Minggu, 03 Maret 2013

Goyangan Binal Ibu Mertua


Berita tentang rencana acara peringatan tiga tahun meninggalnya almarhum ayah mertuaku yang disampaikan Rosyid saudara istriku dari kampung, tidak terlalu mengejutkan. Karena aku dan istriku Marni telah memperhitungkan sebelumnya hingga sudah menyiapkan anggaran untuk keperluan kegiatan itu guna membantu ibu mertuaku.



Namun yang membuatku terkejut, sebelum pulang Rosyid menyeretku dan berbisik memberitahu bahwa di kampung belakangan santer beredar isu bahwa ibu mertuaku ada main dengan Barnas, tukang ojek warga setempat. "Saya kira Barnas hanya mengincar duitnya Bude Amah (nama ibu mertuaku Salamah). Bude kan sudah tua, masa sih Kang Barnas mau kalau nggak ngincar uangnya," kata Rosyid, saat aku mengantar dia keluar rumah dan tidak ada Marni di dekat kami.

Menurut Rosyid, ia menyampaikan itu agar aku jangan kaget jika mendengarnya. Juga diharapkan dapat mengingatkan ibu mertuaku. Karena menurut Rosyid, warga kampung sudah geregetan dan berniat menggerebeknya kalau sampai ketahuan. "Terima kasih informasinya Sid. Saya akan mencoba mengingatkan ibu kalau ada saat yang tepat. Saya nanti pulang sendiri ke kampung karena kehamilan Marni sudah hampir memasuki bulan ke sembilan," ujarku sebelum Rosyid pergi dengan sepeda motornya.

Kabar perselingkuhan ibu mertuaku dengan tukang ojek itulah yang membuatku banyak termenung dalam bus yang membawaku dari Jakarta menuju ke desa di sebuah kabupaten di Jawa Tengah. Seperti halnya Rosyid, aku juga tidak habis pikir kenapa ibu mertuaku sampai terlibat selingkuh dengan Barnas.

Sebagai bekas istri Sekdes dan tergolong orang berada di kampungnya, ibu mertuaku termasuk pandai merawat diri di samping tergolong lumayan cantik. Maka meskipun usianya telah 52 tahun, masih nampak sisa-sisa kecantikannya.

Wanita berkulit bersih itu juga bisa dibilang masih menyimpan pesona untuk membangkitkan hasrat lelaki. Jadi tidak benar anggapan Rosyid bahwa ibu mertuaku tidak menarik lagi bagi laki-laki. Bagian pantat dan busungan buah dadanya memang masih menantang. Aku tahu itu karena ibu mertuaku sering hanya mengenakan kutang dan menutup tubuhnya dengan balutan kain panjang saat di dalam rumah.

Bagian dari tubuh ibu mertuaku yang sudah kurang menarik hanya pada bagian perutnya. Seperti kebanyakan wanita seusia dia, perutnya sudah tidak rata. Juga lipatan yang sudah mulai muncul di bagian leher dan kelopak matanya.

Namun untuk bagian tubuh yang lainnya, sungguh masih mampu membuat jakunku turun naik. Kakinya yang panjang, betisnya masih membentuk bulir padi dengan paha yang mulus dan membulat kekar. Dadanya juga sangat montok. Entah kalau soal masih kenyal dan tidaknya. Aku sendiri suka ngiler karena tetek istriku tak sebesar punya ibunya itu di samping kulit istriku tak secerah kulit ibunya.

Pernah ketika ibu berkunjung dan menginap beberapa lama di rumahku, aku nyaris gelap mata. Saat itu Marni istriku baru melahirkan anak pertamanya. Ibu sengaja datang dan tinggal cukup lama untuk menggantikan peran Marni mengurus dapur.

Saat tinggal di rumahku, kebiasaan ibu mertuaku di desa yang hanya mengenakan kutang dan membalut tubuh bagian bawah dengan kain panjang saat di rumah, tetap dilakukannya. Alasannya, Jakarta sangat panas hingga ia merasa lebih nyaman berbusana ala Tarzan seperti itu.

Sebenarnya tidak ada masalah, karena ibu mertuaku hanya berpakaian seperti itu saat ada di dalam rumah. Namun khusus bagiku saat itu jadi terasa menyiksa. Betapa tidak, sementara harus berpuasa syahwat karena istri yang tidak bisa melayani selama 40 hari setelah melahirkan sementara setiap saat aku seolah disodori pemandangan menggiurkan penampilan ibu mertuaku.

Apalgi ibu mertuaku tanpa merasa risi sering berpakaian setengah telanjang memperlihatkan bagian-bagian tubuhnya yang masih merangsang di hadapanku. Bahkan kutang yang dipakainya kerap tampak kekecilan hingga susunya yang besar tidak bisa muat sepenuhnya terbungkus kutang yang dipakainya. Aku jadi tersiksa, terpanggang oleh nafsu yang tak tersalurkan.

Aku bahkan pernah gelap mata dan nyaris nekad. Malam itu, saat hendak buang air kecil ke kamar mandi, aku sempat berpapasan dengan ibu mertuaku yang juga baru dari kamar mandi. Namun yang membuat mataku melotot, ia keluar dari kamar mandi nyaris bugil. Hanya mengenakan BH, sementara kain panjang yang biasa dipakainya belum dilitkan di tubuhnya. Mungkin ia mengira semua orang sudah tidur.

Bahkan dengan santainya, sambil jalan digunakannya kain panjang itu untuk mengelap bagian bawah tubuhnya yang basah. Terutama di selangkangannya untuk mengelap memeknya yang baru tersiram air. "Ee..ee.. kamu belum tidur Win?," katanya tergagap ketika menyadari kehadiranku.

"Be.. be.. belum Bu. Saya mau ke kamar mandi dulu," ujarku sambil memelototi tubuh telanjangnya itu.

Ia jadi tersipu ketika merasa sorot mata menantunya terarah ke selangkangannya. Ia berusaha dengan susah-payah melilitkan kain panjangnya untuk menutupi bagian tubuhnya itu. Lalu bergegas menuju ke kamarnya. Namun sebelum masuk ke kamar ia sempat berpaling dan melempar senyum padaku. Senyum yang sangat sulit kuartikan.

Jadilah malam itu menjadi malam yang sangat menyiksa. Sebab kendati sepintas aku sempat melihat kemulusan pahanya serta memeknya yang berjembut lebat serta pinggul dan pantatnya yang besar. Akibatnya kejantananku yang sudah hampir setengah bulan tak mendapatkan penyaluran langsung berdiri mengacung dan tak mau ditidurkan.

Kalau tidak menimbang bahwa dia adalah ibu dari wanita yang kini menjadi istriku dan nenek dari anakku, rasanya aku nyaris nekad mengetuk pintu kamarnya. Sebab dari senyumnya sepertinya ia memberi peluang. Dan aku sangat yakin di usianya yang telah 52 tahun ia masih memiliki hasrat untuk disentuh laki-laki.

Untuk meredakan ketegangan yang sudah naik ke ubun-ubun, malam itu aku menyalurkan sendiri hasrat seksualku dengan beronani. Aku mengocok di kamar mandi sambil membayangkan nikmatnya meremasi tetek besar ibu mertuaku serta menancapkan kontolku ke lubang memeknya yang berbulu sangat lebat.

Cerita soal ibu mertuaku yang terlibat perselingkuhan dengan tukang ojek, ternyata bukan isapan jempol. Itu kutahu setelah sampai di kampungku. Aku mendapatkan kepastian itu dari Ridwan, temanku yang menjadi guru di salah satu SD di kampungku. Aku memang sempat mampir ke rumahnya sebelum ke rumah ibu mertuaku.

"Kalau mungkin setelah acara peringatan almarhum ayah mertuamu, sebaiknya Bu Amah kamu ajak saja ke Jakarta Win. Jadi tidak menjadi aib keluarga. Soalnya orang-orang sudah mulai menggunjingkan," kata dia saat aku berpamitan.

Kuakui saran Ridwan memang sangat tepat. Tetapi kalau ibu mertuaku menolak, rasanya sulit juga untuk memaksanya. Untuk berterus terang bahwa sudah banyak warga kampung yang tahu bahwa ibu mertuaku berselingkuh dengan Barnas dan warga berniat menggerebeknya, ah rasanya sangat tidak pantas mengingat kedudukanku sebagai menantu.

Setelah berpikir keras dalam perjalanan ke rumah ibu mertuaku, kutemukan sebuah solusi. Bahkan ketika aku mulai memikirkan langkah-langkah yang akan kulakukan, tak terasa batang penisku jadi menegang. Hingga aku segera bergegas agar segera sampai ke rumah dan tidak kemalaman. Aku takut ibu mertuaku sudah tidur dan tidak bisa menjalankan siasatku.

Ternyata ibu mertuaku belum tidur dan ia sendiri yang membukakan saat aku mengetuk pintu. Seperti biasa setelah kucium tangannya, ibu langsung memelukku. Namun berbeda dari biasanya, pelukan ibu mertuaku yang biasanya kusambut biasa-biasa saja tanpa perasaan kali ini sangat kunikmati. Bahkan kudekap erat hingga tubuhnya benar-benar merapat ke tubuhku.

Seperti biasa ia hanya memakai kutang dan melilitkan kain panjang di pinggangnya. Saat kupeluk buah dadanya terasa menekan lembut ke dadaku. Teteknya yang besar masih lumayan kenyal, begitu aku membathin sambil tetap memeluknya.

Bahkan dengan sengaja aku sempat mengusap-usap punggungnya dan mukaku sengaja kudekatkan hingga pipiku dan pipinya saling menempel. Tidak hanya itu, aku yang memang punya rencana tersendiri, sengaja mencoba memancing reaksinya. Puas merabai kehalusan kulit punggungnya, tanganku meliar turun. Ke pinggangnya dan terus ke bokongnya yang terbalut lilitan kain panjang.

Tampaknya ibu mertuaku tidak memakai celana dalam. Karena tidak kurasakan adanya pakaian dalam yang dikenakan. Namun yang membuatku makin terangsang, pantat besar ibu mertuaku ternyata masih cukup liat dan padat. Ah, pantas saja Barnas mau menjadi pasangan selingkuhnya. Rupanya Barnas punya selera yang bagus juga pada tubuh perempuan, pikirku kembali membathin.

Entah tidak menyadari atau menikmati yang tengah kulakukan, ibu mertuaku tidak memprotes saat tanganku mulai meremasi bongkahan pantatnya. Namun setelah beberapa lama akhirnya ia bereaksi. "Uu... udah Win nggak enak kalau ketahuan si mbok. Ia belum tidur, masih bersih-bersih di dapur," ujarnya.

"I.ii.. iya Bu. Maaf saya kangen banget sama ibu,"

"Marni dan Rafi nggak ikut Win?," kata ibu mertuaku.

Kukatakan padanya kehamilan Marni sudah masuk ke hitungan sembilan bulan dan Rafi sering rewel kalau berpergian jauh tanpa ibunya jadi mereka tidak ikut pulang. "Ohh... ya nggak apa-apa. Manto (adik istriku) juga katanya tidak bisa datang. Dia cuma kirim wesel," ujarnya lagi.

