingga kebawah berulang kali. Dinikmatinya telunjuknya yang kini jadi basah berminyak oleh vaginaku. Yang membuatku makin lupa daratan yaitu ketika feri menggelitiki sudut atas bibir vaginaku. Dengan tepat ia menemukan tonjolan kecil yang tersembunyi itu dan diutak-utiknya dengan cepat. Kontan saja badanku makin menggeliat bak cacing kepanasan.
"Heemmmff..heeemmmgfffff...."
Aku mendesah berat ketika klentitku dirangsang oleh ujung telunjuknya. Ia tahu betul aku benar-benar menikmatinya hingga ia kini hanya berfokus memainkan klentitku saja. Badanku melayang layang keasyikan ketika feri memutuskan meloloskan cd ku, dan kemudian dengan cepat mengganti telunjuknya dengan ujung lidahnya. Lidahnya yang basah yang hangat, serta Teksturnya yang khas makin menambah keasyikan yang kurasakan.
Kini berganti giliran feri yang mengoral diriku. Aku baru kali merasakan rangsangan foreplay yang begini nikmatnya, nyaris menyamai nikmat hubungan seks yang kulakukan dengan mas erwin. Mas erwin tak pernah merangsangku sedemikian binal dan kotor. Kemana saja aku selama ini? Baru kali aku begitu puas dan tak ingin sudah dipermainkan seperti ini. Feri dengan semangat mencumbu vaginaku. Bibirnya dan lidahnya men- French kiss kemaluanku tanpa ragu. Baru kali inilah kurasakan vaginaku sebecel ini. Tak hanya dari cairan pelumasku saja, tapi juga dari ludah feri yang mencumbu kemaluankPosisiku yang kini nampak seperti katak yang siap dibedah, mengangkang selebar-lebarnya membiarkan feri terus melakukan perbuatan bejatnya kepadaku. Mataku terpejam-pejam sangking begitu nikmatnya rangsangan feri. Namun tepat saat dimana tinggal sedikit lagi aku mencapai puncak kenikmatan, feri menyudahi oralnya. Entah karena lelah, atau memang ia sengaja. Yang pasti aku langsung dongkol dan merasa kesal. Ingin rasanya aku berteriak dan merengek-rengek kepadanya minta diteruskan lagi, namun aku malu. Aku hanya bisa melirik feri dengan pandangan bertanya-tanya dan sedikit melirik memohon.
Feri nampaknya memang tahu jelas aku sudah mempasrahkan diriku sepenuhnya padanya. Dengan perlahan ia mensejajarkan dirinya diatasku. Tanpa ingat malu kurengkuh leher feri dan kuciumi gemas bibirnya. Biarlah ia berpikir aku pelacur atau binal, yang penting aku ingin sekali dituntaskan birahiku saat ini juga. Feri pun untungnya diam dan hanya membalas cumbuanku tanpa berkata apa-apa. Kuciumi bibirnya mesra seakan merayunya lagi untung melanjutkan pencabulannya terhadapku. Feri ternyata diam-diam sudah mempersiapkan diri.
Tanpa kusadari feri sudah mengarahkan moncong penisnya tepar di depan bibir vaginaku. Mataku membelalak berbinar ketika kurasakan kepala penisnya mencocol lembut lubang kemaluanku. Dengan berdebar-debar tak sabaran, segera kuposisikan lagi kedua kakiku mengangkang bersiap menyambut penis yang amat kurindukan itu.
Feri tak terlalu buru-buru mempenetrasi diriku, hingga aku jadi kegatalan sendiri dibuatnya. Pertama-tama feri menggesek-gesekkan batang penisnya dahulu, melumurinya dengan cairan pelumasku. Lalu dengan lembut digosoknya pula kelentitku dengan moncong penisnya, yang membuat badanku ngilu-ngilu sedap. Sembari terus kucumbui lehernya dan dagunya, kadang kala sengaja kuangkat dan kumajukan pinggulku agar cepat-cepar feri memasukkan batang jantannya meski terus meleset.
Akhirnya disaat birahiku sudah tak terbensung lagi di ubun-ubunku, saat itulah feri membidik lubang kemaluanku. Perlahan namun pasti kepala penis feri mulai terbenam masuk di rongga vaginaku. Dengan mendesah tertahan, kunikmati segenap batang feri yang berjejal masuk di lubang yang selama ini hanya boleh dimasuki oleh maa erwin.
"Ooooouugghhhhhh...nggg..oohhhhhhh..."
Kurasakan bagaimana sedapnya otot dinding kemaluanku yang dipaksa merenggang lebih dari biasanya. Diameter penis feri yang mengungguli punya mas erwin memaksa vaginaku beradaptasi lagi. Meski licin dan sudah amat basah, tetap saja terasa bagaimana sesak dan sempitnya vaginaku melawan penis gendut feri. Feri dengan lihainya menarik mundur batang penisnya, kemudian menggenjot lebih dalam lagi dari sebelumnya. Terus perlahan seperti itu hingga akhirnya bermenit-menit kemudian kedua pangkal kemaluan kami bertemu. Feri menggeram puas merasakan penisnya yang terbenam dalam di rahimku. Begitu pula aku yang menemukan sensasi kenikmatan mampu menelan habis penis feri yang notabene jauh lebih dahsyat yg biasanya kurasakan.
Kami berdua lalu terdiam sejenak menikmati pertautan kemaluan kami. Terasa ada chemistry diantara kami lantaran kedua kemaluan kami terasa begitu pas satu sama sama lain. Biasanya milik mas erwin tak pernah bisa se-pas ini. Namun kini penis feri menyatu dengan sempurna dengan vaginaku. Penisnya mampu meraih sudut-sudut rongga terdalam yang tak pernah dicapai mas erwin sebelumnya. Begitu pula besarnya, baru ini aku merasakan vaginaku penuh sesak dijejali penis sedemikian gendut. Meskipun agak ngilu kurasa, namun tak bisa kupungkiri aku benar-benar menyukai otot vaginaku merenggang lebar seperti ini.
Bermenit-menit kemudian kami masij saja diam saling menikmati kedutan dan remasan kemaluan satu sama lain. Kami saling berpandangan mesra sembari berciuman lembut. Hingga akhirnya feri berinisiatif menggenjot pinggulnya perlahan.
"PLOK!"
"Ouuwwwwhhh..mmsssssshhh"
Sekali tamparan cepat bunyi kemaluan kami beradu. Feri dengan sangat pelan menarik mundur penisnya keluar. Aku dapat merasakan bagaimana rongga vaginaku seakan ikut tertarik keluar kala ia mengambil ancang ancang mundur. Dan kemudian dengan cepat feri mendesak maju menghantam vaginaku hingga mentok lagi seluruhnya.
Ranjang pernikahanku dan mas erwin kini berderit-derit kencang. Nampak bagaimana tubuh feri yang berkilat seksi oleh keringat bergerak berirama diatasku. Dari belakang aku nampak tenggelam dibawah badan feri. Yang terlihat mungkin hanya punggung feri saja, dan juga hanya ada dua buah tangan yang mencengkram tengkuk serta mencakar punggungnya gemas. Juga sepasang kaki yang melilit pinggul feri erat-erat sembari merenggangakan dan menjinjitkan jari-jari kaki mungilnya bak seorang balerina.
"Ouggh.. Ugghh.. Uuuuuhmmmm..."
Feri menggeram ketika menyudahi genjotannya setelah temponya menurun. Aku hanya bisa terengah-engah dengan ekspresi sakau dibawah tubuh feri. Feri menoleh sekilas ke arah lemari di seberang ranjang, dan kemudian ia punseperti mendapatkan ide. Ia pun memutar tubuhku hingga aku berbaring kesamping. Kemudian diputarnya badanku dengan mudahnya (karena memang badanku jauh lebih kecil darinya) sehingga kini aku berposisi merangkak di depannya. Semua dilakukanya tanpa mencabut penisnya dari vaginaku. Lantas ia menggeser tubuhku hingga kini kami berdua berhadapan dengan cermin di pintu lemari tersebut. Kini aku berpegangan di pinggir kasur sementara feri mulai memacu lagi kuda poninya.
"Aaaawwwwh... Aaaaaaahhhh... Aaaaaaaaaaaaahhh...!"
Kini tanpa lagi malu-malu aku mulai berteriak sekencang-kencangnya. Aku menjerit-jerit bak orang disiksa. Tentunya aku tengah disiksa kenikmatan oleh feri saat ini. Entah kenapa dengan menghadap cermin seperti itu naluri binalku muncul perlahan. Aku seperti tak mengenal sosok wanita yang tengah asyik menjerit-jerit didalam cermin itu. Benarkah itu santi? Istri dari erwin? Akupun tak percaya bahwa itu adalah diriku. Wanita didalam cermin itu tengah asyik mengaduh dan mendesah membiarkan dirinya dinikmati oleh tukang bangunan yang hina. Ya, mungkin wanita di cermin itu juga wanita hina. Hina karena membiarkan dirinya menikmati kenikmatan terlarang dan mengkhianati suaminya.
"Aaaghhh terusss.. Terus mas feriiiii.. Terussssssss"
Akupun mulai berani membuka mulut dan memanggil-manggil feri. Feri dengan beringasnya menjambak rambutku dan mencengkram pundakku dari belakang, agar hentakannya bisa lebih kuat lagi. Feri pun mencondongkan badannya dan berbisik tak kalah binal dariku.
"Iyaaa mas feri.. Aaauwwwwh... Hajar terus masss hajar masss.."
"Hmmmggg..rrrr...kamu suka kan?!"
"Iya masss... Santi suka masss.. Suka banget maaaasssh.. Aaaauuggghh"
"Hmmmgghhh.. Aku kuat khan? Ugfhh.. Uffghh.. Ga kaya suami kamu loyo.. Uffghh"
"He eh mass.. Enakk masss.. Santi seneng massss.. Auuuuhh!!
"Pilih mana.. Uffgh.. Aku apa suami.. Ufgh.. Kamu??"
"Aaaasgghh... Santi sama mas feri ajaaa... Aaahhh santi nikmatt sama aauhh.. Mas feriiiii...!"
"Mulai sekarang.. Nffhhh...kamu jadi..ssshhm..istriku aja yah.. Uufgghh..."
"Mhmhhh.. Iyah iyah mass.. Santi mau jadi istri mas fer.. Awwugh.. Mas feriii...!!"
"Gghrrrr.. Bagusss... Tak hamilin yaah?? Mau?? Uffgh.."
"Iya mas ferrihh.. Hamilin santi masshhh.. Hamilin masss.. Semprotin aauwwwhh yang.. Banyak massss.. Ighhh..aaahhhh..."
"Uggfhhg nih.. Nih... Mmmggaaaaaaaaahhh!!!!"
Feri kemudian menghentakkan dalam-dalam penisnya dan menyemburkan benihnya kedalam rahimku. Tentu saja kusambut semburannya dengan orgasme ku yang talah kalah dahsyat. Kami berdua sama-sama kejang menikmati klimaks terindah yang pernah kami alami ini. Hingga kemudian tubuh kami berdua rubuh diatas kasur. Benih feri meleleh-leleh diantara sela kemaluanku. Kami berdua segera nyaris terlelap bahkan tak sampai ingat untuk mencabut kemaluan kami berdua. Kamipun akhirnya tertidur saling menimpah satu sama lain masih dalam keadaan seperti tadi.
Kurengkuh mesra suami baruku yang mendengkur diatas tubuhku ini dan kemudian ikut terlelap bersamanya.

Dosa Seorang Istri

Pengalaman-pengalaman saya ini dimulai pada akhir tahun lalu, yang juga merupakan perkenalan pertama saya dengan sebuah Website cerita cerita dewasa.
Sebelum kejadian-kejadian tersebut, saya adalah seorang ibu rumah tangga yang baik dan tanpa cacat (menurut saya lho). Usia saya 42 tahun. Saya memiliki 2 orang anak keduanya laki-laki. Anak saya terbesar Tony berumur 15 tahun di kelas 3 SMP, sedangkan sikecil Sandy masih berusia 4 tahun. Suami saya bekerja di suatu instansi pemerintah dan kami hidup normal dan bahagia. Saya sendiri seorang sarjana dari perguruan tinggi ternama di negara ini tetapi memilih tidak bekerja.
Saya taat beragama dan mengenakan jilbab hingga sekarang. Tetapi sejak kejadian-kejadian ini, saya merasa sebagai wanita berdosa yang tidak lagi mampu menghindari dosa bersetubuh dengan laki-laki yang bukan suami sendiri. Membayangkan kejadian-kejadian tersebut saya selalu ingin menangis tetapi pada saat yang sama saya juga didera oleh nafsu birahi membara yang tidak mampu saya atasi.