Oleh ibu aku diantar ke kamar yang biasa kupakai bersama Marni saat pulang kampung. Namun saat ia menyuruhku mandi, kukatakan bahwa tubuhku agak meriang. "Oh.. biar si mbok ibu suruh merebus air untuk kamu mandi biar seger. Sudah kamu tiduran saja dulu. Kalau mau nanti ibu pijitin dan dibalur dengan minyak dan bawang merah ditambah balsem gosok setelah mandi biar hilang masuk anginnya," katanya sambil bergegas keluar dari kamar.

Saat ia melangkah pergi, kupandangi goyangan pantat besarnya yang tercetak oleh lilitan kain panjang yang dipakainya. Pantat yang masih padat dan liat. Perutnya memang mulai sedikit membuncit. Maklum karena usianya sudah tidak muda lagi. Namun dengan posturnya yang tinggi besar kekurangannya di bagian perut itu dapat tertutupi. Melihatnya gairahku makin tak tertahan.

Usai mandi dan makan malam, aku pamit pada ibu mertuaku untuk masuk kamar. Tetapi sambil jalan aku kembali berpura-pura seperti orang yang tengah tidak enak badan. Maksudku untuk mengingatkan ibu mertuaku perihal tawarannya untuk memijiti tubuhku. Dan benar saja, melihat aku memegangi kepalaku yang sebenarnya tidak pusing dia langsung tanggap.

"Oh ya mbok, tolong ambilkan minyak goreng, bawang merah dan balsem untuk memijit Nak Win. Sesudah itu si mbok tidur saja istirahat karena besok harus siap-siap masak," perintah ibu mertuaku pada Mbok Dar, pembantu yang sudah lama ikut keluarga istriku.

Tidak lebih dari lima menit, ibu mertua menyusulku masuk kamar membawa piring kecil berisi minyak goreng, irisan bawang merah dan uang logam serta balsem gosok. "Katanya mau dipijit. Ayo buka kaos dan sarungnya. Kalau dibiarkan bisa tambah parah masuk anginnya," ujarnya setelah duduk di tepian ranjang tempat aku tiduran.

Saat itu aku hanya memakai celana dalam tipis di balik sarung yang kupakai. Maka setelah sarung dan kaos kulepas, seperti halnya ibu mertuaku yang hanya memakai kutang dan membalut tubuh dengan kain panjang, tinggal celana dalam tipis yang masih melekat di tubuhku.

Sepintas kulihat mata ibu mertuaku menatapi tonjolan yang tercetak di celana dalamku. Sejak memeluk dan meremas pantat ibu mertuaku serta merasakan busungan buah dadanya menempel di dadaku, penisku memang mulai bangkit. Kuyakin batang kontolku itulah yang tengah menjadi perhatiannya. Boleh jadi ia mengagumi batang kontolku yang memang ukurannya tergolong panjang dan kekar. Atau tengah membandingkan dengan milik Barnas? Kembali aku membatin.

Ia memang tidak menatapi secara langsung ke selangknganku. Tetapi sambil mencampurkan bawang merah, minyak dan balsem di piring untuk dibalurkan di tubuhku sebelum dipijat, sesekali ia mencuri pandang. Aku makin yakin bahwa gairahnya dalam urusan ranjang memang masih belum padam. Dan karena lirikan mata ibu yang sering tertuju ke selangkanganku itulah aku menjadi makin berani melaksanakan siasat yang telah kurencanakan.

"Bu sebenarnya saya nggak meriang. Saya hanya ingin ngoborol berdua dengan ibu karena kangen dan ada yang ingin disampaikan," ujarku akhirnya.

Ibu mertuaku tampak kaget. Ia yang tadinya hendak membalurkan campuran balsem, minyak kelapa dan bawang merah ke dadaku diurungkannya dan menatapku penuh tanda tanya. Bahkan terlihat makin panik ketika kukatakan bahwa yang ingin kuketahui adalah soal hubungannya dengan Barnas, pria yang berprofesi sebagai pengojek termasuk soal kegeraman masyarakat yang ingin menangkap basah ibu dan selingkuhannya itu.

Takut piring kecil berisi ramuan untuk urut yang dipegangnya tumpah karena kekagetannya, segera kuambil alih. Sambil bangkit dari tidur, kuugenggam tangan ibu mertuaku setelah piringnya kutaruh di meja kecil dekat tempat tidur. "Ibu ceritakan saja sejujurnya pada saya biar nanti kalau sampai Marni tahu saya bisa membantu menjelaskan dan memberinya pengertian," kataku.

"Jangan Win, tolong jangan. Jangan sampai Mirna tahu soal ini. Dia belum tahu kan?" Ibu mertuaku menghiba. Ia tampak makin panik.

"Belum Bu. Hanya saya yang tahu dari orang-orang. Makanya ibu ceritakan saja semuanya. Ibu benar-benar serius hubungannya dengan Barnas?"

Setelah kudesak dan kuyakinkan bahwa aku tidak akan menceritakannya pada Marni, ia akhirnya bercerita. Menurutnya, ia sampai berhubungan dengan Barnas karena iseng dan kesepian. Setelah mencobanya sekali, menurut pengakuan ibu mertuaku, sebenarnya ia tidak berniat mengulangnya lagi. Takut menjadi gunjingan masyarakat.

Tetapi di setiap kesempatan Barnas sering datang dan mendesak. Bahkan mengancam akan menceritakan kepada orang-orang bila ibu mertuaku tidak melayaninya. Hingga sudah tiga kali terpaksa ibu mertuaku melayani Barnas. "Setelah bapaknya Marni tidak ada ibu sering kesepian Win. Sampai akhirnya ibu khilaf," ujarnya.

"Kalau dengan Pak Lurah, hubungannya sejauh mana Bu,"

Aku mempertanyakan itu karena selain dengan Barnas ada pula kabar miring yang kudengar dari teman di kampung, Pak Lurah juga sering bertandang ke rumah ibu mertuaku. Namun kabar miring itu ditepisnya tegas-tegas oleh ibu mertuaku.

Ia mengakui beberapa kali Pak Lurah datang ke rumah. Bahkan pernah mengajaknya untuk menikah siri atau menikah tidak resmi. Tetapi menurut ibu mertuaku, ia dengan tegas telah menolaknya hingga akhirnya tidak pernah datang lagi.

"Ibu memang cantik dan sexy sih. Saya saja suka nggak tahan kalau melihat ibu," kataku mencoba memancing.

"Huussh.. ngomong apa kamu Win. Ibu kan sudah tua,"

"Eeh bener lho Bu. Ingat nggak waktu saya memergoki ibu malam-malam keluar dari kamar mandi dan sempat melihat i.. itunya Ibu?"

Kuceritakan pada ibu mertuaku bahwa saat itu aku benar-benar sangat terangsang. Bahkan nyaris nekad menyusul ibu ke kamar. Namun karena takut ibu menolak, akhirnya kuurungan. Hanya di kamar, sampai pagi aku tidak bisa tidur karena hasrat yang tak terlampiaskan.

Ibu tersenyum mendengar ceritaku. Menurutnya, saat itu ia memiliki perasaan serupa karena gairahnya juga lagi tinggi. "Kalau saat itu kamu nekad masuk kemar pasti kejadian deh," ungkapnya.

Pengakuannya itu mendorongku bertindak nekad. Kulingkarkan tanganku ke pundaknya dan kukecup lembut pipi ibu mertuaku. Ia agak kaget dengan tindakan nekadku itu namun tidak berusaha menolak. "Kalau begitu sekarang saja ya Bu. Saya pengin banget,' kataku berbisik di telinganya.

"Ta.. ta.. tapi Win,"

Tetapi ibu mertuaku tidak bisa melanjutkan kata-katanya karena mulutnya langsung kusumbat dan kulumat dengan mulutku. Ia sempat gelagapan. Namun ia yang awalnya hanya diam atas serangan mendadak yang kulancarkan, akhirnya memberi perlawanan saat lidahku mulai kujulurkan menyapu di seputar rongga mulutnya. Ia juga ikut melumat dan menghisap bibirku.

Sambil terus melumat bibirnya, aku makin berani untuk bertindak lebih jauh. Kuremas teteknya yang masih terbungkus BH warna hitam. Namun karena kurang puas, tanganku merogoh untuk meremas langsung gunung kembarnya. Payudaranya ternyata sudah agak kendur. Hanya ukurannya benar-benar mantap. Bahkan lebih besar dibanding susu Marni meski dia sedang mengandung.

Putingnya juga besar dan menonjol. Aku jadi makin gemas untuk terus meremas dan memain-mainkan pentil-pentilnya. Ibu mertuaku menggelinjang dan mendesah. Bahkan tanpa kuminta dilepaskannya pengait pada BH yang dipakainya hingga penutup buah dadanya terlepas. Aku jadi makin leluasa untuk terus meremasi teteknya.

"Tetek ibu udah kendor ya Win?" kata ibu mertuaku lirih.

"Ah nggak. Tetek ibu besar dan mantep. Saya sangat suka tetek ibu. Ngegemesin banget,"

"Punya Marni juga besar kan?"

"Tapi masih kalah besar di banding punya ibu ini," kataku sambil meremas gemas dan membuat ibu mertuaku memekik tertahan.

Mertuaku yang semula pasif menyandar ke tubuhku sambil menikmati belaian dan remasan tanganku di teteknya, kian terbangkitkan hasratnya. Tangannya mulai menjalar dan menyentuh kontolku. Mengelus dan meraba meski masih dari luar celana dalam yang kupakai. Mungkin ia sudah kebelet ingin menggenggam dan melihat penisku.

Aku membantunya dengan memelorotkan celana dalamku. Benar saja, setelah terlepas ibu mertuaku langsung meraih batang zakarku. Mengelus kepala penisnya yang membonggol dan mengocok-ngocoknya perlahan batangnya. Tampaknya dia benar-benar ahli untuk urusan memanjakan pria. Bahkan biji-biji pelir kontolku diusap-usapnya perlahan.

Sambil menikmati kocokannya, kulepas lilitan kain panjang yang membungkus tubuh ibu mertuaku. Tidak terlalu sulit karena ia hanya melilitkan dan menggulungkannya di atas pusarnya. Sekali tarik langsung terlepas.

Dugaanku tidak keliru. Ia tidak memakai celana dalam di balik kain panjang yang dipakainya. Wow memeknya terlihat sangat membukit di antara kedua pangkal pahanya. Aku yang sudah dua bulan puasa karena perut Marni yang makin membesar akibat kehamilannya menjadi tidak sabar untuk segera menyentuhnya. KUbaringkan tubuh ibu mertuaku lalu aku mengambil posisi berbaring dengan arah berlawanan. Maksudnya agar aku bisa leluasa menjangkau memeknya dan ibu tetap bisa bermain-main dengan kontolku.

Bukan cuma tetek Marni yang kalah besar dengan milik ibunya. Dari segi ukuran dan ketebalannya, memek mertuaku juga lebih unggul. Mantap dan menawarkan kehangatan yang menantang untuk direguk. Aku langsung mengecup dan mencerucupi inchi demi inchi organ vital milik ibu mertuaku. Menjilatinya mulai lipatan bagian dalam pahanya hingga ke bagian yang membukit dan ke celahnya yang hangat dan sudah mulai basah.

Ibu tak mau kalah. Kurasakan biji-biji pelirku dijilati dan dicerucupi serta dikulumnya. Tubuhku mengejang menahan kenikmatan yang tengah diberikan ibu mertuaku. Meski harus setengah dipaksa, Marni memang sering mengulum penisku sebelum bersetubuh. Namun yang dilakukan ibu mertuaku dengan mulutnya pada penisku sangat menggetarkan.

Kalau terlalu lama pertahananku bisa jebol dan KO sebelum dapat memberi kepuasan kepada ibu mertuaku. Aku tidak mau ibu mertuaku menyangsikan kejantananku. Apalagi di perselingkuhan pertama kami. Untuk mengimbangi permainannya, lidahku kubenamkan dalam-dalam di lubang memeknya dan mulai mencongkel-congkel itilnya. Tubuh ibu mertuaku tergetar ketika ujung kelentitnya kukulum dan kuhisap-hisap dengan mulutku. Kudengar ia mulai mengerang tertahan.

Ia membuka lebar-lebar pahanya dan menghentikan jilatan serta kulumannya pada kontolku. Rupanya ibu mulai menikmati permainan mulutku di liang sanggamanya. Itilnya makin menyembul keluar akibat pososi pahanya yang makin mengangkang. Makin kuintensifkan fokus permainanku pada kelentitnya. Kukecupi, kuhisap dan kutarik-tarik itilnya dengan bibirku.

"Aakkhhhh.... ssshh aahhhkkkhh enak bangat Win. Kamu apakan itil ibu Win. Aakkkhh... aakhhhh... aaaaaahhhhh,"

Rintihan dan erangan ibu makin menjadi. Bahkan sesekali terlontar kata-kata jorok dari mulutnya. Bisa-bisa Mbok Darmi, pembantu ibu mertuaku yang tidur di belakang mendengar dan menaruh curiga. Maka langsung kutindih tubuh ibu dan kusumbat mulutnya dengan mulutku. Lalu dengan tanganku, kuarahkan kontolku ke liang sanggamanya. Kugesek-gesekkan kepalanya di bibir luar memeknya dan kemudian kutekan. Akhirnya, ... ssleseeep.. bleeessss!

Tubuh ibu mertuaku menggerinjal saat batang penisku menerobos masuk di lubang memeknya. Ia memekik tertahan dan dicubitnya pantatku. "Ih.. jangan kenceng-kenceng nusuknya. Kontol kamu kegedean tahu...," kata ibu mertuaku tapi tidak dalam nada marah.

Seneng juga dipuji ibu bahwa ukuran penisku cukup gede. "Sama punya Barnas gede mana Bu?"

Ibu rupanya kurang suka nama itu disebut. Ia agak merengut. "Membayangkan ibu disetubuhi Barnas saya cemburu Bu. Makanya saya pengin tahu," ujarku berbisik di telinganya.

"Ibu tidak akan mengulang lagi Win. Ibu janji. Punya dia kalah jauh dibanding kontolmu. Memek ibu kayak nggak muat dimasuki kontolmu. Ah.. marem banget," jawabnya melegakan.

Kembali ibu mendesah dan merintih ketika mulai kukocok lubang nikmatnya dengan penisku. Awalnya terdengar lirih. Namun semakin lama, saat ayunan dan hunjaman kontolku makin laju, kembali ia menjadi tak terkendali. Ia bukan hanya merintih tetapi mengerang-erang. Kata-kata joroknya juga ikut berhamburan.

"Ah..sshh...aaahh terus Win.. ya.. ya terus coblos memek ibu. Ah..aaahhh... sshhh enak banget kontolmu Win. Gede dan mantep banget.... aahhhh ....aaaooooohhhh.....ssshhhh,"

Celoteh dan erangannya membuatku makin bernafsu. Apalagi ketika ibu mulai mengimbangi dengan goyangan pinggulnya dan membuat batang kontolku serasa diremas-remas di lubang memeknya. Ternyata memeknya masih sangat legit meski terasa sudah longgar dan kendur. Erangan ibu makin keras dan tak terkendali, tapi aku tak peduli.

"Memek ibu juga enak banget. Saya suka ngentot sama ibu. Sshhh.... aaahh.. yaa terus goyang bu... aahh.. ya. ya buu....aahsshhh,"

Berkali-kali hunjaman kontolku kusentakkan di lubang memek ibu mertuaku. Ia jadi membeliak-beliak dan suara erangannya makin kencang. Goyangan pinggulnya juga terus berusaha mengimbangi kocokan kontolku di liang sanggamanya. Benar-benar nikmat dan pandai mengimbangi lawan mainnya.

Bahkan, ini kelebihan lain yang tidak kutemukan pada diri Marni, memek ibu yang tadinya terasa longgar otot-otot yang ada di dalamnya kini seakan hidup. Ikut bergerak dan menghisap. Ini mungkin yang dinamakan memek empot ayam. Aku jadi ikut kesetanan. Sambil terus menyodok-nyodokkan kontolku di lubang vaginanya, pentil tetek kuhisap sekuatnya.

Ibu mengerang sejadi-jadinya. Saat itulah kedua kakinya melingkar ke pinggangku, membelit dan menekannya kuat-kuat. Rupanya ia hendak mendapatkan puncak kenikmatannya. Makanya kusumbat mulut ibu dengan mulutku. Lidahnya kukulum dan kuhisap-hisap. Akhirnya, setelah kontolku serasa diperah cukup kencang, pertanahanku ikut jebol. Air maniku menyemprot cukup banyak di liang sanggamanya bercampur dengan cairan vaginanya yang juga membanjir. Tubuhku ambruk dan terkapar di sisi wanita yang selama ini kuhormati sebagai ibu mertua.

Entah berapa lama aku tertidur. Namun saat bangun, ibu mertuaku sudah tidak ada di ranjang tempat tidurku. Rupanya ia sedang berada di daput membuatkan teh panas untukku setelah membersihkan diri di kamar mandi. Seulas senyum memancar di wajahnya saat kami saling tatap sebelum aku masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Rahasia Awet Muda Amy Qanita : Mama Raffi Ahmad