Kejadiannya adalah sebagai berikut. Saat itu sore hari sekitar jam tiga dan saya baru saja bangun tidur dan Sandy masih tertidur di sebelah saya. Sedangkan suami saya masih bekerja di kantor nya. Dari dalam kamar saya dapat mendengar suara komputer yang dimainkan anak saya Tony di ruang tengah yang berbatasan langsung dengan kamar tidur saya. Kami berlangganan internet (saya sering juga browsing di internet dan mahir menggunakan komputer) dan sedangkan Tony sering sekali menggunakan komputer, tetapi saya tidak tahu persis apa yang dimainkan. Saya kira dia hanya main game saja. Pintu kamar saya agak terbuka.
Saya bermaksud untuk keluar dari kamar, tetapi ketika saya menarik pintu, apa yang terlihat membuat saya tertegun dan mengurungkan niat tersebut. Apa yang terlihat dari balik pintu membuat hati saya betul-betul terguncang. Walau agak kurang jelas, saya masih dapat melihat di layar komputer tampak sosok wanita kulit putih telanjang tanpa busana dengan posisi terlentang dan kaki terbuka dengan kemaluan yang tampak jelas. Saya menjadi kesal karena Tony yang masih anak-anak melihat hal-hal yang sangat terlarang tersebut. Tetapi yang kemudian membuat saya shock adalah setelah saya menyadari bahwa Tony sedang mengurut-urut penisnya. Dari dalam kamar saya dapat melihat resleting celana Tony terbuka dan celananya agak turun. Tony sedang duduk melihat layar sambil mengusap-usap penisnya yang tampak berdiri tegang dan kaku.
Sejak dia disunat lima tahun yang lalu saya, hampir tidak pernah lagi melihat anak saya itu telanjang. Tony sudah dapat mengurus dirinya sendiri. Tinggi Tony sekitar 158 cm dan sudah hampir sama dengan tinggi saya yang sekitar 162 cm. Samar-samar saya dapat melihat rambut kemaluannya yang tampaknya masih sedikit. Saya betul-betul tercengang melihat semua ini. Kemaluannya memang tidak berukuran besar tetapi melihat demikian kakunya batang anak ini membuat saya tanpa sadar berdebar. Batang kemaluannya tampak berwarna coklat kemerahan dengan urat-urat yang menonjol kebiruan. Samar-samar saya dapat mendengar napasnya yang terengah. Tony sama sekali tidak menyadari bahwa saya sudah bangun dan melihat kelakuannya dari balik pintu.
Kejadian Tony membelai-belai kemaluannya ini berlangsung terus selama lebih kurang empat-lima menit lamanya. Yang mengagetkan adalah reaksi kewanitaan tubuh saya, ternyata jantung saya terasa berdebar keras menyaksikan batang kemaluan yang demikian kaku dan berwarna semakin merah, terutama bagian kepalanya. Pandangan saya beralih-alih dari kemaluan wanita telanjang di layar komputer ke batang anak saya sendiri yang terus diusap-usapnya. Gerakan tangannya semakin cepat dan mencengkeram bagian kemaluannya dengan muka yang tampak tegang memandangi layar monitor.
Kepala batang yang mengeras itu tampak diremas-remasnya. Astaga .., dari lubang di kemaluannya berleleran keluar cairan bening. Cairan kental bening tersebut diusap-usap oleh jari Tony dan dioles-oleskan ke seluruh kemaluannya. Kini ia juga menekan-nekan dan meremas kantung pelir dan dimainkannya bolanya. Kemaluan itu kini tampak basah dan berkilap. Napas Tony terdengar sangat keras tetapi tertahan-tahan. Saya merasa napsu birahi saya muncul, tubuh saya mulai gemetar dan darah mengalir di dalam tubuh dengan deras. Napas sayapun mulai tak teratur dan saya berusaha agar napas saya tak terdengar oleh Tony.
Apa yang saya lihat selanjutnya membuat saya sangat tergetar. Tubuh Tony tampak mengejang dengan kakinya agak terangkat lurus kaku, sementara tangannya mencengkeram batang kemaluan itu sekuat-kuatnya.
“Eeegh, heeggh .”, Tony mengerang agak keras, dan ya ampun …, yang tidak saya sangka-sangka akhirnya terjadi juga. Dari lubang di kepala batang kemaluannya terpancar cairan putih kental. Tony yang saya anggap anak kecil itu memuncratkan air mani. Cairan kental itu memuncrat beberapa kali. Sebagian jatuh ke perutnya tetapi ada juga yang ke lantai dan malah sampai ke keyboard komputer. Tangan Tony mencengkeram kontol yang memerah itu dan menariknya sekuatnya ke pangkal batang. Ohhh .., kontol itu tampak kaku, tegang, urat-urat menonjol keluar, mani muncrat keatas. Melihat air mani muncrat seperti itu segera saja saya merasakan lonjakan birahi yang luar biasa di sekujur tubuh saya. Memek saya terasa menjadi basah dan napas saya menjadi tersengal sengal
Saya berusaha mengendalikan diri dari rangsangan birahi sebisa-bisanya, ada semacam perasaan tidak enak dan bersalah yang tumbuh menyaksikan anak saya dan terutama atas reaksi tubuh saya seperti ini. Tony masih terus mengurut-urut batang kontolnya dan air mani yang tersisa tampak mengalir sedikit-sedikit dari lubang kencing di kepala kontolnya. Tony melumuri permukaan kontolnya dengan air mani tadi dan terus menggosok-gosok kontolnya. Kini kontol itu tampak diselimuti oleh mani berwarna keputihan. Samar-samar saya dapat mencium bau mani yang bertumpahan karena jarak saya dengan Tony sebetulnya sangat dekat hanya dua meteran.
Tony tampak mulai tenang dan napasnya semakin teratur. Kontol yang berleleran air mani mulai mengendur. Ia menghela napas panjang dan tampak lega terpuaskan. Kontol itu sekarang tampak terkulai kecil dan lemah berwarna kecoklatan, sangat berbeda dengan kejadian beberapa menit yang lalu. Tony kemudian berdiri dan menuju ke kamar mandi. Ia masuk ke kamar mandi dan menutup pintunya.
Seolah-olah ada yang menuntun, saya berjingkat menuju komputer tanpa menimbulkan bunyi. Saya memandang lekat ke layar komputer, mengagumi tubuh wanita muda berkulit putih (orang Barat) yang telah mengundang nafsu anak saya. Tanpa sadar saya menghela napas melihat kemaluannya. Rambut jembutnya berwarna kecoklatan tampak tertata seperti pernah dicukur. Sesuatu yang tidak pernah saya lakukan pada rambut kemaluan saya dan tak pernah terpikirkan untuk melakukannya. Pandangan saya beralih ke tetesan-tetesan mani yang tampak di dekat keyboard. Saya mengusap mani tersebut dengan jari dan entah mengapa saya mencium dan menjilati jari tangan saya yang berleleran dengan mani.
Rasanya asin dan baunya terasa lekat, tetapi nafsu birahi saya terbangkit lagi. Saya tidak ingin Tony curiga. Dari layar komputer saya melihat address internetnya adalah www.27021981.blogspot.com (tidak perlu saya sebutkan) dan saya catat saja di dalam hati. Saya berjingkat masuk kamar dan membaringkan tubuh. Tak lama saya dengar Tony kembali ke komputernya dan saya kira ia sedang membersihkan sisa-sisa mani yang tadi ia muncratkan. Kemudian saya dengar ia bermain game (kedengaran dari bunyi nya). Lima belas menit kemudian saya pura-pura baru saja terbangun dan keluar dari kamar. Sikap Tony tampak agak canggung tetapi saya kira ia yakin bahwa kejadian tadi tidak saya ketahui. Saya sendiri bersikap seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa.
Sejak saat itu saya merasa ada perubahan luar biasa pada diri saya. Sebelumnya saya melakukan hubungan sex dengan suami hanyalah sebagai suatu hal yang rutin saja. Kejadian Tony melakukan onani didepan computer membuat saya menemukan sesuatu yang baru dalam hal soal sex. Sesuatu yang menggairahkan, nafsu birahi yang menggelegak, tetapi sekaligus perasaan dosa, karena ini dibangkitkan oleh kejadian yang dilakukan anak saya sendiri.
Apa yang dilakukan anak saya membuat saya shock, tetapi yang juga mengerikan adalah justru anak saya sendiri membangkitkan nafsu birahi saya yang menyala-nyala. Tony yang selalu saya anggap anak masih kecil dan tidak mungkin berhubungan dengan hal hal yang berbau sex dan porno. Selalu terbayang di mata saya wajah Tony dengan napas terengah engah dan muka tegang, kocokan tangannya, batang kontol yang berwarna kemerahan sangat tegang dengan urat yang menonjol. Air mani yang memuncrat-muncrat dari lubang kontolnya. Ya Tuhan .. , penis itu adalah milik anak saya.
Sejak kejadian itu saya sering terbayang penis Tony yang sedang memuncrat – muncratkan air maninya. Penis yang kaku itu tidak berukuran besar, menurut saya tidak terlalu panjang dan besar menurut usianya. Tetapi yang tidak dapat saya lupakan adalah warnanya yang kemerahan dengan urat-urat hijau kebiruan yang menonjol. Saat itu penis itu begitu tegang berdiri hampir menyentuh perutnya. Jika mengingat dan membayangkan kejadian itu, birahi saya mendidih, terasa ada cairan merembes keluar dari lubang kemaluan saya.
Hal lain yang memperparah keadaan adalah, sejak hari kejadian itu, saya mulai berkenalan dengan dunia baru yang tidak pernah saya datangi sebelumnya. Saya sudah biasa browsing di Yahoo ataupun yang lain. Tetapi sejak mengenal www.27021981.blogspot.com saya mulai mengarungi dunia lain di internet. Sehari sesudah kejadian Tony onani, saya mulai membuka-buka situs. Tentu saja itu saya lakukan pada saat tidak ada orang di rumah. Pembantu saya, setelah melakukan tugas didalam rumah, biasanya selalu mendekam dikamarnya. Tony belum pulang dari sekolahnya, sedangkan Suami saya masih di kantornya. Saya hanya berdua dengan Sandy yang biasanya lebih senang bermain di kamar tidur.
Saat itulah saya mulai mencoba-coba www.27021981.blogspot.com. Saya tidak menyangka ada suatu situs internet menyajikan cerita dan gambar pornografi yang seperti itu. Saya membuka – buka gambar wanita-wanita telanjang yang tampak tidak malu-malu memperagakan bagian kewanitaannya yang seharusnya ditutup rapat rapat. Mereka tampaknya menikmati apa yang mereka lakukan dengan mempertontonkan bagian tubuhnya yang terlarang.
Pada hari itu saya mulai juga menemukan situs-situs lain yang lebih porno. Ada sekitar 3 jam saya berpindah-pindah dan mempelajari dunia sexual penuh nafsu yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya. Laki-laki dan perempuan bersetubuh dengan berbagai macam cara yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya dan yang tidak pernah saya praktekkan sebelumnya dengan suami. Ada perempuan yang menghisap penis berukuran sangat besar (kelihatannya lebih besar dari penis suami saya) hingga penis itu memuntahkan air maninya. Astaga, perempuan itu membiarkan mani itu muncrat sampai membasahi wajahnya, berleleran, dan bahkan meminumnya tanpa ada rasa jijik.
Sejak saat itu setiap hari saya menjelajahi internet. Saya mempelajari semua bentuk sex yang ada di situs-situs itu. Penis orang negro yang hitam legam dan panjang agak mengerikan bagi saya, tetapi juga membangkitkan birahi saya. Membayangkan penis hitam panjang itu menembus kemaluan wanita, panas dingin saya membayangkannya. Yang betul-betul baru buat saya adalah anal-sex. Saya meraba-raba dubur saya dan berpikir apakah tidak menyakitkan. Tetapi wanita-wanita dengan lubang dubur yang menganga dan tertembus penis itu tampaknya terlihat nikmat nikmat saja.
Tetapi yang paling membangkitkan birahi saya adalah persetubuhan orang Jepang. Mungkin karena mereka sama-sama orang Asia, jadi tampak lebih real dibandingkan dengan wanita kulit putih. Dan mungkin ada kesan surprise juga bagi saya, bahwa orang-orang Jepang yang tampak sopan itu dapat begitu bernafsu di dalam sex. Saya memang bukan orang keturunan Chinese, tetapi kulit saya cukup putih untuk ukuran orang Indonesia.
Jadi saya melihat semacam ada kesamaan antara diri saya dengan wanita Jepang itu walau tentunya kulit saya tidak seputih mereka. Yang agak surprise adalah rambut kemaluan wanita wanita Jepang yang cenderung hitam lebat, tidak dicukur seperti kebanyakan orang kulit putih. Wanita Jepang juga memiliki kulit kemaluan, bibir-bibir memek yang berwarna gelap kecoklatan, mirip seperti kemaluan saya sendiri (Ya Allah, saya sampai menuliskan hal-hal seperti ini, ampun ya Allah).
Saya juga mendapatkan suatu situs (kalau tidak salah dari www.27021981.blogspot.com) di mana wanita-wanita muda Jepang mengisap penis hingga muncrat dan air mani yang sangat banyak berleleran di mukanya yang berkulit putih. Saya selalu panas dingin melihat itu, dan tanpa sadar saya membayangkan lagi penis kecil Tony yang tegang dan memuncratkan air maninya.
Kehidupan sex internet yang paling memabukkan saya adalah cerita-cerita nafsu di www.27021981.blogspot.com dan melebihi segala suguhan gambar sex yang ada. Saya sangat terangsang membaca cerita-cerita menakjubkan itu. Tidak saya sangka bahwa kehidupan sex orang-orang Indonesia dapat seliar dan juga seindah itu. Yang paling merangsang dan membuat saya agak histeris adalah cerita sex antara orang yang masih sedarah, seperti antara tante dengan keponakan, antara sepupu, saudara ipar, atau malah antara anak dan mertua. Mungkin ini karena perasaan saya terhadap Tony anak saya.
Di situs lain, saya pernah membaca cerita sexual antara anak dengan ibunya. Saya sampai menangis membaca cerita itu, tetapi juga sekaligus merasakan birahi yang luar biasa. Ini tidak berarti bahwa saya berniat menyetubuhi anak saya sendiri, saya takut atas dosanya. Namun tidak dapat saya pungkiri, bahwa saya terkadang membayangkan kontol Tony yang sangat kaku itu masuk ke dalam memek saya. Saya selalu mohon ampun di tiap doa dan sembahyang, tetapi pada saat sama saya juga tak berdaya. Saya mulai membayangkan laki-laki dari keluarga dekat saya, ipar-ipar saya. Saya kira kejadian berikutnya yang akan saya ceritakan adalah takdir yang tidak dapat saya hindarkan. Saya begitu lemah dari godaan setan dan sangat menikmati apa yang saya perbuat.
Kejadian itu adalah pada sore hari sekitar jam setengah empat, beberapa minggu setelah kejadian saya memergoki Tony beronani, kalau tidak salah dua atau tiga hari menjelang bulan puasa Ramadhan. Saya baru saja selesai Ashar. Sebelumnya saya baru menutup internet, membaca cerita-cerita di www.27021981.blogspot.com. Dengan shalat saya merasa agak tenang. Pada saat shalat itu akan selesai, saya mendengar ada ketukan pintu, ada tamu. Apa boleh buat, si tamu harus menunggu saya selesai.
Sesudah selesai shalat saya intip dari dalam, ternyata dia adalah Budi. Ia adalah suami dari ipar (adik suami) saya. Saya sangat dekat dengan Dian, istri Budi. Saya juga mempunyai hubungan baik dengan Budi. Ia berumur kira-kira 36 tahun, berwajah tampan dengan kulit putih dan kuakui lebih tampan dari suami saya. Perawakannya tidak tinggi, hanya sekitar 164 cm, hampir sama dengan tinggi saya. Dia bekerja di instansi yang sama dengan suami saya (mungkin hasil kkn ya ?)
Melihat Budi di luar saya jadi agak terburu-buru. Biasanya saya menemui orang yang bukan suami dan anak (atau wanita) selalu dengan mengenakan pakaian wanita rapi dan tertutup rapat. Karena terburu-buru dan tanpa saya sadari, saya hanya mengenakan baju tidur berkain halus warna putih sebatas lutut berlengan pendek dengan kancing-kancing di depan. Untung saya masih sempat mengenakan secarik kain selendang warna hitam untuk menutup kepala, bukan jilbab, tetapi seperti selendang tradisional yang diselempangkan di kepala hanya untuk menutup rambut. Leher saya terbuka dan telinga saya terlihat jelas. Apa boleh buat saya tidak dapat membiarkan Budi menunggu saya didepan rumah terlalu lama.
Saya membuka pintu. Budi tersenyum melihat saya walaupun saya tahu dia agak heran melihat saya tidak berpakaian seperti biasanya.
“Apa kabar kak Win”, sapanya, “Saya membawakan titipan pakaian dari Dian, untuk Sandy “.
“Eh, ayo masuk Bud, baru dari kantor ya ?”, dan saya persilakan dia masuk.
Saya lalu mengambil barang yang dibawa Budi dan meletakkannya di meja makan. Meja makan terletak di ruang tengah tidak jauh dari meja komputer. Ruang tengah berhubungan langsung tanpa pembatas dengan ruang tamu di bagian depan dan dapur di bagian kiri. Dapur dapat terlihat jelas dari ruang tamu.
Sambil duduk di sofa ruang tamu, Budi mengatakan “Saya tadi ketemu kak Kamal di kantor katanya baru pulang jam enam nanti”. Kamal adalah suami saya. “Mana anak-anak, Win ?”, kata Budi lagi.
“Tony sedang main ke rumah teman dari siang tadi dan katanya mungkin baru pulang agak malam” kata saya.
Tiba-tiba saya menyadari bahwa kami hanya berdua saja. Terus terang, Budi dan Dian adalah kerabat yang paling saya sukai karena perangai mereka berdua yang sopan dan terbuka. Saya duduk di sofa di seberang agak ke samping dari kursi sofa yang diduduki Budi. Pada saat saya mulai duduk saya baru menyadari agak sulit untuk duduk dengan rapi dan tertutup dengan pakaian yang saya kenakan. Posisi alas duduk sofa cukup rendah sehingga pada saat duduk lutut terasa tinggi dibandingkan dengan pantat.
Jadi bagian bawah paha saya agak terangkat sedikit dan agak sulit tertutup sempurna dengan pakaian seperti yang saya kenakan dan pada saat duduk ujung pakaian tertarik sedikit ke atas lutut. Budi tampak agak terkesiap melihat saya. Sekilas ia melirik ke lutut dan paha saya yang memang putih dan tidak pernah kena sinar matahari (saya selalu berpakaian muslim ke luar rumah). Saya agak malu dan canggung (saya kira Budi juga tampak agak canggung). Tetapi kami sudah bukan remaja lagi dan dapat menguasai diri.
“Apa kabar Dian, Bud”, tanya saya.
“Dian beberapa hari ini kurang sehat, kira-kira sudah semingguan lah”, kata Budi.
“Bagaimana Tony, Win ?, apa enggak ada pelajaran yang tertinggal ?”, Budi balik bertanya.
“Yah, si Tony sudah mulai oke koq dengan pelajarannya. Mudah-mudahan saja sih prestasinya terus-terusan bagus”, saya jawab.
Tiba-tiba Budi bilang ” Wah, kayak-kayaknya Tony semakin getol main komputernya yah Win, kan sudah hampir SMA”. Deg perasaan saya, semua pengalaman internet jadi terbayang kembali. Terutama terbayang pada Tony saat ia beronani di depan komputernya.
“Eh, kenapa kak Win, koq kaya seperti orang bingung sih ?”, Budi melihat perubahan sikap saya.
“Ah, tidak apa-apa kok. Tapi si Tony memang sering sekali main komputer.” kata saya. Saya mendadak merasakan keberduaan yang mendalam di ruangan itu. Saya merasa semakin canggung dan ada perasaan berdebar. Untuk menghindar dari perasaan itu saya menawarkan minum pada Budi, “Wah lupa, kamu mau minum apa Bud ?”.
“Kalau tidak merepotkan, saya minta kopi saja deh”, kata Budi. Saya tahu, Budi memang paling suka minum kopi.
Saya bangkit berdiri dari sofa. Tanpa saya sengaja, paha dan kaki saya sedikit terbuka pada saat saya bangun berdiri. Walaupun sekilas, saya melihat pandangan mata Budi melirik lagi ke paha saya, dan tampak agak gugup. Apakah dia sempat melihat bagian dalam paha saya, pikir saya di dalam hati.
“Tunggu sebentar ya..”, kata saya ke Budi. Sebelum membuat kopi untuk Budi, saya ke kamar tidur dulu untuk menengok Sandy. Sambil menuju ke kamar saya melirik sebentar ke arah Budi. Budi tampak tertunduk tetapi tampak ia mencuri pandang ke arah saya.
Saya tersadar bahwa penampilan pakaian saya yang tidak biasanya telah menarik perhatiannya. Terutama sekali mungkin karena posisi duduk saya tadi yang sedikit menyingkap bagian bawah pakaian saya. Saya yang terbiasa berpakaian muslim tertutup rapat, ternyata dengan pakaian seperti ini, yang sebenarnya masih terbilang sopan, telah mengganggu dan menggugah (sepertinya) perhatian Budi. Menyadari ini saya merasa berdebar-debar kembali, dan tubuh saya terasa seperti dialiri perasaan hangat.
Anak saya Sandy masih tertidur nyenyak dengan damainya. Tanpa sengaja saya melihat cermin lemari pakaian dan menyaksikan penampilan saya di kaca yang membuat saya terkesiap. Ternyata pakaian yang saya kenakan tidak dapat menyembunyikan pola pakaian dalam (bra dan celana dalam) yang saya kenakan. Celana dalam yang saya pakai terbuat dari bahan (agak tipis) berwarna putih sedangkan kutangnya berwarna hitam. Karena pakaian yang saya kenakan berwarna putih dan terbuat dari bahan yang agak halus maka celana dalam dan bh tadi tampak terbayang dari luar.
Ya ampun ., saya tidak menyadari, dan tentunya Budi dapat melihat dengan leluasa. Saya menjadi merasa agak jengah. Tetapi entah mengapa ada perasaan lain yang muncul, saya merasa sexy dan ada perasaan puas bahwa Budi memperhatikan penampilan saya yang sudah cukup umur ini. Tubuh saya tampak masih ramping dengan kulit yang putih. Kecuali bagian perut saya tampak ada sedikit berlemak. Budi yang saya anggap sopan dan ramah itu ternyata memperhatikan tubuh dan penampilan saya yang sebetulnya sudah tidak muda lagi. Saya merasa nakal dan tiba-tiba perasaan birahi itu muncul sedikit demi sedikit. Bayang-bayang persetubuhan dan sex di internet melingkupi saya. Oh., bagaimana ini.. Aduh ., birahi ini, apa yang harus dilakukan.
Saya jadi tidak bisa berpikir lurus. Saya berusaha menenangkan diri tetapi tidak berhasil. Akhirnya saya putuskan, saya akan melakukan sedikit permainan, dan kita lihat saja apa nanti yang akan terjadi. Saya merasa jatuh ke dalam takdir. Dengan dada berdebar, perasaan malu, perasaan nakal, dan tangan agak gemetar, saya membuka kancing baju saya yang paling bawah. Bagian bawah dari baju saya sekarang tersibak hingga 15 cm di atas lutut. Mungkin bukan seberapa, tetapi bagi saya sudah lebih dari cukup untuk merasakan kenakalan birahi. Satu lagi kancing baju yang paling atas saya buka sehingga bagian atas yang mulai menggunduk dari susu saya mulai terlihat. Payudara saya tidak besar, berukuran sedang-sedang saja. Sambil berdebar-debar saya keluar kamar menuju dapur.
“Wah maaf ya Bud, agak lama, sekarang saya buat dulu kopinya.” kata saya. Saya dapat merasakan Budi memandang saya dengan perhatian yang lebih walaupun tetap sangat sopan. Ia tersenyum, tetapi lagi-lagi pandangannya menyambar bagian bawah tubuh saya. Saya tahu bahwa untuk setiap langkah saya, pakaian bawah saya tersibak, sehingga ia dapat melihat bagian paha saya yang mulai sangat memutih, kira-kira 20 cm di atas lutut. Saya merasa sangat sexy dan nakal, dibarengi dengan birahi. Saat itu saya tidak ingat lagi akan suami dan anak. Pikiran saya sudah mulai diselimuti oleh nafsu berahi.
Saya berpikir untuk menggoda Budi. Saya membuka lemari dapur dan membungkuk untuk mengambil tempat kopi dan gula. Saya sengaja membungkukkan pinggang ke depan dengan menjaga kaki tetap lurus. Baju saya bagian belakang tertarik ke atas sekitar 20 cm di atas lipatan lutut dan celana dalam tercetak pada baju karena ketatnya. Saya dapat merasakan Budi memandangi tubuh saya terutama pantat dan paha saya. Kepuasan melanda saya yang dapat menarik perhatian Budi. Saya merasa Budi selalu melirik-lirik saya ke dapur selama saya menyiapkan kopi.
Secangkir kopi yang masih panas saya bawa ke ruang tamu. Tepat di depan sofa ada meja pendek untuk meletakkan penganan kecil atau pun minuman. Saya berjongkok persis di seberang Budi untuk meletakkan kopi. Saya berjongkok dengan satu lutut di lantai sehingga posisi kaki agak terbuka. Samar-samar saya mendengar Budi mendesis. Sambil meletakkan kopi saya lirik dia, dan ternyata ia mencuri pandang ke arah paha-paha saya. Saya yakin ia dapat melihat nyaris ke pangkal paha saya yang tertutup celana dalam putih. Sambil berjongkok seperti itu saya ajak dia ngobrol.