“hffh hffh ”. Terlihat seorang wanita sedang berjogging di atas treadmill. Seorang wanita cantik dengan
rambut panjang yang kelihatan
berkilau nan indah. Jogging
membuat kemasan susu si wanita
itu berguncang-guncang naik-turun
dengan indahnya. ‘Susu’ yang telah membesarkan anak-anaknya. Ya,
wanita itu adalah seorang ibu yang
telah memiliki 3 anak. Namanya
Amy Qonita, ibu dari seorang artis
playboy yang sok asik bernama
Raffi Ahmad. Amy Qonita baru sering tersorot kamera saat
anaknya menjalin hubungan dan
digosipkan akan menikah dengan
Yuni Shara. Awalnya, tak ada yang
menyangka kalau dia adalah ibu
Raffi Ahmad. Seorang ibu berumur 43 tahun yang telah memiliki 3
orang anak. Memang dilihat dari
manapun, Amy tak akan disangka-
sangka berumur kepala 4,
setidaknya orang pasti menyangka
di bawah 35an. Wajahnya masih segar, tak kusam, dan sama sekali
tak ada kerutan. Tubuhnya pun
masih kencang, padat, dan indah
karena ditunjang kulitnya yang
masih kenyal & kencang, persis
seperti wanita berumur 25-30 tahun.Awet muda memang kata
yang cocok untuk Amy Qonita.
Tapi, untuk awet muda, Amy harus
rutin berolahraga, banyak makan
buah & sayuran, luluran, spa, dan
banyak minum air putih. Namun, selain itu ada satu usaha lagi yang
dilakukan Amy. Usaha yang
membuat Amy terlihat begitu
cantik & anggun di mata semua
orang yang memandangnya. Bukan
operasi plastik, juga bukan karena susuk, melainkan hal lain yang tak
mungkin diungkapkan Amy ke
khayalak umum. “hff..”, Amy turun dari treadmill, mengelap keringatnya yang
bercucuran dari dahinya. Bulir-bulir
keringat yang membasahi
tubuhnya menambah daya
sensualnya. Daya sensual yang
mungkin hanya dimiliki dirinya. “tante Amy …udahan nih treadmillnya ?”, tanya seorang gadis cantik yang berdiri di
sampingnya. “oh udah, Vi..kamu mau pake ?”. “ah nggak, Tan…cuma mau ngobrol aja sama Tante..”. Selvi, nama gadis cantik yang sedang mengobrol
dengan Amy. Sama halnya dengan Amy, Selvi
juga anggota gym dan sering
fitness bersama Amy. Mereka
bertemu di gym beberapa bulan
yang lalu. Awalnya, Selvi sama
sekali tak menyangka kalau Amy berumur 43 tahun. Dia sangka, Amy
seumuran dengannya, 26 tahun. “kamu udah selesai, Vi ?”. “udah, Tan…Tante udah selesai juga kan ? kita ganti baju yuk ”. Amy mengangguk. Amy & Selvi
menuju kamar bilas. Sesama
perempuan tentu mereka berdua
tak canggung saat melepaskan
pakaian mereka masing-masing.
Selvi menatap kagum tubuh Amy yang ada di hadapannya. Masih
kencang, halus, dan mulus. “Tante…gimana sih caranya bisa awet muda kayak Tante ?”. “kan udah Tante bilang ke kamu … sering fitness, minum air putih terus
banyak-banyakkin makan buah
sama sayuran ”. “tapi, Tan…ada yang beda kalau ngeliat Tante. seger n’ fresh gitu…”. “nggak ah, kayaknya biasa aja. bagusan badan kamu malah kalau
Tante bilang..”. Amy & Selvi terus mengobrol padahal mereka berdua
sudah telanjang bulat, tak ada
sehelai benang pun yang menempel
di tubuh kedua wanita cantik itu.
Usai mengobrol, mereka berdua pun
membilas tubuh mereka masing- masing. “ayo dong Tante. bilang ke aku, rahasianya apa ?”. “hmm…kamu kan masih muda. belum butuh dong ?”. “ya kan kalau udah tau rahasianya, aku bisa awet muda dari
sekarang ?”. “kamu yakin ? Tante kasih tau kamu, tapi kamu jangan bilang
siapa-siapa yaa ?”. “iya, Tante, aku janji deh ”. “janji yaa ? soalnya ini rahasia Tante..”. “iya, Tan, janji.. ”. Sambil menuju ke tempat makan
siang, Amy menceritakan rahasia
awet mudanya ke wanita muda
itu. ########################### Flashback Waktu itu, Amy masih berusia 27
tahun. Dia sudah mempunyai anak.
Sebagai seorang ibu muda yang
berkecukupan pada saat itu, tentu
Amy melakukan perawatan diri
semaksimal mungkin. Rutin olahraga, pasti. Spa, salon, kosmetik
mahal, semuanya pokoknya. Pola
makan pun dijaga. Alhasil, bentuk
tubuh, wajahnya, dan kulitnya
sama seperti wanita umur awal
20an. Tapi, entah kenapa, dia merasa kurang menarik, khususnya saat
bercermin. Kurang bersinar, kurang
menarik, menurutnya sendiri.
Padahal, kehidupan ranjang
bersama suaminya baik-baik saja,
setiap malam selalu penuh hasrat & menggebu-gebu bagai ABG. Orang-
orang pun bilang kalau dia masih
kelihatan seperti mahasiswi untuk
seumurnya. Tapi, entahlah, dari
dalam dirinya sendiri, dia merasa
kurang menarik. Dia pun sering konsultasi dengan ahli kecantikan
baik yang ia kenal ataupun tidak.
Sampai ada yang mengatakan
kepada Amy untuk memasang
susuk saja. Namun Amy paling anti
memasang susuk, dia takut, susuk yang ia pasang akan menyusahkan
ia kelak. Dia ingin yang alami atau
medis saja. Ada juga yang
menyuruh Amy pergi ke seorang
dukun di suatu desa yang sangat
jauh dari Jakarta. Awalnya, Amy enggan pergi ke dukun yang
diberitahukan oleh temannya itu.
Namun, lama-lama Amy penasaran
juga. Apalagi melihat temannya
yang berumur sama dengannya,
tapi kelihatan lebih menarik, mempesona, dan anggun jika
dibandingkan dengan dirinya
sendiri. Amy pun memutuskan
untuk pergi ke desa tersebut. Tentu
ia sendirian, malu lah dia kalau
mengajak seseorang, hanya untuk pergi ke dukun, sebab dia memang
terkenal paling anti dengan hal-hal
gaib. Dia sampai ke sebuah desa yang
cukup kumuh. Bingung juga dia,
tak mungkin menemukan rumah
dukun yang ia cari kalau tak ada
yang memberi tahunya. “permisi, Pak ?”. Amy membuka kaca jendela mobilnya dan
bertanya pada seorang bapak yang
sedang memikul sesuatu. “…iya, neng ?”. Bapak itu sempat bengong sebentar sebelum
menjawab. “saya mau nanya, Pak. Bapak tau rumah Mbah Wasiran ?”. “rumah Mbah Wasiran ?”. “iya, Pak …bapak tau ?”. “di sana, neng. di dalam hutan sana”. “kira-kira masih jauh, Pak ?”. “lumayan jauh, neng. emang neng ada perlu apa sama Mbah
Wasiran ?”. “ah nggak, Pak. makasih ya, Pak.. ”. Amy langsung menutup jendela
mobil dan melaju ke arah hutan.
Sementara si pria yang tadi ditanya
Amy masih bengong. Dia masih tak
habis pikir. Baru kali ini, ia melihat
wanita cantik luar biasa seperti tadi. Tapi, ngapain cewek bening & kaya
nyari Mbah Wasiran, pikir pria itu.
Amy bingung, dia sudah sampai di
depan hutan, di depan barisan
pepohonan besar. Dan mobil pun
tak bisa masuk ke dalam hutan. Amy keluar dari mobilnya. Antara
masuk, atau tidak. Mau masuk ke
dalam hutan, tapi Amy takut
nyasar dan tak bisa keluar dari
hutan. Tidak masuk & pulang,
berarti percuma dia jauh-jauh ke desa itu. Saat sedang pusing, ada
seseorang yang keluar dari hutan.
Ternyata seorang pemuda, kira-kira
umurnya 16 tahun. “Mas..maaf, permisi..”. “i..iya, Mbak ?”, jawab pemuda itu agak grogi. “Mas orang sini ?”. “iya, Mbak ”. Pemuda jelek itu grogi berhadap-hadapan dan bahkan
sampai mengobrol dengan
perempuan cantik & mulus seperti
Amy. “apa benar rumah Mbah Wasiran di dalem hutan ini ?”. “Mbah Wasiran ? iya, Mbak, ada di tengah-tengah hutan.. ”. “Mas tau rumahnya Mbah Wasiran di mana ?”. “tau, Mbak…”. “kalau begitu, bisa anterin saya ke sana nggak ?”. “bisa, Mbak. ayo mari, Mbak.. ”. “iya, Mas …”. Amy mengunci mobil & menyalakan alarm mobilnya.
Amy mengikuti pemuda itu dari
belakang. “hati-hati, Mbak.. ”. Pemuda itu dengan sigap menangkap tubuh
Amy saat ibu cantik itu terpeleset
dan akan jatuh. “terima kasih, Mas.. ”, ujar Amy tersenyum. “iya, Mbak.. ”. Pemuda itu menikmati harumnya tubuh Amy.
Dengan wajahnya yang jelek, baru
kali ini, pemuda itu bisa memeluk
wanita cantik & harum seperti
Amy, meskipun sebenarnya itu
tidak di sengaja. “oh iya, Mas..nama saya Amy..kalau Mas namanya siapa ?”, tanya Amy berusaha memecah
kekakuan dengan pemuda
tersebut. “sa..saya, Katro, Mbak …”. “oh..”. Amy menahan rasa ingin ketawanya mendengar nama
pemuda itu. Nama yang sangat
cocok dengan wajahnya, pikir
Amy. Akhirnya terlihat lah, rumah
yang kelihatan kecil & suram,
tipikal rumah paranormal. “ini, Mbak Amy, rumahnya Mbah Wasiran…”. “eh Mas Katro..tunggu sebentar.. ”. “ada apa, Mbak ?”. “bisa temenin saya masuk ke dalam. saya agak takut sendirian.. ”. “iya, Mbak. tok ! tok ! tok !”. Tiba- tiba pintu terbuka dengan
sendirinya. Amy langsung
merinding, dan sedikit berlindung di
belakang Katro. “mari, Mbak..”. Katro sepertinya tak takut sedikit pun, apa dia udah
biasa ke sini, tanya Amy dalam
hati. Tiba-tiba pintu terbuka sendiri.
Amy langsung merinding, maklum,
baru kali ini ia melihat hal seperti
itu. “Masuuuk…”, suara menggema berasal dari dalam. Amy langsung
mengumpet ketakutan di balik
Katro. “Mbak Amy, jadi mau masuk ?”. “enng…i..iya.. ”. Sambil tetap berada di belakang Katro, Amy berjalan
masuk ke dalam rumah itu.
Ruangan yang gelap & sangat
tertutup. “silahkan duduk, nak Amy.. ”. Katro langsung menjauh dari Amy &
duduk di samping kakek tua yang
cukup kelihatan seram itu. “…”. “nak Amy datang ke sini untuk mencari rahasia awet muda, apa
benar ?”. “ke..kenapa, Mbah tau ?”. “tidak usah dipikirkan, ini, bawa botol ini”. “i..ini a..pa, Mbah ?”. “itu ramuan untuk awet muda. nak Amy hanya boleh buka botol itu
setelah jam 9 malam setiap hari ”. “ramuan ini harus di..apakan, Mbah ?”. “harus nak Amy minum setiap hari. nanti nak Amy akan merasakan
efeknya setiap pagi ”. “te..terima kasih, Mbah.. ”. “tapi, INGAT ! JANGAN DIBUKA & DIMINUM SEBELUM JAM 9 MALAM !”. “i, iya, Mbah ”. “Katro, antar nak Amy ke tempat mobilnya tadi.. ”. “iya, Mbah. mari, Mbak.. ”. Amy seperti orang bingung, belum bicara
& belum memberi bayaran, tapi dia
sudah dapat sebuah ramuan. Aneh
rasanya bagi Amy yang sama sekali
tak pernah berurusan dengan
seorang dukun. “Ma..Mas Katro, i..tu tadi Mbah Wasiran ?”. “iya, Mbak ”. “saya bingung..saya baru dateng, tapi udah dikasih ramuan n ’ di suruh pulang ?”. “Mbah Wasiran memang begitu, Mbak”. “mm..kok Mas Katro tau ? sebenarnya Mas Katro ini siapanya
Mbah Wasiran ?”. Amy & Katro menjadi lebih akrab setelah dari
rumah Mbah Wasiran. “saya, cucunya, Mbak.. ”. “oh, jadi Mas Katro ini cucunya Mbah Wasiran ?”. “iya, Mbak.. ”. Pantes, tadi keliatan tenang-tenang aja, pikir Amy. “oh iya, Mas. ini buat Mbah Wasiran, saya lupa ngasih.. ”, kata Amy yang sudah sampai di tempat mobilnya
tadi. “nggak usah, Mbak. Mbah nggak mau nerima uang, apalagi dari
orang yang belum percaya sama
Mbah..”. “engg..”. “mari, Mbak…”. Katro pun menghilang ke dalam hutan lagi. Amy benar-benar bingung. Kalau
dukun itu tak memungut biaya,
artinya dukun itu memang benar-
benar asli, bukan sekedar dukun
palsu. Amy menyimpan botol itu di
dalam tasnya. Dia takut tergoda dengan rasa ingin tahunya untuk
mengetahui isi botol hitam itu.
Sesuai dengan perintah Mbah
Wasiran, botol itu tak boleh dibuka
di bawah jam 9 malam, jika tidak,
air di botol itu tak akan berkhasiat sama sekali. Tentu Amy tak mau
itu terjadi, capek-capek ke desa
yang jauh, masa nihil?. Malam hari,
suaminya sudah tidur lebih dulu. Dia
yang begitu penasaran dengan
botol dari Mbah Wasiran langsung mengambilnya & membuka tutup
botolnya setelah melihat jam yang
sudah menunjukkan pukul 11
malam. Amy membaui,
mengendus-endus, botol itu. Bau
yang begitu familiar, tak asing, rasanya dia pernah mencium bau
itu. Ternyata benar, bau dari botol
itu memang benar bau sperma.
Amis. Amy jadi ragu, tak mungkin
ia meneguk sperma yang ada di
dalam botol itu. Cukup lama Amy berpikir. Mbah Wasiran Akhirnya, pelan-pelan dia
mencelupkan jari telunjuknya, dan
agak sedikit jijik dia mengecap
jarinya itu. Asin, kental, gurih, dan
terasa sangat ‘jantan’. “cpphh..”. Beberapa kali Amy mencicip cairan yang ada di botol
itu. Harus diakui, Amy menyukai
rasa sperma itu. Rasa sperma
suaminya pun tak seenak ini. Amy
pun mengambil gelas. Dia
memutuskan untuk menuang ramuan itu sampai 1/4 gelas saja
karena dia memang tak diberi tahu
takarannya. Seperti orang minum
jamu, Amy memencet hidungnya
sebelum menenggak habis ramuan
itu. Hanya sperma suaminya saja yang pernah ditelan oleh Amy
selama ini, tapi sekarang ada
sperma orang lain yang sedang
menuruni kerongkongan ‘hot mama’ itu. Dan anehnya, Amy lebih suka rasa sperma di botol itu di
bandingkan rasa sperma suaminya
sendiri. Amy tak merasakan ada
perubahan di tubuhnya, yang ada
hanyalah sisa rasa sperma di
kerongkongannya. Tapi, selang beberapa detik saja, Amy merasa
ngantuk sekali. Matanya terasa
berat, tubuhnya terasa pegal-pegal,
seperti habis melakukan perjalanan
jauh. Amy langsung tertidur.
Keesokan harinya, Amy terbangun karena jam wekernya. Saat
bangun, Amy merasa tubuhnya
segar sekali. Dia langsung mengaca.
Wajahnya terlihat segar, kantung
matanya hilang. Padahal, dia baru
saja bangun tidur, tapi wajahnya terlihat seperti orang habis mandi,
sangat fresh. Ramuan dari Mbah
Wasiran sepertinya memang benar-
benar bekerja. Amy merasa senang
sekali. Suaminya pun memujinya.
Dia kelihatan lebih cantik & fresh dari biasanya sampai-sampai Amy
harus memaksa suaminya
berangkat kerja karena suaminya
ingin ‘meranjang’ dengannya. Anaknya pun bilang kalau dia
terlihat cantik, beda dari kemarin-
kemarin. Amy tak percaya, cuma
gara-gara minum ramuan dari Mbah
Wasiran yang sepertinya sperma
dukun itu, dia jadi terlihat cantik & segar. Memang tak masuk akal.
Setiap hari, Amy jadi rutin minum
ramuan dari Mbah Wasiran.
Semakin diminum, rasanya semakin
lezat, tubuh Amy pun serasa lebih
kencang & segar. Ibu muda itu pun jadi tak gampang lelah. Tapi karena
sering diminum, tentu ramuan itu
habis juga, Amy pun kembali ke
desa Mbah Wasiran. Ingatannya
memang kuat, waktu pertama kali,
dia menggunakan map untuk sampai ke desa tersebut, tapi
sekarang dia sampai di depan hutan
tanpa menggunakan map dan
bertanya pada orang. “aduh, gue lupa jalan masuk ke hutannya …”, ucap Amy berbicara sendiri. Waktu itu, dia memang tak
menghafalkan jalan ke rumah Mbah
Wasiran. “aduh, gimana nih ??”. Saat Amy kebingungan, tiba-tiba seseorang
datang. “Mas Katro ”. “Mbak Amy..mari, Mbak. Mbah sudah nunggu”. Seperti sebelumnya, Amy mengikuti Katro
sampai di depan rumah Mbah
Wasiran dan masuk ke dalam. Dia
duduk di depan meja Mbah Wasiran. “be..begini, Mbah..”. “tenang, nak Amy, Mbah sudah tahu..ramuan dari Mbah sudah habis
toh ?”. “i..iya, Mbah ”. “bagaimana ? efeknya terasa ke nak Amy ?”. “iya, Mbah..habis minum ramuan dari Mbah, saya jadi seger n ’ gak gampang capek”. “pendapat suami nak Amy ?”. “dia bilang saya kelihatan lebih cantik dan jadi betah di rumah.. ”, jawab Amy tersipu malu. “oh, ya ya. Mbah mengerti ”, jawab si dukun tua sambil tersenyum. “lalu nak Amy datang ke sini, mau minta ramuan Mbah lagi ?”. “iya, Mbah..saya mau minta ramuan Mbah lagi..”, jawab Amy tersenyum. “sebenarnya nak Amy nggak perlu datang ke sini untuk meminta
ramuan dari Mbah..”. “maksud Mbah ?”. “jarak rumah nak Amy sampai ke rumah Mbah, pasti jauh ?”. “iya, Mbah. saya agak repot juga harus bolak-balik ke sini ”. “nah, Mbah punya satu cara lagi.. ”. Ternyata meskipun penampilannya
seram, Mbah Wasiran enak juga
diajak ngobrol, pikir Amy. “apa itu, Mbah ?”. “tapi mungkin nak Amy bakal keberatan sama cara Mbah yang
satu lagi..”. “memangnya gimana, Mbah ?”, Amy semakin penasaran. “cara satu lagi, bersetubuh dengan Mbah..”. “HA ?!”, Amy langsung kaget mendengar itu. Dia memang sering
mendengar kasus dukun palsu yang
menipu korban-korban perempuan
agar bisa meniduri mereka, tapi dia
sama sekali tak menyangka akan
berada dalam kondisi tersebut saat ini. “itu hanya sebuah pilihan, nak Amy. nak Amy nggak harus
melakukannya ”. “..mm..tapi..”. “tapi apa nak Amy ?”. “tapi apa nanti saya bisa bener- bener kelihatan cantik dan awet
muda terus, Mbah ?”, tanya Amy yang sepertinya sedang bimbang.
Satu sisi, dia tentu tidak mau
disetubuhi oleh Mbah Wasiran,
tubuhnya hanya untuk suaminya,
tapi di sisi lain, dia ingin awet muda
tanpa harus capek-capek datang ke rumah Mbah Wasiran setiap
ramuannya habis. “tentu nak Amy, Mbah jamin nak Amy akan awet muda sampai
umur berapapun dan nak Amy
nggak perlu datang ke sini lagi, nak
Amy hanya perlu ritual 1 tahun
sekali”. “ritual ? ritual apa, Mbah ?”. “ritual suwo nungun ”. “…ritual seperti apa, Mbah ?”. “nak Amy harus memanggil Mbah tiap 1 tahun sekali …”. “bagaimana caranya, Mbah ?”. Setelah dijelaskan, Amy pun
akhirnya mengambil keputusan. “..mm..iya, Mbah..saya..mau ”. Mbah Sumiran tersenyum. “tapi apa nak Amy yakin ? ini bukan kewajiban nak Amy untuk
awet muda ?”. “iya, Mbah. saya yakin.. ”, kali ini jawaban Amy lebih mantap. “baiklah, kalau begitu, Katro, antar nak Amy ke kamar Mbah.. ”. “iya, Mbah. mari, Mbak Amy, ikut saya ”. “iya. Mbah, saya ke kamar dulu …”. Mbah Wasiran hanya mengangguk.
Meski jawabannya terdengar
mantap, namun Amy masih
berpikir. Benarkah dia mau menyerahkan
tubuhnya ke Mbah Wasiran.
Tubuhnya yang selama ini hanya
disentuh suaminya dan menjadi kuil
sumber kenikmatan bagi suaminya.
Akankah dia melanggar janjinya sendiri untuk tidak
memperbolehkan siapapun
menyentuh tubuhnya kecuali
suaminya ?. “ini kamarnya, Mbak …kembennya ada di atas tempat tidur.. ”. “iya, Mas Katro, terima kasih.. ”. “sama-sama, Mbak…”. Katro keluar dari kamar meninggalkan Amy. Tak beberapa lama kemudian, Mbah
Wasiran masuk ke dalam kamar.
Dia tersenyum melihat Amy yang
sudah menanggalkan pakaian dan
hanya mengenakan kemben.
Artinya, dia sudah mantap mengambil keputusan. Mbah
Wasiran duduk di samping Amy
dan merangkul Amy. “nak Amy, apa nak Amy sudah benar-benar yakin ?”. “mm..”, Amy mengangguk perlahan. Mbah Wasiran tersenyum lalu
dengan perlahan dia merebahkan
tubuh Amy ke tempat tidur. Dukun
tua itu memandangi Amy yang
sudah terlentang pasrah. Sungguh
wanita yang begitu cantik, kulitnya kuning langsat. Mbah
Wasiran memang tak bermaksud
untuk mengambil keuntungan dari
Amy. Tapi, ajian awet muda yang
didapat Mbah Wasiran dari gurunya
memang harus seperti ini. “cuph…”. Mbah Wasiran mengecup bibir Amy pelan, sekedar untuk
memicu kesadaran Amy bahwa
sebentar lagi dia akan disenggamai.
Sekali, dua kali, tiga kali, sambil
membelai rambut Amy. Belaian-
belaian Mbah Wasiran membuat Amy merasa nyaman dan mulai
tidak merasa canggung lagi. Amy
mulai membalas kecupan-kecupan
Mbah Wasiran, tapi matanya masih
tertutup. “ccppphhh mmmhhh ccpppp eeemmmhhh”. Mbah Wasiran mulai memagut bibir Amy dan si ibu
cantik itu pun membalas pagutan
Mbah Wasiran. Dukun tua itu
melumat bibir Amy dengan lembut.
Sesekali, Mbah Wasiran mengemuti
bibir atas & bibir bawah Amy. Terlihat jelas, Amy mulai larut
dalam cumbuan-cumbuan mesra
Mbah Wasiran. Tangan Mbah Wasiran mulai
melakukan grilya ke gunung
kembar Amy yang sangat
menonjol di kemben yang ibu
cantik itu kenakan. Remasan-
remasan lembut penuh perasaan dirasakan Amy pada payudaranya.
Perlakuan yang berbeda 180 derajat
dari aura & tampang seram Mbah
Wasiran. Suaminya saja meremas
kedua susunya tidak selembut ini,
malah cenderung kasar, mungkin karena suaminya gemas dengan
payudara Amy yang memang bulat