“Ayo di minum kopinya Bud, nanti keburu dingin”, kata saya.
“Oh, ya, ya, terima kasih”, kata Budi sambil mengambil kopi yang memang masih panas, sambil kembali pandangannya menyambar ke arah bagian dalam paha saya.
“Apa tidak berbahaya terlalu banyak minum kopi, nanti ginjalnya kena”, tanya saya untuk mengisi pembicaraan.
“Memang sih, tetapi saya sudah kebiasaan”, kata Budi. Sekitar tiga menitan saya ngobrol dengan Budi membicarakan masalah kopi, sambil tetap menjaga posisi saya. Saya lihat Budi mulai gelisah dan mukanya agak pucat. Apakah ia terangsang, tanya saya dalam hati.
Saya kemudian bangkit dan duduk di sofa di tempat semula saya duduk. Saya duduk dengan menyilangkan kaki dan menumpangkan paha yang satu ke atas paha yang lain. Saya melihat lagi Budi sekilas melirik ke bagian tubuh saya .
“Hemmhhh ..”, saya mendengar Budi menghela napas. Bagian bawah baju saya tertarik jauh ke atas hingga setengah paha, dan saya yakin Budi dapat melihat paha saya yang terangkat (di atas paha yang lain) hingga dekat ke pantat saya.
Kami terdiam beberapa saat. Secara perlahan saya merasakan memek saya mulai berdenyut. Suasana ini membuat saya mulai terangsang. Pandangan saya tanpa terasa menyaksikan sesuatu yang mengguncang dada. Saya melihat mulai ada tonjolan di celana Budi di bagian dekat pangkal paha. Dada saya berdebar-debar dan darah terasa mendesir. Saya tidak sanggup mengalihkan pandangan saya dari paha Budi. Astaga, tonjolan itu semakin nyata dan membesar hingga tercetaklah bentuk seperti batang pipa. Oh., ukuran tonjolan itu membuat saya mengejang. Saya merasa malu tetapi juga dicengkeram perasaan birahi. Muka saya terasa memerah. Saya yakin Budi pasti menyaksikan saya memandangi tonjolan kontolnya.
Untuk memecahkan suasana diam saya berusaha mencari omongan. Sebelumnya saya agak menyandar pada sofa dan menurunkan kaki saya dari kaki yang lain. Sekarang saya duduk biasa dengan paha sejajar agak terbuka. Bagian bawah baju saya tertarik ke atas.
“Ehhheeehh”, terdengar desah Budi. Kini ia dapat melirik dan menyaksikan dengan leluasa kedua belah paha saya hingga bagian atas. Sebagai seorang ibu yang sudah beranak, paha saya cukup berisi dengan sedikit lemak dan berwarna putih. Budi seolah tidak dapat mengalihkan pandangannya dari paha saya. Ohhhh .., saya lihat tonjolan di celananya tampak berdenyut. Saya merasakan nafsu yang menggejolak dan pumya keinginan untuk meremas tonjolan itu.
“Eh .. Bud, kenapa kamu? Kamu kok kayaknya pucat lho”, astaga suara saya terdengar gemetar.
“Ah.., kak Win .., enggak … apa-apa kok”, suara Budi terputus-putus, wajahnya agak tersipu, merah dan tampak pucat.
“Itu kok ada tonjolan, memangnya kamu kenapa?”, kata saya sambil menggangukkan kepala ke tonjolan di celananya. Ahh, saya malu sekali waktu mengucapkan itu, tapi nafsu saya mengalahkan semua pikiran normal.
“Ehh.., euuuh., oh yahh ., ini lho, penampilan kak WIN beda sekali dengan biasanya” kata Budi jujur sambil terbata-bata. Saya paksakan diri untuk mengatakan
“Apa Budi tertarik . terangsang .. melihat kak Win?”.
“Ahh, saya nggak bisa bohong, penampilan kak Win .. eh . tidak biasanya. Kak Win mesti sudah bisa lihat kalau saya terangsang. Kita kan sudah bukan anak kecil lagi” kata Budi.
Tiba-tiba saja Budi berdiri dan duduk di sebelah saya. “Kak Win, . eh saya mohon mohon maaf, tapi saya tidak sanggup menahan perasaan. Kak Win jangan marah … ” begitu saja meluncur kata-kata itu dari Budi. Ia mengucapkan dengan sangat perasaan dan sopan. Saya terlongong-longong saja mendengar kata – katanya.
“Ahh .. Bud .”, hanya itu kata yang terucap dari mulut saya. Dengan beraninya Budi mulai memegang tangan kanan saya dan mengusap-usapnya dengan lembut. Diangkatnya tangan saya dan diciumi dengan lembut. Dan yang menggairahkan saya, jari-jari tangan saya dijilat dan dihisapnya. Saya terbuai dan terangsang oleh perbuatannya. Tiba-tiba saja diletakkannya tangan saya tepat di atas kontolnya yang menonjol. Tangan saya terasa mengejang menyentuh benda yang keras dan liat tersebut. Terasa kontol Budi bergerak-gerak menggeliat akibat sentuhan dan remasan tangan saya.
“Eehhmm.” Budi mendesah. Tanpa terasa saya mulai meremas-remas tonjolan itu, dan kontol batang Budi terasa semakin bergerak-gerak.
“Oooh kak Win, eeehhhmmm … ohhgg, nikmaat sekali .”, Budi mengerang.
“Eeehhh . jangan terlalu keras kak meremasnya, ahh .. diusap-usap saja, saya takut tidak kuat nahannya”, bisik Budi dengan suara gemetar.
Budi mulai membelai kepala saya dengan kedua tangannya. “Kak Win lehernya putih sekali”, katanya lagi. Saya merasa senang mendengar ucapannya. Dibelainya rambut saya dengan lembut sambil menatap muka saya. Saya bergetar memandang tatapannya dan tidak mampu melawan pandangannya. Budi mulai menciumi pipi saya. Dikecupnya kedua mata saya mesra. Digesek-gesekkannya hidungnya ke hidung saya ke bibir saya berlama-lama bergantian. Saat itu tidak hanya birahi yang melanda saya .. tetapi juga perasaan sayang yang muncul.
Ditempelkannya bibirnya ke bibir saya dan digesek-gesekkan. Rasa geli dan panas terasa menjalar merambat dari bibir saya ke seluruh tubuh dan bermuara ke daerah selangkangan. Saya benar-benar terbuai. Saya tidak lagi mengusap-usap kontolnya dari balik celana, tetapi kedua lengan saya sudah melingkari lehernya tanpa sadar. Mata saya terpejam erat-erat menikmati cumbuannya. Tiba-tiba terasa lidahnya menerobos masuk mulut saya dan dijulurkannya menyentuh ujung lidah saya. Dijilatinya lidah saya dengan lidahnya. “Eenggghh ..” Tanpa sadar saya menjulurkan lidah saya juga. Kini kami saling menjilat dan napas saya tersengal-sengal menikmati kelezatan rangsangan pada mulut saya. Air ludah saya yang mengalir dijilati oleh Budi. Seperti orang kehausan, ia menjilati lidah dan daerah bibir saya.
“Aaauungghh .. ooohhhh…”, saya mulai mengerang-erang. Napas Budi juga terdengar memburu, “Heeeghh… hhnghh”, ia mulai mendesah-desah. Muka kami sekarang berlepotan ludah, bau ludah tercium tetapi sangat saya nikmati. Dikenyot-kenyotnya lidah saya kini sambil menjelajahkan lidahnya di rongga mulut saya. Saya membuka mulut saya selebar-lebarnya untuk memudahkan Budi. Sekali-kali ia menghirup cairan ludah saya. Saya tidak menyangka, laki-laki yang sehari-hari tampak sopan ini sangat menggila di dalam sex. Dijilat-jilatnya juga leher saya. Sekali-kali leher saya digigit-gigit. Ohhh .., alangkah nikmatnya, saya sangat menikmati yang ia lakukan pada saya.
Tiba-tiba Budi menghentikan aktivitasnya, “Kak Win, pakaiannya saya buka yaahh”. Tanpa menunggu jawaban saya, ia mulai membuka kancing-kancing baju dari atas hingga ke bawah. Dilepaskannya baju saya. Sekarang saya tergolek bersandar di sofa hanya dengan BH dan celana dalam saja beralaskan baju yang sudah terlepas.
“Indah sekali badan kak Win. Putih sekali”, katanya. Diusap-usapnya perut saya.
“Ahh, kak Win sudah tua dan tidak langsing lagi kok Bud”, kata saya agak sedikit malu, karena perut saya sudah agak gemuk dan mulai membusung dengan adanya lemak-lemak. Tetapi Budi tampak tidak perduli. Diciumnya lembut perut saya dan dijilatnya sedikit pusar saya. Rasa geli dan nikmat menjalar dari pusar dan kembali bermuara di daerah kemaluan saya.
Budi mengalihkan perhatiannya ke susu saya. Diusap-usapnya susu saya dari balik BH. Perasaan geli tetapi nyaman terasa pada susu saya. Tanpa diminta saya buka BH saya. Kini kedua susu saya terpampang tanpa penutup. Bayu memandangi kedua gundukan di dada saya dengan muka serius. Susu saya tidaklah besar dan kini sudah agak menggantung dengan pentil berwarna coklat muda. Kemudian ia mulai membelai-belai kedua susu saya. Merinding nikmat terasa susu saya. Semakin lama belaiannya berubah menjadi pijitan-pijitan penuh nafsu. Kenikmatan terasa menerjang kedua susu saya.
Saya mengerang-erang menahan rasa nikmat ini. Kini dijilatinya pentil susu yang sebelah kanan. Tidak puas dengan itu dikenyotnya pentil tadi dalam-dalam sambil meremas-remas susu. Saya tidak dapat menahan nikmat dan tanpa terasa tubuh saya menggeliat-geliat liar. Cairan terasa merembes keluar memek saya dan membasahi celana dalam yang saya kenakan. Kini Budi berpindah ke susu dan pentil saya yang sebelah kiri dan melakukan hal yang sama. Dikenyutnya pentil saya sambil digigit-gigit, dan diremas-remasnya pula kedua susu saya. Perasaan nikmat membakar susu saya dan semakin lama rasa nikmat itu menjalar ke lubang memek saya. Memek saya terasa basah kuyup oleh cairan yang keluar. Saya mengerang-erang dan mengaduh-aduh menahan nikmat, “Oooohh Buuuud..”.
Tangan Budi sekarang menjalar ke bagian celana dalam saya. “Ahhh, kak Win celananya sudah basah sekali”, kata Budi. “Enghh, iya Buud.., kak Win sudah sangat terangsang, ooohhh, nikmat sekali”, kata saya. Tepat di bagian depan memek saya, jari-jarinya membelai-belai bibir memek melalui celana dalam. Rasa geli bercampur nimat yang luar biasa menerjang memek saya. Saya tidak dapat menahan rasa nikmat ini, dan mengerang -erang, kemudian Budi menarik dan melepas celana saya. Kini saya tergeletak menyandar di sofa tanpa busana sama sekali.
“Ohh, indah sekali”, kata Budi. Diusap-usapnya rambut jembut saya yang hitam lebat.
“Lebat sekali kak, sangat merangsang”, kata Budi. Dibukanya kedua belah paha saya, dan didorong hingga lutut saya menempel di perut dan dada. Bibir-bibir memek saya kini terbuka lebar dan dapat saya rasakan lubang memek saya terbuka. Saya merasa ada cairan merembes keluar dari dalam lubang memek. Saya sudah sangat terangsang. Tiba-tiba saja Budi berlutut di lantai dan ohhhhh, diciumnya memek saya.
“Ahh, jangan Bud, malu…, di situ kan bau”, kata saya kagok.
“Bau nikmat kak”, kata Budi tidak perduli. Dijilatinya memek saya. Perasaan nikmat menyerbu daerah selangkangan saya. Saya tidak dapat berkata apa-apa lagi dan hanya menikmati yang dia lakukan. Dijilatinya kelentit saya, dan sekali-sekali dijulurkannya lidahnya masuk ke lubang memek yang sudah sangat basah itu. Ujung lidah Budi keluar masuk lubang kenikmatan saya, kemudian berpindah ke kelentit, terus berganti-ganti.
Tangan Budi meremas-remas susu saya dengan bernafsu. Slerp, slerp .., bunyi lidah dan mulutnya di memek saya. Kenikmatan semakin memuncak di memek saya, dan terasa menembus masuk hingga ke perut dan otak saya. Saya tidak mampu lagi menahannya. Kedua kaki saya mengejang-ngejang, saya menjepit kepala Budi dengan tangan dan saya tarik sekuat-kuatnya ke memek saya. Saya gosok-gosokkan mukanya ke memek saya. “Oooh, Buuud, kak Win keluar, ooooohhh …, nikmat sekali, oohhhh” saya menjerit dan mengerang tanpa saya tahan lagi.
Rasa nikmat yang tajam seolah menusuk-nusuk memek dan menjalar ke seluruh tubuh. Terpaan nikmat itu melanda, dan tubuh saya terasa mengejang beberapa saat. Sesudah kenikmatan itu lewat, tubuh saya terasa lemah tetapi lega dan ringan. Kaki saya terjuntai lemah. Budi sudah berdiri. Ia kini melepas seluruh bajunya. Celana panjang dipelorotkannya ke bawah dan dilepas bersama dengan celana dalamnya.
Oohhhhh, tampak pemandangan yang luar biasa. Budi ternyata memiliki kontol yang besar, tidak sesuai dengan badannya yang sedang-sedang ukurannya. Kontol itu berwarna coklat kemerahan. Suami saya bertubuh lebih besar dari Budi, tetapi kontol Budi ternyata luar biasa. Astaga, ia mengocok-kocok kontol itu yang berdiri kaku dan terlihat mengkedut – kedut. Kepala kontolnya tampak basah karena cairan dari lubang kencingnya. Tanpa saya sadari, tangan saya menjulur maju dan membelai kontol itu. Ogghhh besarnya, dan alangkah kerasnya. Saya remas kepalanya, oohhhh .. Keras sekali, saya peras-peras kepalanya. Budi mengejang-ngejang dan keluar cairan bening menetes-netes dari lubang di kepala kontolnya.
“Ahhhhh, jangan kak Win, saya nggak tahan, nanti saya muncrat keluar”, bisiknya sambil mengerang.
“Saya mau keluarkan di dalam memek kak Win saja, boleh yahhh Kak ?”, kata Budi lagi.
“Ahh, iya, Buud .., cepetan masukin ke memek kak Win, ayoohh”, kata saya. Kontol yang keras itu saya tarik dan tempelkan persis di depan lubang memek saya yang basah kuyup oleh cairan memek dan ludah Budi. Tidak sabar saya rangkul pantat Budi, saya jepit pula dengan kedua kaki saya, dan saya paksa tekan pinggulnya. Ahhhhh, lubang memek saya terasa terdesak oleh benda yang sangat besar, ohhhh dinding-dinding memek saya terasa meregang.
Kenikmatan mendera memek saya kembali. Kontol itu terus masuk menembus sedalam-dalamnya. Dasar lubang memek saya sudah tercapai, tetapi kontol itu masih lebih panjang lagi. Belum pernah saya merasakan sensasi kenikmatan seperti ini. Saya hanya tergolek menikmati kebesaran kontol itu. Budi mulai meremas-remas susu saya dengan kedua tangannya. Tiba-tiba kontol itu mengenjot memek saya keluar masuk dengan cepatnya. Saya tidak mampu menahannya lagi, orgasme kembali melanda, sementara kontol itu tetap keluar masuk dipompa dengan cepat dan bertenaga oleh Budi.
“Aduuuhh, Buud, nikmat sekali.., aku nggak kuat lagi ..”. Saya merengek-rengek karena nikmatnya.
“Hheehhhheh, sebentar lagi saya keluaaaar kaak ..”, kata Budi. Kocokannya semakin menjadi-jadi. Tiba-tiba terasa tubuhnya menegang. “Ahhhuuuggh, saya keluar kaaaak .”, erang Budi tertahan-tahan. Kontol Budi terbernam sedalam-dalamnya. Crut .. cruutt . crutt, saya merasakan ada cairan hangat menyemprot jauh di dalam memek saya seolah tanpa henti. Budi memeluk saya erat-erat sambil menyemprotkan cairan maninya didalam memekku. Mukanya tampak menegang menahan kenikmatan. Ada sekitar satu menit ia meregang nikmat sambil memeluk saya.
Sesudah itu Budi menghela napas panjang. “Saya tidak tahu apakah saya menyesal atau tidak, … tapi yang tadi sangat nikmat. Terima kasih kak Win”. Diciuminya muka saya. Saya tidak dapat berkata apa-apa. Air mata saya menetes keluar. Saya sangat menyesali yang telah terjadi, tetapi saya juga menikmatinya sangat mendalam. Saat itu saya juga merasakan penyesalan Budi. Saya tahu ia sangat menyayangi Dian istrinya. Tetapi nasi sudah menjadi bubur.
Sejak kejadian itu, kami hanya pernah mengulangi berzina satu kali. Itu kami lakukan kira-kira di minggu ketiga bulan puasa, pada malam hari. Yang kedua itu kami melakukannya juga dengan menggebu-gebu. Sejak itu kami tidak pernah melakukannya lagi hingga kini. Kami masih sering bertemu, dan berpandangan penuh arti. Tetapi kami tidak pernah sungguh-sungguh untuk mencari kesempatan melakukannya. Budi sangat sibuk dan saya harus mengurusi Ilham yang masih kecil. Saya masih terus didera nafsu sex setiap hari. Saya masih terus bermain dengan internet dan menjelajahi dunia sex internet. Saya terus berusaha menekan birahi, tetapi saya merasa tidak mampu. Mungkin suatu saat saya nanti saya akan melakukannya lagi dengan Budi, dengan segala dosa yang menyertai.

Gairah Lihat Istriku ML Dengan Orang Lain

Namaku Iyan biasa dipanggil iyan, aku tinggal di tengah-tengah kota Jakarta, saat ini pekerjaanku adalah seorang IT pada beebrapa perusahaan di Jakarta, bandung dan Semarang. Usiaku saat ini 29 tahun, karena pekerjaanku sebagai wiraswasta di luar kota kota Jakarta, aku sering sekali berpergian keluar kota. Bahkan terkadang aku hanya satu atau dua hari tinggal di rumahku di daerah Rawamangun Jakarta Timur. Istriku bernama “Nur” usianya 25 tahun lulusan salah satu universitas swasta di Jakarta. Alhamdulilah aku dikarunia seorang putera yang sedang lucu-lucunya bernama “firman” dengan usia 1,5 tahun. Ditengah kesibukanku yang teramat sangat itulah aku sering kali tidak bisa memenuhi hasrat biologis istriku.
Sudah hamper 3 tahun aku menikahi istriku yang selalu diliputi rasa bahagia dan lumayan berkecukupan. Hari-hari kami selalu kami jalani dengan indah, aku bersyukur sekali ternyata Tuhan sangat baik padaku, sehingga aku mendapatkan istri yang benar-benar sangat sayang dan penuh pengertian. Setiap aku ingin minta berhubungan sex dengan istriku, dia tidak menolak dan bahkan selalu memberikanku kepuasan yang tidak digambarkan dengan kata-kata. Meskipun aku sendiri juga sudah berusaha semaksimal mungkin untuk memenuhi kepuasan sexual istriku. Tiap kali berhubungan aku selalu bertanya dan berdiskusi tentang permainan sex kami, sehingga kami bisa saling memahami kekurangan kami masing-masing. Bahkan setelah itu istriku biasanya meminta berhubungan sex lagi sampai berkali-kali dalam satu malam.
Sampai pada suatu hari istriku mengeluh padaku, tentang profesiku yang selalu meningalkan rumah sampai berhari-hari. Padahal istriku ingin sekali merasakan kehangatan belaianku yang hingga akhirnya sampai berhubungan sex. Tetapi mau gimana lagi, aku tetap sulit menerima keinginannya, karena itu adalah sudah menjadi resiko tanggaung jawab ku dalam profesiku ini. Aku sudah memberikan pengertian baik-baik kepada istriku, walaupun pada akhirnya istriku mengerti dengan keadaanku ini. Tetapi tetap saja aku tidak tega.
Aku tahu pasti kalau istriku sangat setia padaku, karena istriku adalah istri yang taat pada agama. Setiap keluar rumah dia selalu menjaga pandangannya, tak lupa dia sellau mengenakan jilbabnya ketika keluar dari rumah. Banyak temanku bilang kalau istriku itu sangat cantik, tingginya 160 cm / 152 kg, kulit putih dan wajahnya seperti maudy kusnaedi, apalagi payudaranya mnotok banget dengan ukuran 36b. aku paling suka meremas dan menghisap payudaranya, tidak ada bosan-bosannya walaupun hampIr tiap hari aku meremasnya.
Hari semakin hari, bulan semakin bulan terus berlalu, aku melihat istriku adalah type wanita yang mudah sekali terangsang dan nafsunya sulit dikendalikan bila diatas ranjang. Dia selalu sekuat tenaga melepaskan hasrat sexnya jika ku pulang kerumah, tidak siang ataupun malam, hari-hariku selalu tidak lepas dari kata sex. Aku maklumi karena aku hanya pulang satu hari dalam seminggu. Ditengah kegalauanku akupun mendiskusikan masalah ini kepada istriku. Terus terang akupun sangat kewalahan melayani nafsu sex istriku yang menurut saya “sangat gila” karena aku pikir aku juga ingin sekali menghabiskan satu hari in dirumah untuk istirahat.
Setelah aku berdikusi cukup lama dengan istriku barulah aku mengambil kesimpulan bahwa dia cukup menderita dengan kepergianku. Dia selalu melampiaskan hasrat sexualnya dengan melakukan mastrubasi dengan tangannya. Aku tidak habis pikir kenapa ini bisa terjadi, kasian sekali istriku. Tapi bagaimanapun juga istriku tidak selingkuh dengan pria manapun demi kesetiannya terhdap aku.
Akhirnya aku memiliki ide yang cukup gila untuk menuruti keinginan istriku ini, ya memang ini cukup gila dan melanggar kaedah agama. Tetapi mau gimana lagi ini sudah menjadi kesimpulanku untuk mengakhiri penderitaan istriku. Aku mencoba merayu istriku agar melampiaskan sexnya kepada orang lain yang bisa memuaskan dirinya selama aku tidak berada di rumah. Awalnya istriku menolak karena alasan agama dan memang tidak pantas dirinya dijamahi orang lain selain aku. Tetapi setelah aku memberikan pengertian dengan beberapa perjanjian-perjanjian yang harus ditepati diantara kami berdua. Sampai pada akhirnya kami menyepakati ide itu, dengan catatan istriku bisa bermain sex dengan hanya satu orang laki-laki selain diriku yang aku pilih, selain itu aku memberikan peringatan kepadanya agar jangan sekali-kali memasukkan spermanya kedalam vaginanya.
Setelah aku pikir-pikir aku telah memilih sosok laki-laki tampan dengan usia 20 tahun bernama Irwan, dia adalah rekan kerjaku ketika kami masih bekerja diperusahaan swasta pada beberapa tahun yang lalu, dia juga sudah punya istri dan dua orang anak, kebetulan sekali saat ini masih nganggur. Langsung saja aku mengajaknya bertemu empat mata di sebuah rumah makan. Tanpa basa basi lagi aku langsung mengajaknya bekerja mulai pukul 17:00 sampai 22:00 malam. Tugasnya hanya melayani dan memenuhi hasrat sexual istriku. Tetapi sebelumnya aku ingin sekali melihat bagaimana dia melayani istriku diatas ranjang di hadapanku.
Seminggu kemudian, setelah aku pulang dari luar kota saya dan istri saya sudah ceck in di sebuah hotel di daerah matraman Jakarta Pusat tepat pukul 17:00 BBWI. Sedangkan Anakku sudah aku titipkan ke orang tuaku, kini aku sedang menantikan kehadiran Irwan yang janjinya akan datang tepat pukul 18:00. di dalam kamar hotel tersebut, istriku kuperintahkan untuk mengenakan pakaian yang ketat dan sexy yang sengaja aku belikan dari Bandung. Jangankan irwan, aku saja yang sudah sering melihat istriku masih nafsu ketika memandang istriku berdandan seperti ini. Saat ini istriku mengenakan kaos putih ketat yang didalamnya hanya dibalut bra tipis, sedangkan bawahannya mengenakan rok bahan warna hitam yang panjangnya sampai selutut tapi belahannya hampir memamerkan seluruh pahanya yang putih dan mulus. Bibirnya dipoles dengan lisptik warna transparan dengan rambut panjang terurai rapi di atas bahunya. Sesaat aku melihat wajahnya begitu tegang manantikan kedatangan Irwan, sesekali aku menyentuh dadanya berdegap kencang tak karuan menantikan saat-saat yang menegangkan ini.
Tak lama kemudian, aku mendengar suara ketukan pintu, setelah aku buka ternyata benar Irwan sudah datang. Aku persilahkan masuk dan sembari menikmati minuman dingin dan makanan kecil yang baru saja kami beli. Sebelumnya aku bertanya kepada istriku apakah istriku suka pdanya, rupanya tanpa pikir panjang dia menjawab itu adalah terserah saya, kalau saya setuju maka dia juga menuruti perintah saya. Ya pada akhirnya aku mempersilahkan Irwan mendekati istriku di ranjang yang cukup lebar dan luas ini.