& kenyal. Tapi, Mbah Wasiran
seperti ingin menikmati betapa
kenyalnya payudara pasiennya
dengan perlahan. Sesekali, Amy menggeliat manja saat kedua
putingnya dicubit-cubit oleh Mbah
Wasiran. “mmmhhhh”, gairah Amy semakin bangkit mendapat ciuman-ciuman
di lehernya. Ciuman, jilatan, dan
cupangan Mbah Wasiran sangat
membangkitkan ‘suhu’ tubuh Amy. Ibu cantik itu bahkan
memberikan keleluasaan ke Mbah
Wasiran untuk mencumbui
lehernya karena selain memang
membuatnya ‘turn on’, Amy memang sangat suka diciumi terus
menerus pada lehernya, membuat
dia merasa begitu seksi & liar. Mbah Wasiran mulai membuka
lipatan kemben Amy. Setelah
lipatan kemben sudah terbuka,
Mbah Wasiran ‘menyisihkan ’ kain ke kanan & kiri untuk melihat apa
yang ada di dalamnya. Mbah
Wasiran langsung terpana saat
membuka kemben Amy. Sungguh
tubuh yang indah untuk ukuran ibu
beranak 1, lekuk tubuhnya begitu sempurna. Belum lagi, nilai plus
untuk wajahnya yang cantik &
kulitnya yang kuning langsat. Mbah
Wasiran pun sampai berpikir betapa
beruntung suami Amy
mendapatkan wanita yang sempurna. Merasa canggung & malu
karena tubuhnya yang tak
tertutup apa-apa kini sedang
dipandangi sedemikian rupa oleh
Mbah Wasiran, Amy pun refleks
menutupi kedua buah payudaranya dengan tangan kirinya dan
vaginanya dengan tangan
kanannya. Mbah Wasiran hanya
tersenyum dan menyingkirkan
tangan Amy dengan perlahan. Mata
Mbah Wasiran benar-benar terfokus pada alat kelamin Amy. Sangat
sempurna. Belahan bibir vagina
Amy seakan tak memperlihatkan
kalau dia sudah punya satu anak,
rambut kemaluannya pun dicukur
habis. ‘cantik’ sekali tampilan kemaluan Amy. Mbah Wasiran pun
berdecak kagum, ‘aset’ yang sangat sempurna. Sebagai lelaki normal,
tentu Mbah Wasiran ingin segera
‘menubrukkan ’ batang kebanggaannya ke lembah
kenikmatan Amy, namun karena
dia dukun, dia harus terlihat
bijaksana, tak buru-buru nafsu
ingin menyenggamai pasiennya
yang sangat menawan itu. Mbah Wasiran dengan gerakan santai,
mendekatkan mulutnya ke tutup
kemasan susu kiri Amy. “aahhhmmmhh..”, gumam Amy manja saat puting kirinya terasa
diemut-emut. Mbah Wasiran pun melebarkan
tangan kirinya untuk
menggenggam payudara kanan
Amy. Diremas lembut susu kanan
Amy itu sambil terus menyedot
puting kirinya. Lidah & bibir Mbah Wasiran asik memainkan kedua
puting susu Amy. Tak hentinya
lidah Mbah Wasiran bermain di
sekitar puting kanan & puting kiri
Amy. Dan juga Mbah Wasiran
sampai menjilati seluruh permukaan payudara kenyal Amy
termasuk belahannya dan daerah
ketiak Amy. Benar-benar foreplay
yang sangat menaikkan gairah, rasa
yang dirasakan Amy. Mbah
Wasiran terus menurunkan lidahnya dan mengunyel-unyel
pusar Amy sebentar. Mbah Wasiran
melewati ‘gundukan’ indah Amy. Dukun tua itu malah menciumi &
menjilati betis lalu naik sampai ke
pangkal paha kiri Amy, dan
berpindah ke paha kanan Amy. “emmmm…”, rasanya sungguh nikmat, seluruh tubuhnya dijilati. Meski bukan suaminya, namun
Amy menjadi sangat bergairah
hanya karena dijilati kedua tungkai
kakinya. Mbah Wasiran juga
menikmati ‘rasa’ tubuh Amy, mencicipinya dengan menjilati
tubuh ibu cantik itu. Tubuh Amy
memang sangat harum, terbukti,
meski sudah terbaluri dengan air
liur Mbah Wasiran, aroma harum
masih bisa tercium dari tubuh Amy. Celah sempit di tengah
selangkangan Amy seakan
mengundang Mbah Wasiran untuk
mendekat. Tanpa permisi, dukun
tua itu langsung menabrakkan
wajahnya ke selangkangan Amy. “aaahhh..”, desah Amy agak kaget merasakan tubrukan tepat di
daerah intimnya. Mbah Wasiran
mengambil nafas dalam-dalam,
aroma harum yang khas & segar
masuk ke dalam hidung dukun tua
sakti itu. Sekali lagi, Mbah Wasiran tak
percaya kalau organ yang sedang
dibauinya ini adalah milik seorang
ibu beranak satu, padahal
menurutnya, ini lebih tepat kalau
dibilang milik ABG berumur 17an. “aammhhh hhemmm aaaahhhh”, Amy mulai mengeluarkan suara
saat rasa merinding karena geli
bercampur enak yang dirasakannya
datang bersamaan dengan rasa
basah & hangat di
selangkangannya. Tentu itu karena lidah Mbah Wasiran yang mulai
nakal melata di daerah pribadi
Amy. “eeemmmm aaaahhhh Mbaaahhh teeruuusss oooohhh !!!”, lenguh Amy. Amy merasakan sensasi
nikmat yang luar biasa dari sapuan
lidah Mbah Wasiran. Jilatan &
sapuan lidah Mbah Wasiran begitu
terasa, intens sekali. Semakin lama,
nafsu Mbah Wasiran semakin terpancing. Dia semakin buas
menyerbu selangkangan Amy. “aaahhh aahhhh mmmhhh ooohhh uuuhhh hnnnhhhh”, Amy belingsatan, kepalanya ke kanan &
kiri, dia sedang merasakan nikmat
yang luar biasa pada bagian bawah
tubuhnya. Ibu cantik itu terus menggeliat-
geliat dan menggelepar-gelepar
mendapatkan kenikmatan dari
lidah Mbah Wasiran yang sedang
mengubek-ubek vaginanya. Tak
heran kalau dukun tua itu begitu betah berlama-lama di daerah
pribadi milik Amy, aromanya
memang harum & khas. Kedua kaki
Amy merapat sehingga kedua
pahanya menjepit kepala Mbah
Wasiran di tengah-tengah. Amy juga memegangi dan menekan
kepala Mbah Wasiran ke
selangkangannya, refleks dari
keinginan Amy yang ingin
kenikmatan yang tengah ia rasakan
tak berhenti, walau sedetikpun. Tentu saja, wajah si dukun tua
semakin menempel dengan lembah
kenikmatan Amy. Mbah Wasiran
bisa merasakan si empunya vagina
yang sedang ia jilati itu, sebentar
lagi akan melepaskan deraan kenikmatan. Mbah Wasiran pun
memperhebat ‘serangan’ lidahnya ke alat kelamin Amy. “oohhh oohhhh ooohh aaahhh EEMMHHH HHMMHH MMMNNHHHH !
OOOHHHH !!!”, kepala Amy mendongak ke atas, tubuhnya
menegang, kakinya semakin
kencang menjepit kepala Mbah
Wasiran. Amy merasa ringan & lega
sekali melepaskan puncak dari
kenikmatan yang sedari tadi ia rasakan. Ibu muda yang cantik jelita itu bisa
merasakan cairan hangat dari
tubuhnya mengalir di liang
kewanitaannya. “sruuppp ssrrrppp”, bunyi seruput terdengar jelas. Tentu itu suara dari
mulut Mbah Wasiran. Dukun tua itu
sedang menyeruput ‘kuah’ vagina Amy. Tanpa harus mengambil
nafas, Mbah Wasiran telah
mengkokop habis cairan vagina
Amy dalam waktu singkat.
Sungguh lezat. Sisa-sisa cairan yang
tertinggal di liang vagina Amy pun telah dikorek habis oleh Mbah
Wasiran menggunakan lidahnya. “hhh hhh…hhh”, sementara Amy mengatur nafasnya, Mbah Wasiran
mulai membuka pakaiannya
sendiri. Tatapan mata Amy yang
sayu, ditambah dia sudah
terlentang pasrah dengan kedua
paha yang terbuka, benar-benar sangat ‘mengundang’ hawa nafsu. Amy terlihat begitu ‘terbuka ’ dan seperti sudah sangat siap untuk
digagahi. Ketika Mbah Wasiran sudah
sepenuhnya tak berpakaian, Amy
langsung kaget, tecengang, dan
matanya terbelalak. Benda yang
ada di tengah-tengah selangkangan
dukun tua itu lah yang membuat Amy terkejut. Amy kira batang
kejantanan suaminya sudah paling
besar, ternyata tidak ada apa-
apanya jika dibandingkan dengan
benda tumpul milik Mbah Wasiran
yang kelihatan sangat kokoh itu. “ayo bangun, nak Amy.. ”. Mbah Wasiran menarik kedua tangan
Amy sehingga tubuhnya
terangkat. Jantung Amy terasa berdegup
cepat, dia merasa khawatir & takut
jika penis Mbah Wasiran yang besar
itu nantinya akan masuk ke dalam
rahimnya. Tentu liang vaginanya
tak akan cukup menerima batang sebesar itu, malah mungkin akan
lecet & luka. “mm..Mbah…”. “jangan takut, nak Amy. kejantanan Mbah tak akan sampai
melukaimu”. Mbah Wasiran tahu apa yang ada di pikiran Amy saat
ini. “ayo sekarang nak Amy kulum kejantanan Mbah.. ”. Amy mengenggam kejantanan Mbah
Wasiran. Satu tangan tak cukup untuk
memegang ‘perkakas ’ dukun tua itu. Amy sudah tahu apa yang
harus dilakukan jika berhadapan
dengan penis seorang pria. Meski
masih ragu-ragu, dia mendekatkan
mulutnya ke batang penis Mbah
Wasiran. Begitu bibirnya menempel, rasanya seperti ada yang menyuruh
Amy untuk mengecupi penis Mbah
Wasiran. “cuph cph cuph”. Amy menciumi sekujur batang keperkasaan Mbah
Wasiran. Mbah Wasiran membelai
kepala Amy yang kelihatan begitu
asik mengecupi penisnya bertubi-
tubi. Bahkan tanpa disuruh, Amy
juga memberi kecupan-kecupan mesra pada kantung buah zakar
dukun tua itu seakan dia sudah
sangat terbiasa berhadapan dengan
‘senjata’ Mbah Wasiran. Amy sendiri tak tahu kenapa dia seperti
itu, dirinya seakan terhipnotis
untuk mengulum benda tumpul itu.
Ibu cantik itu memang masih sadar,
namun dia tak bisa menghentikan
aktivitasnya, rasanya semakin asik mengoral kemaluan si dukun,
bahkan sekarang dia kelihatan
begitu asik mengemut-emut kedua
buah zakar Mbah Wasiran. Terlihat
dari ekspresi wajahnya & muka
yang memerah, menandakan kalau Amy merasa murahan & malu
karena dia semakin agresif
mengulum kemaluan pria yang
bukan suaminya. Lidah Amy
menjulur keluar, dia mulai
menggunakan lidahnya untuk membelai onderdil Mbah Wasiran. Lidah Amy menjalari sekujur
batang kejantanan Mbah Wasiran,
mengelilingi diameternya dan
menyusuri panjang penis Mbah
Wasiran sejengkal demi sejengkal.
Kenapa gue nggak bisa berhenti, pikir Amy kebingungan. Bodo ah,
tambah Amy dalam hati, dia
sekarang tak memikirkan hal lain
kecuali melahap ‘sosis’ jumbo yang ada di hadapannya karena rasanya
semakin enak. “iya nak Amy, terus begitu …”, hatur Mbah Wasiran dengan tenang
dan membelai kepala Amy. Padahal serangan lidah Amy sudah
sangat maksimal, tapi Mbah
Wasiran kelihatan tenang-tenang
saja. Amy menggenggam penis
Mbah Wasiran dan mengulik lubang
kencing Mbah Wasiran dengan lidahnya. Amy penasaran kenapa
Mbah Wasiran seperti tak terjadi
apa-apa, padahal suaminya selalu