Jantungku berdebar-debar melihat istriku yang kelihatnnya tampak tegang setelah disentuh oleh tangannya Irwan. Aku melihat Irwan sosok pria yang lembut, dia tidak langsung menyambar istriku dengan sentuhan-sentuhan yang mengarah pada bagian sensitifnya. Awalnya Irwan memeluk istriku yang duduk tersipu malu menghadap sebuah cermin yang terpampang di depannya. Irwan memeluk kepala istriku dengan lembut meskipun aku lihat istriku sangat kaku sekali. Aku hanya duduk di samping kanan ranjang itu, memang agak jauh karena kamar hotelnnya juga cukup besar bagi ukuran untuk 3 orang. Kelihatannya aku lihat Irwan cukup sabar memeluk istriku, sambil mencunbu istrku, dia tidak sungkan-sungkan mengucapkan kata-kata yang entah aku juga tidak mendengarnya. Berkali-kali pipinya dicium oleh Irwan, tanpa canggung-canggung Irwan juga mencoba menciumi tangan, leher, hidung dan jidatnya. Istriku hanya diam saja, pdahal kalau aku main sex dengan istriku dia selalu rajin menciumi semua daerah kapalaku sampai air liurnya membasahi permukaan wajahku.
Kini Irwan mencoba mencium bibir istriku dengan lembut, kudengar dari kejauhan suara bercakan bibirnya yang saling beradu. Aku lihat istriku juga membalas ciumannya dengan sesekali menggerakan tangannya di bahu Irwan. Ketika beberapa saat ciuman, nampaknya Irwan sudah berani menggerayangi tubuh istriku, awalnya dari punggungnya sampai kini daerah payudaranya, tangan kirinya seperti sudah melekat di payudara kiri istriku. Dia mencoba meraba-raba sambil mencoba meremas-remas dengan lembut. Dapatkan cerita tukar pasangan lainya di ceritaserudewasa.info. Aku merasa sangat menggairahkan melihat adegan ini, apalagi ketika mereka berdua melakukan ciuman yang dahsyat, rasanya sudah beberapa kali mereka melakukannya. Tak lama kemudian Irwan melepaskan ciumannya dan kedua tangannya mengarah ke kedua buah payudara istriku, dua tangannya mencoba meremas-remas payudara istriku dengan berbagai macam variasi.
Istriku hanya terlihat pasrah saja, kedua tangannya ada dibelakang pinggangnya untuk menahan serangan tubuhnya. Irwan sudah tak sabar untuk membuka kaos dikenakan istriku, dia menarik kedua tangan istriku ke atas dan membukakan kaosnya, yang selanjutnya membuka kancing bra. Ouwww.. rupanya payudara istriku sudah terpampang jelas tanpa sehelai benagpun di hadapan Irwan yang nampaknya sudah bersiap-siap melahap payudara istriku.
Kini istriku tidur terlentang mengikuti arahan Irwan, tanpa ragu lagi Irwan melahap payudaranya. Tak henti-hentinya mulutnya menjilat-jilat putingnya sambil meremas-remas payudaranya. Istriku hanya bisa memegang kepala Irwan dengan menahan kenikmatannya. Desahan-desahan kecil mulai terkuak dari mulutnya, ya memang istriku paling suka dijilati payudaranya, itu merupakan rangsangan yang hebat sebelum melakukan ml. ketika payudaranya terus dihisap, dijilat dan diremas-remas oleh Irwan matanya mulai melihat kea rah ku, aku nggak tau apa yang ingin dia katakan, pastinya dia saat ini mersakan rangsangan yang hebat.
Cukup lama irwan menguasai peyudara istriku, akhirnya kini irwan membuka rok istriku dengan cepat, lalu tanpa ragu lagi dia membuka celana dalam istriku. Ouww pengalaman yang sangat menraik ketika seluruh tubuh istriku terpampang jelas tanpa sehelai benangpun di hadapan Irwan. Hatiku berdebar-debar menantikan apa reaksi irwan selanjutnya. Opsss nampaknya irwan membuka lebar-lebar paha istriku, dan…………….benar-benar aku tidak menyangka dia mulai menjilati vagina istriku yang nampaknya sudah basah karena rangangan yang begitu hebat. Belum lama irwan menjilati vagina istriku, kini istriku mendesah hebat, kedua tangannya mulai mengepaal keras. Kepalanya mulai bergerak tak karuan, kulihat matanyapun sudah tak mampu melihat kejadian ini. Tetapi meskipun begit, istriku masih saja menyebut-nyebut namaku ketika mendesah hebat. Aku senang rupanya istriku bisa merasakan apa yang dia inginkan, ini adalah bukti rasa cintaku padanya. Kini aku melihat wajah irwan benar-benar tenggelam di kedua belah selangkangan istriku, karena paha istriku terus mengggelinjang tanpa arah mejepit kepala irwan yang sedang isbuk menghisap vaginanya.
Setelah permainan ini, irwan bangun dari ranjangnya, lalu dia membuka semua pakainannya sampai dia benar-benar telanjang di hadapan istriku. Ku lihat penisnya cukup besar, meskipun tak jauh ukurannya dibandingkan dengan penisku. Rupanya Irwan sudah tidak sabar ingin memasukkan penisnya kedalam vaginanya. Dalam kondisi yang agak lemas, istriku menwarkan untuk menghisap penisnya, tetapi Irwan menolaknya entah alasannya apa.. Irwan kini sudah berada di depan kedua selangkangan istriku, nampak istriku hanya berposisi terlentang menghadap irwan yang sedang duduk sambil memoles-moles penisnya. Baru saja Irwan merenggangkan selangkangan istriku dan ingin memasukkan penisnya. Istriku langsung memanggilku untuk menghampirinya. Langsung saja aku menghampiri istriku itu walaupun entah apa yang dia inginkan. Kini aku duduk di sebelah kepala istriku dan aku bertanya kepada istriku “kenapa sayang?”, lalu istriku menjawab “ maafkan aku ya sayang, tapi aku tetap cinta dan sayang sama papah, aku ingin papah mengusap-usap kepalaku ketika aku dijamah mas irwan, mau khan?”. Aku hanya mengangguk-nganggukan kepalaku dan mencium keningnya. Setelah itu aku mempesilahkan irwan memasukan penisnya kedalam vagina istriku.
Tak lama kemudian Irwan mencoba memasukkan penisnya ke dalam vagina istriku, sulit juga isrwan memasukkan penisnya kedalam vagina istriku. Akhirnya istriku mencoba membantu dengan tangannya untuk memasukan penisnya. Kini penisnya sudah masuk kedalam vaginanya, sudah kutebak irwan mencoba menggerakkan pantatnya dengan dorongan yang cukup pelan. Memang ini adalah strategi ml yang konvensional yang sudah biasa aku lakukan sehari-hari dengan istriku. Tetapi nampaknya istriku begitu sangat menikmati permainan ini, kulihat dia memejamkan matanya sambil menggigit bibirnya menahan rasa nikmat yang ada pada tubuhnya. Kaki istriku tepat ada di punggung irwan dengan vagina yang sudah terbuka lebar di hadapannya. Sesekali aki melihat penisnya begitu gagah keluar-masuk ke dalam vagina istriku. “papahhh…sshhhhh oouwwwwww…… ppaaahhhhhhhhhhh”, aku benar-benar terkejut mendengar rintihan istriku yang cukup keras itu, tidak biasanya istriku merintih sangat keras. Gerakan tubuhnya bergetar hebat tak beraturan, tak bosan-bosannya Irwan terus menancapkan penisnya ke liang vagina istriku, sambil meremas-remas payudara istriku. Aku hanya mengusap-usap kening istriku yang tampaknya benar-benar berada dalam kondisi orgasme. Disamping aku juga lihat Irwan menikmati permainan ini, dengan mengeluarkan desahan halus yang keluar dari mulutnya.
Hampir 15 menit berlalu irwan belum juga lelah terus mendorong pantatnya ke dalam vagina istriku, aku lihat penisnya begitu kekar masuk kedalam liang kemaluan istriku. Padahal keduanya sudah dibasahi keringat disekujur tubuhnya, walaupun hotel ini menggunakan AC yang sangat dingin. Semakin lama istriku mencoba bangkit dari tidurnya dan memeluk irwan lalu menciumi bibirnya. Owwwww ini adalah making love yang sangat romantis yang pernah aku lihat seumur hidupku. Istriku kini ada di atas pangkuan irwan yang secara bergantian menggoyang-goyangkan pantatnya. Hampir setengah jam kemudian Irwan berisyarat bahwa dia ingin mengeluarkan sesuatu dari kemaluannya, cepat-cepat istriku bangun dari pangkuan irwan, ya benar saja tak lama kemudian irwan memuncratkan spermanya di atas selimut ranjang hotel ini. Lalu istriku mencoba membantu mengocok-ngocok penisnya agar spermanya bisa keluar sebanyak mungkin.
Rupanya permainan ini sudah selesai, aku Bantu istriku mengambilkan tissue untuk mengelap sperma yang masih menempel di tangannya. Irwan bergegas ke toilet untuk bersih-bersih. Terlihat senyuman hangat terpancar di wajah istriku, aku cukup bahagia istrku bisa menikmati kepuasan sexualnya meskipun bukan denganku. Aku coba membantu membersihkan cairan yang ada di lobang vaginanya dengan tissue ini. Lalu tak lama kemudian istriku meninggalkanku untuk ke toilet.

Hanifah Citra Istri Yang Terpedaya

Namaku Hanifah Citra Nurkhasanah,umur 28 tahun telah bersuami namun belum dikaruniai seorang anak.Aku adalah lulusan sebuah Universitas Terkenal di Bogor). Pak Hambali adalah ketua RT di daerah tempat aku tinggal. Ia sering datang ke rumahku untuk keperluan menagih iuran daerah dan biaya air ledeng.
Dia adalah seorang pria berusia sekitar 50 tahunan dan mempunyai 2 istri. Benar kata orang bahwa dia ini seorang bandot tua, buktinya ketika di rumahku kao aku lewat didepannya, seringkali matanya jelalatan melihat padaku seolah-olah matanya tembus pandang ke balik pakaianku. Padahal aku wanita yang selalu mengenakan ****** dan baju panjang sampai mata kaki.
Tak pernah kelihatan oleh orang lain selain suamiku, karena hanya wajahku yang cantik dan kedua telapak tanganku ini saja yang kelihatan. Wah wah wah…..Dengan pakaian muslimahku ini saja…ia masih melotot seolah pandangannya mampu menembus ke balik ****** dan baju panjangku,apalagi kalu dia liat aku pas pakai celana pendek di dalam romah…pasti ngiler deh orangf ini,pikirku dalam hati.
Bagiku sih tidak apa-apa, aku malah senang kalau tubuhku dikagumi laki-laki, berarti ia mengagumiku sebagai sosok wanita alim yang berpakaian rapi.No problem gitulah…bukankah aku telah menutup seluruh tubuhku dan hanya wajah dan telapak tanganku saja yang bisa ia lihat? Sebagai wanita dewasa yang telah bersuami aku tahu persis bahwa di otaknya pasti diisi oleh fantasi2 jorok mengenai lekuk liku tubuhku yang tertutup rapat itu.
Ah…..masa bodoh lah….yang penting aku telah menjalani kewajibanku untuk menutup aurat.Namun,terkadang aku risih juga dengan tatapan matanya yang seakan menjelajah tubuhku tadi.Inilah yang membuatku selalu berhati-hati bila melewat di depannya.Aku selalu menjulurkan ****** lebarku hingga tonjolan buah dadaku yang cukup besar ini tak terlihat olehnya.Kalau sampai tercetak payudaraku….wah bisa gawat.Aku yakin di dalam pikirannya pasti penuh hal-hal yang jorok tentangku.
Rabu,Pertengahan Januari 2004 Sekitar Jam 11.00 WIB Aku sedang di rumah sendirian. Suamiku sejak pagi tadi telah berangkat kantor.Seperti biasa,selesai mandi aku duduk-duduk di beranda belakang menikmati pemandangan alam.Aku membaca tabloid muslimah ,bacaan kesukaanku.Sambil makan makanan kecil dan minum jamu untuk menjaga stamina tubuhku.
Aku memakai baju panjang terusan warna krem muda,dengan ****** lebar putih bersih.Baju panjang seperti ini yang aku sukai,sebab selain menutup seluruh tubuh,pakaian ini juga nyaman dan longgar. ..Namun…karena buah
dadaku yang sangat besar dan montok ini menyebabkan tonjolan besar di balik ****** dan bajuku.
Tiba-tiba terdengar bel berbunyi, segera kuletakkan tabloid muslimah ke meja,dan berjalan ke arah pintu. Kulihat dari jendela, ternyata Pak Hambali yang datang, pasti dia mau menagih biaya ledeng, yang dititipkan suamiku tadi.
Kubukakan pagar dan kupersilakan dia ke dalam “Silakan Pak duduk dulu ya, saya ambil uangnya” senyumku dengan ramah mempersilakannya duduk di ruang tengah.
“Kok sepi sekali dik, kemana yang lain ?” “Ya….beginilah Pak, kalau suami saya ke kantor,biasanya saya sendirian saja di rumah, tapi uangnya udah dititip ke saya kok, Seperti biasa matanya selalu saja menatapi tubuhku, terutama bagian dadaku yang menonjol itu. Aku juga sadar kalau dadaku sempat diintip olehnya waktu menunduk untuk menaruh segelas teh untuknya.
Untunglah ****** putihku ini cukup panjang dan lebar,hingga ia tak menemukan yang apa dicarinya.
“Minum Pak” tawarku lalu aku kembali masuk ke dalam untuk mengambil rekening untuk pembayaran ledeng.
Aku sama sekali tak mengetahui kalau ternyata pak Hambali memasukkan sesuatu ke dalam gelas minumanku saat aku masuk ke dalam.Sambil membawa rekening terakhir pembayaran,aku kembali duduk di depannya dengan
menyilangkan kaki kananku sehingga pahaku yang jenjang dan putih itu tercetak di balik kain panjang yang kukenakan. Aku meneguk gelas yang telaH dicampuri sesuatu tadi,dan sedikitpun aku tak mengetahui bahwa itu
adalah obat perangsang sex tingkat tinggi.
Beberapa saat setelah aku minum,benar saja…aku merasakan geli2 dan letupan birahi yang menggoda liang memekku.Puting susuku tiba2 menjadi kencang dan runcing….gairah sexku tiba2 membuncah tingi ke awang2.Aku jadi terbayang saat2 aku bersetubuh dengan suamiku..nikmat..geli…gatal.!!ya,rasa itu seperti sangat dekat.
Aku resah..dudukku jadi tak tenang,sebentar2 aku menggerakkan lutut untuk menutupi gejolak birahi yang melanda. Nuansa mesum mulai terasa di ruang tamuku yang nyaman itu. Dia menanya-nanyaiku sekitar masalah anak muda, kegiatan2 pengajian, masa2 muda saat kuliah, hoby, keluarga, dan lain-lain, tapi matanya terus saja menelanjangiku. “Dik Citra jamunya apa sih,kok kelihatan cantik terus..???
Busyet….ia memulai rayuannya. “Habis bersih2 rumah ya dik, soalnya badannya keringatan gitu terus mukanya merah lagi” katanya. “Iya nih Pak
“,jawabku sambil mataku kurasakan meredup dan bibirkupun terasa gemetar.Aku tak kuat menahan birahi ini…Sambil bersuara lirih’aku menjawab pertanyaan2 pak Hambali.
“Biasa kan Pak, wanita harus jaga badan lah, rajin minum jamu dan beres2in rumah.Cuma sekarang jadi pegel banget nih, pengen dipijat rasanya, bapak bisa bantu pijitin ga ?” godaku sambil mengurut-ngurut pahaku.Sumpah…aku cuma bercanda.Aku sengaja berseloroh begitu hanya untuk menggoda dan mengetahui sampai di mana keberaniannya.
Namun astaga….rupanya aku salah duga.Ia ternyata jauh lebih berani dari yang aku duga. Tanpa diminta dia segera bangkit berdiri dan pindah ke sebelahku, waktu berdiri kuperhatikan ia lagi2 melihat ke dadaku yang menonjol dari balik ****** dan baju muslimahku, akupun tak punya daya dan kekuatan untuk menghindari tubuhnya yang kini dekat sekali ke tubuhku.
Kulihat wajahnya yang memang tampan, juga kulihat penisnya ngaceng berat di balik celananya. “Mari Dik, kesinikan kakinya biar bapak pijat”. Tanganku mencoba menahannya agar ia tak menyentuh tubuhku.Namun ia nekat tak menghentikan langkahnya, ‘Dik Citra…tenang Dik…nanti Dik Citra akan merasa nyaman.”Katanya sambil tangannya memegang lengan kananku dan tangan kirinya meraih pundakku.’ Jangan Pak…malu,kataku sambil
mendorongnya.”Dik Citra…..ayolah Dik….ia tak mau berhenti. Pandai benar laki2 ini, ia sangat percaya diri berbuat seperti ini.
Ia tahu persis rupanya,walau mulutku menolak perlakuannya, namun gerak dan irama tubuhku justru mengijinkan bahkan menginginkan lebih dari semuanya.
Akhirnya aku benar2 diamuk birahi yang menggelegak, pertahananku runtuh, aku membiarkan tangannya menyentuh dan menjamah tubuhku. Aku merubah posisi dudukku menjadi menyamping dan menjulurkan kakiku ke arahnya. Dia mengusap-kakiku, menyingkapkan baju panjangku,mengelus betisku..dan ooohh…..perlakuannya sangat lembut meraba2 betis dan hingga ke atas di pangkal pahaku. Aku merengek manja…..Paaakk…..ooouuhh…nafsu telah menguasai jiwaaku.Aku tak ingat lagi bahwa lelaki yang kini menjamahku ini bukanlah suamiku. Aku tak ingat lagi, bahwa aku seorang muslimah cantik jelita yang masih memakai ****** dan baju panjangnya, kini mengijinkan tubuhnya dipegang dan diraba2 oleh laki2 lain selain suaminya.
Pak Hambali mulai mengurut paha…turun ke bawah hingga betisku.
Uuuhh….pijatannya benar-benar enak, telapak tangannya yang kasar itu menelusup ke dalam baju panjangku,membelai pahaku yang putih mulus membangkitkan birahiku. Akupun mendesah-desah sambil menggigit bibir bawahku. “Dik Citra….kamu wanita yang sangat cantik, alim, ber******, dan sangat sopan. Bapak jadi penasaran sekali dengan kemulusan dan keindahan tubuh dik Citra yang selalu tertutup ****** ini.” Aku sudah tak mampu lagi mendengarkan celotehannya.
Yang aku rasakan hanyalah geli…gatal…nikmat…yang menuntut pemuasan. “Pijatan bapak enak ya Dik ?” tanyanya lagi. Aku terus mendesah membangkitkan nafsu Pak Hambali, desahanku kadang kusertai dengan geliat tubuh. Tanganku mencengkeram sandaran sofa menahan nikmat tak tertahankan, sambil aku menyandarkan kepalaku yang terbungkus ****** lebar warna putih ini. Dia semakin berani mengelus paha dalamku, bahkan menyentuh pangkal pahaku dan meremasnya.
“Enngghh…Pak !” desahku lebih kuat lagi ketika kurasakan jari- jarinya mengelusi bagian itu Tubuhku makin menggelinjang sehingga nafsu Pak Hambali pun semakin naik dan tidak terbendung lagi. Celana dalamku yang
berwarna pink dipelorotkannya .
“Aaww…!” aku sangat kaget sambil menutupi kemaluanku dengan telapak tanganku. Sungguh….belum pernah laki2 lain selain suamiku menyentuh tubuhku bahkan menyentuh kemaluanku.
Aku seorang muslimah yang ber******,taat menjaga kehormatan.Jangankan menyentuh…melihat kakiku saja tak ada yang pernah. Tapi kali ini pak Hambali …seorang laki2 yg bukan suamiku telah jauh masuik ke dalam
bagian2 tubuhku yang selama ini aku jaga.
Namun,melihat reaksiku dia justru makin gemas saja, ditariknya celanaku yang sudah tertarik hingga lutut itu lalu dilemparnya ke belakang, tanganku yang menutupi kemaluan juga dibukanya sehingga kemaluanku yang berambut lebat itu tampak olehnya, klistorisku yang merah merekah dan sudah becek siap dimasuki. Pak Hambali tertegun beberapa saat memandangiku yang sudah bugil bagian bawah itu.
“Kamu memang sempurna Dik Citra, dari dulu bapak sering membayangkan ng*****in kamu, kamu wanita yang sangat cantik dan alim. Kamu wanita sopan, baik dan suci di balik ****** dan pakaian2 muslimahmu. Di balik ****** dan baju panjangmu,aku justru sangat penasaran dan tertantang ingin melihat dan menyingkapnya.., akhirnya hari ini kesampaian juga” rayunya. Dia mulai melepas kemejanya sehingga aku dapat melihat perutnya yang berlemak dan dadanya yang berbulu itu. Lalu dia membuka sabuk dan celananya sehingga benda dibaliknya kini dapat
mengacung dengan gagah dan tegak.
“Wow……gede banget!”‘kataku dalam hati.Aku menatap takjub pada organ tubuh itu, begitu besar dan berurat,jauh lebih besar dan panjang dari pada milik suamiku.Aku sudah tidak sabar lagi menggenggam dan mengulumnya.
Pak Hambali begitu membuka pahaku lalu membenamkan kepalanya di situ sehingga selangkanganku tepat menghadap ke mukanya. “Busyet….laki2 ini bernafsu banget dengan kemaluanku.Dengan ****** lebar warna putih yang masih kukenakan,dan baju panjang muslimah yang juga masih membungkus tubuhku,laki2 ini menelusupkan wajahnya ke dalam selengkanganku.
“Hhmm…wangi, pasti adik rajin merawat diri yah” godanya waktu menghirup kemaluanku yang kurawat dengan apik dengan sabun pembersih wanita. Sesaat kemudian kurasakan benda yang lunak dan basah menggelitik vaginaku, oohh…lidahnya menjilati klistorisku, terkadang menyeruak ke dalam menjilati dinding kemaluanku. Lidah tebal dan kumisnya itu terasa menggelitik bagiku, aku benar-benar merasa geli di sana sehingga mendesah
tak tertahan sambil meremasi rambutnya.
Suamiku saja tak pernah berbuat segila ini, mencium bahkan menjilat-jilat lobang memekku. Kedua tangannya menyusup ke atas..menuju dadaku,walau masih terhalang ****** panjang dan baju muslimahku, ia kelihatan sudah
sangat bernafsu meremas, membelai, dan memelintir-melintir ujung buah dadaku.Secepat kilat,tangan kanannya menelusup ke balik kain ******ku di bagian dada,ya….tangannya telah meraih leherku,,,mengekluksnya…dan secepat kilat pula tangan itu berogoh masuk ke dalam baju panjangku dan menemukan buah dadaku yang sangat kenyal yang selama ini diincarnya itu. Jari-jarinya yang besar bermain dengan liar disana, memencet putingku dan
memelintirnya hingga benda itu terasa makin mengeras.
Aku naik ke wajahnya dan membungkukkan tubuhku, tangan kiriku menyingkap dan memegang ujung bawah kain panjangku,kuangkat tinggi2 hingga sampai ke pusar.Tangan kananku meraih benda kesukaanku itu, dalam genggamanku kukocok perlahan sambil menjilatinya. Kugerakkan lidahku menelusuri pelosok batang itu, buah pelirnya kuemut sejenak, lalu jilatanku naik lagi ke ujungnya dimana aku mulai membuka mulut siap menelannya. Oohh…batang itu begitu gemuk dan berdiameter lebar persis seperti tubuh pemiliknya, sehingga akupun harus membuka mulutku selebar- lebarnya agar bisa mamasukkannya. Aku mulai mengisapnya dan memijati buah pelirnya dengan tanganku.
Pak Hambali mendesah-desah enak menikmati permainanku, sementara aku juga merasa geli di bawah sana, kurasakan ada gerakan memutar-mutar di dalam liang vaginaku oleh jarinya, jari-jari lain dari tangan yang sama mengelus-elus klistoris dan bibir vaginaku, bukan itu saja, lidahnya juga turut menjilati baik anus maupun vaginaku. Sungguh suatu sensasi yang hebat sekali sampai pinggulku turut bergoyang menikmatinya, juga semakin bersemangat mengulum penisnya.
Selama 10 menitan kami menikmatinya sampai ada sedikit terganggu oleh berbunyinya HP Pak Hambali. Aku lepaskan penisnya dari mulutku dan menatap padanya.Kulirik kain ****** di
dadaku….beberapa rambut jembut kemaluan pak Hambali rontok dan menempel di ****** putihku.Aku mengambilnya…dan memperhatikannya.Wow….panjang banget bulu jembutnya Pak Hambali menyuruhku mengambil HP-nya di atas meja ruang tamu, lalu dia berkata
“Ayo dik, terusin dong karaokenya, biar bapak ngomong dulu di telepon” Aku pun tanpa ragu-ragu menelan kembali penisnya.
Dia bicara di HP sambil penisnya dikulum olehku, tidak tau deh bicara dengan siapa, emang gua pikirin, yang pasti aku harus berusaha tidak mengeluarkan suara-suara aneh. Tangan satunya yang tidak memegang HP terus bekerja di selangkanganku, kadang mencucuk-cucukkannya ke vagina dan anusku, kadang meremas bongkahan bontotku.
Tiba-tiba dia menggeram sambil menepuk-nepuk bontotku, sepertinya menyuruhku berhenti, tapi karena sudah tanggung aku malahan makin hebat mengocok dan mengisap penis itu sampai dia susah payah menahan geraman nikmatnya karena masih harus terus melayani pembicaraan.