bergetar kegelian kalau lubang
kencingnya dijilati. Amy semakin
penasaran, dia membuka mulutnya dan menelan pentungan berkepala
jamur itu sampai mentok di
kerongkongannya. Hanya 3/4 dari
penis Mbah Wasiran yang bisa
‘disembunyikan ’ Amy di dalam rongga mulutnya. Bibir atas &
bawah Amy menjepit erat batang
keperkasaan Mbah Wasiran di
tengah-tengahnya. Dengan
nakalnya, lidah Amy mulai
bergerak. Memutuskan untuk semakin ‘menggoda’ Mbah Wasiran, Amy mulai memaju-mundurkan
kepalanya dan menggunakan
kedua belah bibirnya sebagai
pengganti tangan untuk mengocok
‘senjata’ besar Mbah Wasiran. Air liur Amy semakin melumuri penis
dukun itu. “ck ckk clkk ”, bunyi decak air seiring kepala Amy yang bergerak
maju-mundur. Kedua pipi Amy
terlihat kempot saat dia menyedot-
nyedot penis Mbah Wasiran. Amy
mempercepat gerakan maju-
mundur kepalanya, dia ingin sekali membuat Mbah Wasiran mendesah
nikmat. “oohhh teruusshh naak Amyy ”, akhirnya Mbah Wasiran
mengeluarkan desahan juga. Kepala
Amy terus bergerak maju-mundur,
ibu cantik itu kelihatan sangat
menikmati batang ‘eskrim’ milik Mbah Wasiran. Amy terus
menciumi, menjilati, mengemuti,
dan mengulum batang & buah
zakar milik si dukun tua. Onderdil
Mbah Wasiran pun sampai basah
kuyup oleh air liur Amy. Sesekali, Amy sedikit mengulum sambil
mengunyah ‘helm’ pink Mbah Wasiran dengan lembut layaknya
orang yang sedang menikmati
lolipop lezat. Kedua tangan Amy
pun begitu rajin memijati ‘sarang’ burung Mbah Wasiran sambil
sesekali juga mengurut &
mengocok batangnya. “emmhh mmhhh”, gumam Amy yang kelihatan begitu meresapi
nikmatnya mengulum alat kelamin
Mbah Wasiran. Lama sekali Amy
‘berkaraoke ’, tapi keduanya sama sekali tidak menyadari kalau
waktu sudah berlalu cukup lama.
Mbah Wasiran tentu tak menyadari
lamanya waktu yang telah lewat
karena dia sedang merasa
keenakan, yang aneh adalah Amy. Dia begitu larut dalam kenikmatan
mengulum kemaluan Mbah Wasiran
sampai lupa waktu. “ooohhh oookkhhh enaaakkhh nak Amyy !!”, Mbah Wasiran tak kelihatan ‘tenang’ lagi seperti sebelumnya, dia mengerang
kencang sambil memegangi kepala
Amy dan mulai menyodok-
nyodokkan penisnya. “UUOOOHHHH !!!”, teriak Mbah Wasiran sambil menekan penisnya
kuat ke dalam mulut Amy yang
gelagapan dan agak tersedak.
Namun Amy langsung bisa
menyesuaikan diri. “ccrrtt mmhh”. Setiap semburan air mani diteguk Amy tanpa ragu-
ragu. “gllk glk”, terlihat dari tenggorokannya saat Amy
menelan. Saat rasanya penis Mbah
Wasiran sudah berhenti
memuntahkan isinya, Amy pun
mengeluarkan tongkat kebanggaan
Mbah Wasiran dari mulutnya. Lidah Amy langsung ‘menyeka ’ pucuk alat reproduksi Mbah Wasiran
dengan teliti. “cceepphh !!”, bunyi bibir Amy yang tadinya menjepit kepala penis
Mbah Wasiran, kini lepas. “kamu benar-benar hebat, nak Amy …”, ujar Mbah Wasiran sambil membelai kepala Amy seperti
orang tua yang memuji anaknya
karena telah melakukan pekerjaan
dengan benar. Amy tersenyum
dengan wajah yang masih agak
merah, malu mengingat dirinya sendiri tadi. “ayo nak Amy. sekali lagi.. ”. Hah ? sekali lagi ?, dalam hati, Amy
kaget. “sekali lagi, Mbah ?”. “iya, nak Amy. harus 2 kali agar khasiatnya terasa ”. “tapi, Mbah…”, ujar Amy ragu. Rasanya tak mungkin ‘barang’ seorang pria masih bisa keras
setelah ejakulasi, logika Amy. Mbah Wasiran menuntun tangan
kanan Amy ke batang
kejantanannya lagi. Benar,
pentungan besar itu masih keras,
sama seperti sebelumnya. Bingung,
aneh, dan agak takut, namun Amy tetap mengulum kemaluan dukun
tua itu untuk kedua kalinya sampai
Mbah Wasiran ejakulasi lagi di
dalam mulutnya. Kenyang sperma
rasanya, tenggorokan Amy terasa
pekat sekali oleh rasa air mani Mbah Wasiran. Masih keras. Benarkah ia
manusia ? kini, Amy benar-benar
merasa ngeri. Mbah Wasiran
mengangkat tubuh Amy dan ikut
naik ke ranjang. Dia meletakkan
tubuh Amy dengan posisi tidur tengkurap. “ja..jangan..di sana, Mbah..”, ujar Amy ketakutan saat dia tahu kalau
paranormal ajaib itu akan
menyodomi pantatnya dari
belakang. “maaf, nak Amy. memang harus seperti ini”. “nngg…”, Amy bingung, tak mungkin ia menolaknya, ia sendiri
yang menyetujui ritual itu, tentu
ritual itu harus dilakukan
semuanya. Sesungguhnya pun dia
agak penasaran bagaimana sensasi
sodokan dari penis sebesar penis Mbah Wasiran, namun dia sungguh
takut kalau benda tumpul itu
sampai menyeruak masuk ke
dalam liang anusnya. Pastilah perih
& pedih. “tenang, nak Amy. Mbah akan hati- hati..”. Si dukun sakti itu menyiapkan batang kebanggannya
di depan lubang pantat Amy. Siap
untuk mendobrak masuk ke dalam
relung pantat Amy. Amy langsung
menyambar kain yang
digunakannya tadi sebagai kemben dan menggigitnya. “hnnngg !!!”, Amy menggigit kain kencang saat benda tumpul
memaksa masuk ke dalam lubang
pantatnya. Sungguh pedih rasanya,
air matanya sampai meleleh keluar
dari kedua pinggir matanya. Liang
anusnya terasa terbakar, panas sekali. “hhnngghhhh !!!”, senti demi senti, penis Mbah Wasiran menyelip
masuk ke dalam lubang pantat
Amy dengan pasti. Detik penuh
penderitaan dan rasa perih dialami
Amy seiring tongkat sodok Mbah
Wasiran yang semakin menjorok ke dalam. Sesuai dugaan, batang
perkasa itu tak dapat masuk
seluruhnya. Tapi tetap saja, rasanya
begitu penuh & menyiksa bagi
Amy. “hhhh hh hh hhh hh”, nafas Amy cepat & pendek, terengah-engah,
secara alami, dia sedang
membiasakan dirinya dengan
kondisinya sekarang. Mbah Wasiran pun tak
menggerakkan pinggulnya, dia
hanya memeluk Amy dan
mencumbui tengkuk lehernya
sambil meremas-remas kedua buah
dada Amy dengan lembut. Pintar sekali dukun tua itu, dia sengaja
merangsang Amy agar ibu cantik
itu bisa cepat beradaptasi dengan
penisnya. “eennngg !”, erang Amy tertahan kain saat Mbah Wasiran menarik
penisnya. Pantatnya seperti ikut
tertarik ke belakang. Terus tertarik
sampai akhirnya Mbah Wasiran
mendorong penisnya lagi. Rasa
sakit yang sangat menyiksa Amy, namun memang tak bisa
dipungkiri, ‘tusukan ’ penis Mbah Wasiran memberikan sensasi
berbeda pada Amy. Mbah Wasiran
pun menikmati betapa hangat &
sempitnya liang anus Amy yang
‘mencekik’ penisnya begitu kencang. “emmmmnnn”. Terlihat jelas dari ekspresi wajah Amy, meski masih
ada sedikit rasa perih, dia mulai
merasakan nikmat dari penis Mbah
Wasiran yang tengah ‘menyikati ’ liang anusnya. Amy sendiri yang
melepaskan kain dari mulutnya
karena sudah terasa tak nyaman. “jleebbhh ! AAAWWHHH !!!”, Amy berteriak setiap kali Mbah Wasiran
menghentakkan penisnya masuk. “pllok pllokk ”, bunyi tumbukan selangkangan Mbah Wasiran dengan
kedua bongkahan pantat Amy
yang montok itu. “mmhhh eemmm ooohhh aaahhhh oohh !!”, Amy bisa mengekspresikan rasa nikmat yang
tengah dirasakannya sekarang.
Mbah Wasiran pun semakin
bersemangat, genjotannya semakin
mengganas. Sungguh kenikmatan
surga duniawi, apalagi desahan- desahan Amy terdengar begitu
manja & sangat bergairah. Amy
benar-benar terbuai dalam
kenikmatan ‘suntikan ’ Mbah Wasiran. Tak pernah ia merasakan
seperti ini, punya suaminya juga
tak terasa ‘menusuk’ seperti yang sekarang ia rasakan. Mbah Wasiran
memegang pinggang Amy untuk
memantapkan pegangannya
terhadap tubuh Amy sehingga dia
bisa memperkuat & mempercepat
sodokan-sodokan penisnya. Hasilnya, erangan & desahan Amy
pun semakin menjadi. Hawa
nafsunya begitu menggelora, sama
seperti Mbah Wasiran. Dan saking
bergairahnya, Amy menggerakkan
pantatnya maju-mundur & kadang menggoyang-goyangkan
pantatnya saat Mbah Wasiran
sengaja diam. Sekarang mereka
begitu kompak melakukan
persetubuhan itu. Tak ada lagi
kecanggungan antara mereka berdua. Mbah Wasiran menyelipkan
kedua tangannya ke bawah lengan
Amy dan mengangkat tubuh
bagian atas Amy. Kini, mereka
berdua sama-sama setengah berdiri,
dengan bertumpu pada kedua lutut mereka masing-masing, tapi ‘tiang’ Mbah Wasiran masih menancap
dengan kokoh di dalam liang dubur
Amy, tak goyah. Kedua tangan Mbah Wasiran begitu
asik menggerayangi kedua buah
‘susu’ milik Amy yang memang begitu kenyal dan sangat membuat
ketagihan untuk meremas-
remasnya. Sementara kedua tangan
Amy berpegangan pada tubuh
Mbah Wasiran yang ada di
belakangnya. Pemandangan yang sungguh sensual & seksi, seorang
wanita berkulit putih mulus
berpegangan pada pria yang sedang
menggenjotnya dari belakang. “nak Amyy.. ”. “Mbaahh..”, balas Amy dengan mendesah sebelum keduanya
berciuman dengan mesra. Sambil
terus meremas-remas payudaranya
dan melumat bibirnya, Mbah
Wasiran terus memompa penisnya
keluar masuk liang anus Amy. Mbah Wasiran melepaskan kedua
tangan Amy dan melepaskan
pegangannya pada tubuh Amy. Ibu
cantik itu kini menungging seperti
semula. Tapi dukun sakti nan
perkasa itu menarik kedua tangan Amy ke belakang. Terlihatlah Mbah
Wasiran seperti sedang
‘mengendarai’ Amy. Posisi seperti ini membuat Amy merasa begitu
tak berdaya. Terasa begitu dikuasai
oleh si dukun tua itu. “emmhhh eenngghhhh ooohhh !! teruusshhh Mbaahhh
uuuhhhmmm !!!”. Amy sudah berpeluh keringat, panas karena
gairah & nikmat yang terus
menerus mencambuk batinnya.
Kedua buah payudara Amy yang
menggantung dengan indahnya itu
bergerak maju-mundur seiring dengan gerakan tubuhnya. Indah
sekali pemandangan susu Amy
bagaikan 2 buah jam bandul yang
bergoyang maju mundur secara
terus menerus. “MMMNNHHHH !!!”, lenguh Amy. Cairan hangat meleleh keluar dari
bibir kemaluan Amy, tanda kalau
dia habis merasakan puncak dari