Akhirnya muncratlah cairan putih itu di mulutku yang langsung saya minum seperti kehausan, cairan yang menempel di penisnya juga saya jilati sampai tak bersisa. “Ngga kok…tidak apa-apa…cuma tenggorokkan saya ada masalah dikit” katanya di HP Tak lama kemudian dia pun menutup HP nya, lalu bangkit duduk dan menaikkanku ke pangkuannya, tangan kirinya dipakai menopang tubuhku, lalu dengan sigap tangannya bergerak menyelinap diantara kedua pangkal pahaku.
Jari tengah dan telunjuknya menyeruak dan mengorek-ngorek vaginaku, aku meringis ketika merasakan jari-jari itu bergerak semakin cepat mempermainkan nafsuku. Pak Hambali menurunkan ritsluiting di pounggungku, memelorotkan pakaian muslimahku dari bahu dan meloloskannya lewat lengan kananku, sehingga kini payudara kananku yang putih montok itu tersembul keluar. Dengan penuh nafsu langsung dia lumat benda itu dengan mulutnya.
Aku menjerit kecil waktu dia menggigit putingku dan juga mengisapnya kuat-kuat, bulatan mungil itu serasa makin menegang saja. Dia membuka mulutnya lebar-lebar berusaha memasukkan seluruh payudaraku ke mulutnya, di dalam mulutnya payudaraku disedot, dikulum, dan dijilat, rasanya seperti mau dimakan saja milikku itu.
Sementara selangkanganku makin basah oleh permainan jarinya, jari- jari itu menusuk makin cepat dan dalam saja. Hingga suatu saat birahiku terasa sudah di puncak, mengucurlah cairan cintaku dengan deras. Aku mengatupkan pahaku menahan rasa geli di bawahku sehingga tangannya terhimpit diantara kedua paha mulusku. Setelah dia cabut tangannya dari kemaluanku, nampak jari-jarinya sudah belepotan oleh cairan bening yang kukeluarkan. Dia
jilati cairanku dijarinya itu,sebagian ia lap dan bersihkan dengan kain ****** yang terjulur di dadaku ini. aku juga ikutan menjilati jarinya merasakan cairan cintaku sendiri.
Kemudian dia cucukkan lagi tangannya ke kemaluanku, kali ini dia mengelus-ngelus daerah itu seperti sedang mengelapnya. Telapak tangannya yang penuh sisa-sisa cairan itu dibalurinya pada payudaraku “Sayang kalo dibuang, kan mubazir” ucapnya Kembali lidahnya menjilati payudaraku yang sudah basah itu, sedangkan aku menjilati cairan pada tangannya yang disodorkan padaku. Tanganku yang satu meraba-raba ke bawah dan meraih penisnya, terasa olehku batang itu kini sudah mengeras lagi, siap memulai aksi berikutnya. Peluh kenikmatan membasahi tubuh dan wajahku.
Tanganku meraih bros di ****** bagian depan dadaku untuk melepasnya.Namun tangan pak Hambali mencegahnya sambil menggenggam tanganku. “Biarkan Dik Citra,biarkan kamu tetap mengenakan ****** dan baju panjangmu ini,Justru inilah yang membuatku sangat terangsang.Di balik ****** dan baju panjangmu ini,tersimpan sejuta misteri kenikmatan,dan hari nii aku terlah membuktikannya”. Jantungku serasa copot mendengarnya..ya aku seorang wanita ber******,telah bersuami lagi.
Sekarang tengah bersetubuh dengan laki2 lain selain suamunya,Wanita macam apa aku ini,begitu hatiku berkecamuk.Namun itu hanya sekilas dan hanya beberapa detik saja,karena Pak Hambali kembali membelai-belai buah dadaku dan menciumi wajah dan bibirku.Gairah sex kembali membuatku melayang-layang tak ingat apa2 lagi,Ya…yang ku mau hanyalah *******..*******…dan ******* terus…Geli2 gatal di liang kewanitaanku
sungguh tak tertahankan.Ini hanya bisa dipuaskan dengan…..kemaluan pak RT ku yang besar dan tegang ini.
Dia membalik tubuhku, tepat berhadapan dengannya, tangan kananya memegangi penisnya untuk diarahkan ke vaginaku. Aku membukakan kedua bibir vaginaku menyambut masuknya benda itu. Setelah kurasakan pas aku mulai menurunkan tubuhku, secara perlahan tapi pasti penis itu mulai terbenam dalam kemaluanku.
Goyanganku yang liar membuat Pak Hambali mendesah-desah keenakan, untung dia tidak ada penyakit jantung, kalau iya pasti sudah kumat. Baju muslimah yang masih menyangkut di bahu sebelah kiri diturunkannya sehingga pakaian itu menggantung di perutku dan payudara kiriku tersingkap. Nampak sekali bedanya antara yang kiri yang masih bersih dengan bagian kanan yang daritadi menjadi bulan-bulanannya sehingga sudah basah dan memerah bekas cupangan.
Kedua tangannya meremas-remas kedua payudaraku, ketika melumatnya terkadang kumisnya yang kasar itu menggesek putingku menimbulkan sensasi geli yang nikmat. Lidahnya bergerak naik ke leherku dan mencupanginya sementara tangannya tetap memainkan payudaraku. Birahiku sudah benar-benar tinggi, nafasku juga sudah makin tak teratur, dia begitu lihai dalam bercinta, kurasa bukan pertama kalinya dia berselingkuh
seperti ini.
Aku merasa tidak dapat bertahan lebih lama lagi, frekuensi goyanganku kutambah, ****** yang kukenakan pun semakin kusut dan basah oleh keringat kenikmatan,lalu aku mencium bibirnya. Tubuh kami terus berpacu sambil bermain lidah dengan liarnya sampai ludah kami menetes-netes di sekitar mulut, eranganku teredam oleh ciumannya.
Mengetahui aku sudah mau keluar, dia menekan- nekan bahuku ke bawah sehingga penisnya menghujam makin dalam dan vaginaku makin terasa sesak. Tubuhku bergetar hebat dan jeritanku tak tertahankan lagi terdengar dari mulutku, perasaan itu berlangsung selama beberapa saat sampai akhirnya aku terkulai lemas dalam pelukan nya.
Dia menurunkanku dari pangkuannya, penisnya terlihat berkilauan karena basah oleh cairan cinta. Dibaringkannya tubuhku yang sudah lemas itu di sofa, lalu dia sodorkan gelas yang berisi teh itu padaku. Setelah minum beberapa teguk, aku merasa sedikit lebih segar, paling tidak pada tenggorokkanku karena sudah kering waktu mendesah dan menjerit. ****** lebar warna putih bersih itu, dirapikannya.Dan baju panjang yang masih menggantung di perut dia lepaskan, sehingga kini aku bugil total kecuali ****** lebar yang masih kukenakan di kepala,menjulur sampai ke dada.
Sebelum tenagaku benar-benar pulih, Pak Hambali sudah menindih tubuhku, aku hanya bisa pasrah saja ditindih tubuh gemuknya. Dengan lembut diamengecup keningku, membelai-belai ****** di kepalaku,ya….ia kelihatan sangat menyukai dan mengagumi wanita cantik ber****** seperti halnya diriku. Dari sana kecupannya turun ke pipi, hingga berhenti di bibir, mulut kami kembali saling berpagutan. Saat berciuman itulah, Pak Hambali menempelkan penisnya pada vaginaku, lalu mendorongnya perlahan, dan aahh.mataku yang terpejam menikmati ciuman tiba-tiba terbelakak waktu dia menghentakkan pinggulnya sehingga penis itu menusuk lebih dalam.
Kenikmatan ini pun berlanjut, aku sangat menikmati gesekan-gesekan pada dinding vaginaku. Buah dadaku saling bergesekan dengan dadanya yang sedikit berbulu, kedua paha rampingku kulingkarkan pada pinggangnya.
Kadang tanganku mengangkai ujung ****** yang terjulur di dada…agar buah dadaku yang montok dapat bersentuhan langsung dengan tubuh pak Hambali.
Aku mendesah tak karuan sambil mengigiti jariku sendiri. Sementara pinggulnya dihentak-hentakkan diatasku, mulutnya tak henti-hentinya melumat atau menjilati bibirku, wajahku jadi basah bukan saja oleh keringat, tapi juga oleh liurnya. Leherku pun tak luput dari jilatannya, lalu dia angkat lengan kananku ke atas dan dia selipkan kepalanya di situ.
Aahh.ternyata dia sapukan bibir dan lidahnya di ketiakku yang halus tak berbulu itu, kumis kasar itu menggelitikku sehingga desahanku bercampur dengan ketawa geli. Wajah Pak Hambali yang tampan kini tersembunyi di balik ****** lebarku yang berwarna putih,sementara lidahnya menjilat-jilat ketiakku. “Uuuhh….Pak…aakkhh…!” aku kembali mencapai orgasme, vaginaku terasa semakin banjir, namun tak ada tanda-tanda dia akan segera keluar, dia terlihat sangat menikmati mimik wajahku yang sedang orgasme.
Suara kecipak cairan terdengar jelas setiap kali dia menghujamkan penisnya, cairanku sudah meleleh kemana-mana sampai membasahi sofa, untung sofanya dari bahan kulit, jadi mudah untuk membersihkan dan menghilangkan
bekasnya.
Tanpa melepas penisnya, Pak Hambali bangkit berlutut di antara kedua pahaku dan menaikkan kedua betisku ke pundaknya. Tanpa memberiku istirahat dia meneruskan mengocok kemaluanku, aku sudah tidak kuat lagi mengerang karena leherku terasa pegal, aku cuma bisa mengap-mengap seperti ikan di luar air. Tak lama kemudian dia cabut penisnya dan menurunkan kakiku. Dia naik ke wajahku, lalu dia tempelkan penisnya yang masih tegak dan basah di bibirku.
Akupun memulai tugasku, kukulum dan kukocok dengan gencar sampai dia mengerang keras dan menjambak ****** di belakang kepalaku. Maninya menyemprot deras membasahi wajahku,bahkan banyak yang tercecer mengotori ****** putih yang kukenakan.
Aku membuka mulutku menerima semprotannya. Setelah semprotannya mereda pun aku masih mengocok dan mengisap penisnya seolah tidak membiarkan setetespun tersisa. Batang itu kujilati hingga bersih, benda itu mulai menyusut pelan-pelan di mulutku. Kami berpelukan dengan tubuh lemas merenungi apa yang baru saja terjadi.
Sofa tempat aku berbaring tadi basah oleh keringat,begitu juga baju panjang muslimah yang tergeletak di lantai,turut basah oleh keringat dan semprotan sperma yang tercecer.****** lebar warna putih yang masih kupakai ini,tak luput dari semprotan sperma pak Hambali hingga basah dann kuyup.Cairan kenikmatan menggenang di lantai,baju muslimahku,dan ******ku.OOhhh….nikmatnya masih terasakan saat2 pak Hambali menyemprotkan cairan cintanya.Sayang tidak keluar di dalam vaginaku.
Namun karena aku lagi subur,maka aku memang yang memintanya untuk dikeluarkan di luar.Cairan kenikmatan tercecer di sana- sini,****** putihkupun ternoda,dan cairan cintaku yang menetes disana- sini bercampur dengan cairan cinta pak Hambali. Masih dalam keadaan memakai ****** namun bugil di bagian bawah, aku berjalan sempoyongan ke dapur mengambil kain lap dan segelas air putih.
Waktu aku kembali ke ruang tamu, Pak Hambali sedang mengancingkan lagi bajunya, lalu meneguk air yang tersisa di gelasnya. “Wah Dik Citra ini benar-benar hebat ya, istri-istri bapak sekarang udah ga sekuat adik lagi padahal mereka sering melayani bapak berdua sekaligus” pujinya yang hanya kutanggapi dengan senyum manis. Setelah berpakaian lagi, aku mengantarnya lagi ke pintu depan. Sebelum keluar dari pagar dia melihat kiri kanan dulu, setelah yakin tidak ada siapa-siapa dia menepuk bontotku dan berpamitan.
Sambil meremas bontotku dengan kuat,ia tersenyum sambil berbisik , “Ternyata memek wanita cantik ber****** sangat enak….aku ketagihan nih!” “Dasar bandot, belum cukup punya istri dua, masih ngembat istri orang” kataku dalam hati. Namun sejujurnya aku mengakui….penisnya memang sangat besar dan panjang…inilah yang membuatku merasa sangat nikmat,jauh lebih nikmat dibanding saat bercinta dengan suamiku.
Akhirnya aku pun melepaskan ****** putihku dan mandi membersihkan tubuhku dari sperma, keringat, dan liur. Siraman air menyegarkan kembali tubuhku setelah seharian penuh bercinta dan berolah syahwat. Beberapa saat sesudah aku selesai mandi, suamiku pun pulang. Ia bilang wangi ruang tamunya enak sehingga kepenatannya agak berkurang, aku senyum-senyum saja karena ruang itu terutama sekitar “medan laga” kami tadi telah kusemprot pengharum ruangan untuk menutupi aroma bekas persenggamaan tadi.