kenikmatannya. “UUOOOHHHH !!”, hanya selang beberapa detik, Mbah Wasiran juga
melenguh. Dia menarik kedua
tangan Amy ke belakang lebih
kuat dan menekan penisnya sampai
mentok di ‘lorong’ dubur Amy. “hemmhhh…”. Rasa hangat menyelimuti liang anus Amy yang
membuat ibu cantik itu merasa
nyaman. Penis Mbah Wasiran
memang ‘menggali’ sangat dalam, Amy sampai bisa merasakan
semprotan sperma dukun tua itu di
ujung rectumnya. Ekspresi wajah
Amy yang tadi sedang meresapi
rasa hangat & nyaman pada liang
anusnya berubah menjadi ekspresi kenikmatan lagi. Ya, Mbah Wasiran
sudah mulai menggenjot Amy lagi.
Tidak mungkin pria normal bisa
seperti ini, pikir Amy di kala
dirinya yang sedang merasa
keenakan lagi. Mbah Wasiran menekan tubuh Amy ke bawah
sehingga Amy pun jadi tidur
tertelungkup dan ditindih dari atas
oleh Mbah Wasiran. Penis Mbah
Wasiran terasa begitu dalam
‘mengendap’ di liang anus Amy. “kamu masih kuat, nak Amy ?”, bisik Mbah Wasiran di telinga Amy
sebelum mengecupi pundak kiri
Amy. “masiihhh, Mbaahhh…”, jawab Amy agak mendesah. Mbah Wasiran pun mulai
‘menyeboki ’ Amy dengan penisnya lagi. Amy sungguh belum pernah
merasakan senikmat ini ketika
bercinta. Gairahnya, hawa nafsunya
bahkan tubuhnya, serasa bersatu
dengan Mbah Wasiran.
Berhubungan intim dengan suaminya rasanya tak pernah
sebegitu intens seperti sekarang.
Apalagi ukuran kemaluan Mbah
Wasiran yang besar, membuat
Amy merasa pantatnya benar-
benar diaduk-aduk & dicolok-colok dengan sangat hebat. Oh, sungguh
tak terbayang kalau dukun tua itu
lah suaminya, pastilah dia harus
berjalan mengangkang setiap hari,
fantasi liar Amy yang membuatnya
orgasme 2x sebelum Mbah Wasiran menumpahkan air maninya lagi ke
dalam anus Amy. “hhh hhh hhh”, Amy mengatur nafasnya. Keadaan ibu cantik itu
terlihat sexy & sensual. Tubuhnya
berpeluh keringat, nafasnya yang
terdengar seksi, rambutnya yang
acak-acakan, dan ekspresi
wajahnya yang menunjukkan kalau dia begitu puas setelah
diintimi Mbah Wasiran dari
belakang. Setelah Mbah Wasiran
mencabut penisnya yang sedari tadi
menyumbat lubang pantat Amy,
bisa terlihat cairan putih di dalam & sekitar mulut lubang pantat Amy.
Dengan gagah & berkeringat, Mbah
Wasiran memandang Amy yang
masih tidur tengkurap tak berdaya.
Mbah Wasiran membalik tubuh
Amy. Sedikit mengejutkan, Amy mengangkat kedua kakinya sendiri
dan melebarkan kakinya seakan dia
sudah tahu ‘sasaran’ Mbah Wasiran selanjutnya. “hemmm”, Amy mengulum bibir bawahnya dan pandangannya ke
arah samping kanan bawah namun
kedua tangannya menyibak bibir
kemaluannya seakan
mempertontonkan bagian dalam
vaginanya ke Mbah Wasiran sekaligus mempersilakan Mbah
Wasiran untuk menancapkan
batangnya ke dalam sana. Amy dalam keadaan sadar
melakukannya, terlihat wajahnya
memerah. Aura gaib sekaligus
gairahnya membuat Amy
melakukan hal yang sangat nakal,
hal yang lebih sering dilakukan seorang pelacur untuk ‘menggoda’ pelanggannya. Melihat wanita
cantik yang ada di depannya
berpose seperti itu, Mbah Wasiran
langsung ‘menubruk’ tubuh Amy. Dengan bernafsunya, Mbah Wasiran
mencumbui leher Amy lagi. Dukun
tua itu sangat menyukai aroma
tubuh Amy. “uummhh hhemmm”, gumam Amy. Tak terlalu lama, Mbah
Wasiran langsung menyiapkan
tongkat sodoknya di depan bibir
kemaluan Amy. “emmnnngghhh….”, lirih Amy saat merasakan sebuah benda tumpul
yang keras seperti membelah
selangkangannya. Amy bisa merasakan setiap inchi
benda tumpul yang tengah masuk
semakin ke dalam vaginanya.
Terasa penuh sesak bagian bawah
tubuhnya dan agak sedikit ngilu,
Amy belum pernah merasakan seperti ini dengan senjata suaminya.
Sementara Mbah Wasiran diam &
meresapi jepitan dinding vagina
Amy yang masih cukup kencang
serta menikmati kehangatan dari
liang kewanitaan Amy. Ibu cantik itu langsung melingkarkan kakinya
di pinggang Mbah Wasiran. Penis
Mbah Wasiran mulai bergerak
meski agak susah. Walau tidak
sepedih saat pantatnya disodomi,
Amy tetap merasakan bagian bawah tubuhnya seperti sedang
ditarik & didorong mengikuti
gerakan penis Mbah Wasiran yang
memang benar-benar mengait alat
kelamin Amy dengan kencang. “ooohh ooohh eemmmhhh hhmmhh uunngghhh”, desahan & lenguhan disertai nafas yang
memburu & bunyi selangkangan
yang bertumbukkan mengalun di
kamar gelap namun hangat itu.
Sesekali, Mbah Wasiran berhenti
menyodok-nyodok ‘celah sempit’ Amy hanya untuk memagut bibir
ibu cantik itu dan mencumbui
lehernya. Keduanya kelihatan
begitu menikmati setiap gesekan-
gesekan alat kelamin mereka
berdua tiap detiknya. Amy pun sekarang mendekap Mbah Wasiran
dengan erat. Tubuh Amy yang
berpeluh keringat memberikan
aroma sensual tersendiri ke Mbah
Wasiran. Tak ada yang lebih nikmat
dari menyenggamai seorang wanita cantik yang sudah begitu sangat
bergairah. “OOOHHHH !!!”, erang Mbah Wasiran yang terus giat menggasak liang
kewanitaan Amy. Sudah lama
Amy tidak merasakan seperti ini.
Merasa begitu tak berdaya, nikmat,
dan kepayahan secara serempak.
Terakhir dia merasakan hal yang sedang ia rasakan sekarang, saat dia
baru menikah dengan suaminya,
tahun-tahun pertama
pernikahannya, dimana kejantanan
suaminya terasa begitu ‘gagah’. Mbah Wasiran semakin beringas,
semakin brutal menggosoki liang
vagina Amy. “EMMMMHHH !!”, tubuh Amy menegang, mendapatkan
orgasmenya, lagi. “oohh oohh ohh !!”, Mbah Wasiran memegangi pinggang Amy dan
memompa vagina Amy dengan
lebih cepat & kuat lagi. “OOKKHHH !!”. Tubuh Amy berkedut-kedut, reaksi alami saat
merasakan letupan-letupan sperma
hangat mengenai pangkal liang
vaginanya. Tanpa menunggu
selesai, Mbah Wasiran langsung
mulai menggenjot lagi. Sperma pun banyak meleleh keluar dari sela-sela
bibir kemaluan Amy. Dan untuk
kedua kalinya, Mbah Wasiran
membanjiri rahim Amy dengan air
maninya. “hhh hhh”, Amy sangat merasa kelelahan, sungguh sebuah sesi sex
yang sangat memuaskan. Padahal 1 lawan 1, tapi Amy bisa
mendapatkan orgasme lebih dari 6
kali. Dia sendiri juga kaget kenapa
dia masih dalam keadaan sadar.
Namun, sekarang Amy merasakan
akibat persetubuhan tadi, persetubuhan yang rasanya tidak
mungkin dialami Amy dengan
suaminya. Dia merasa tubuhnya
bagai tak bertulang, mengangkat
tangannya saja rasanya berat.
Belum lagi tubuhnya yang berkeringat. Begitu lelah, lemas,
benar-benar seperti habis
berolahraga seharian penuh. “istirahat, nak Amy …”, kata terakhir yang ia dengar sebelum
menutup matanya dan beristirahat.
Persenggamaan yang paling
melelahkan yang pernah Amy
lakukan, tak heran kalau dia tidur
begitu pulas. Amy terbangun, mendapati dirinya sudah
mengenakan kain lagi. Anehnya,
dia tak merasakan apa-apa pada
bagian bawah tubuhnya. Amy pun
membuka lilitan kain di tubuhnya.
Ternyata memang benar, tubuhnya bersih, tak terlihat seperti habis
digagahi. Apa-apaan ini ?, tanya
Amy dalam hati. Apa semua
kenikmatan yang tadi ia rasakan
itu hanyalah mimpi belaka ?.
Kenikmatan yang begitu hebat dan membuatnya mabuk kepayang.
Kalau memang benar hanya mimpi,
tapi kenapa rasa nikmat itu terasa
begitu nyata. Tiba-tiba ada orang
masuk ke dalam kamar, orang itu
Katro. “Mbak Amy, mari ikut …”. Dengan banyak pertanyaan di pikirannya,
Amy berjalan mengikuti Katro ke
luar kamar. Mbah Wasiran telah duduk di
tempatnya. “nak Amy sudah segar ?”. “..mm..sudah, Mbah..”. “ayo, silahkan duduk …”. “pasti banyak pertanyaan yang mau nak Amy tanya.. ”. “iya, Mbah.. ”. “pertama, semua yang nak Amy alami, bukan mimpi..”. “tapi, Mbah, kenapa badan saya …”. “itu tidak penting.. ”. “…”. “akan Mbah ceritakan, ritual tadi …”. Mbah Wasiran menceritakan semua
detail ritual yang mereka lakukan
tadi. Pertama, Mbah Wasiran
menjelaskan kenapa dia bisa sampai
6x ejakulasi. Itu karena Mbah
Wasiran telah memanggil 6 jin untuk bersemayam di dalam
dirinya. Ritual itu memang
membutuhkan keperkasaan 6 jin
karena setiap kali ejakulasi
mempunyai manfaat untuk Amy.
2x ejakulasi di mulut memberikan Amy suara yang bagus serta
kemampuan berbicara lancar &
membuat siapapun jadi betah
mengobrol dengan Amy. 2x
ejakulasi di dalam liang anus akan
membuat tubuh Amy tetap kencang & selalu fit / segar. 2x
ejakulasi di dalam rahim akan
membuat tubuh Amy selalu harum
& mengeluarkan aura feminim,
sexy, anggun, dan awet muda dari
tubuh ibu cantik itu. ######################### Kembali ke masa kini “jadi Tante harus ngelakuin ritual itu 1 tahun sekali, tiap tanggal 6,
bulan 6, terus 6x ?!”. “ssshhh !! jangan keras-keras ”. “maaf, jadi bener Tan ?”. “iyaa. kamu jangan bilang siapa- siapa ya, Vi.. ”. “iya, Tan..Tante tenang aja, rahasia Tante aman sama aku ”, janji Selvi sambil tersenyum. “nah, udah selesai, Tante mau pulang dulu yaa, Vi.. ”. “Tante, aku minta alamat Mbah Wasiran”. “ha?? kamu yakin ?”. “iya, aku mau coba ke sana sendiri besok…”. “sendirian? jangan, kamu harus sama Tante kalau mau ke sana.. ”. “nggak, Tan…aku mau sendiri ke sana, aku nggak mau ngerepotin
Tante”. “ya, tapi.. ”, ujar Amy sambil menyerahkan alamat Mbah
Wasiran. “nggak apa-apa, Tan…”. Sejak saat itu, Amy tak pernah
mendapat kabar lagi dari Selvi.
Handphonenya tidak aktif lagi.
Amy pernah datang ke hutan
rumah Mbah Wasiran beberapa kali,
tapi tak ada Katro yang menjemputnya sehingga ia tak
berani masuk ke dalam hutan
sendirian karena takut tersasar di
dalam hutan lagipula sudah
bertahun-tahun ia tak kesana. 2
bulan tetap tak ada kabar dari Selvi, Amy merasa stres karena dia
merasa bersalah. Dia takut terjadi
apa-apa pada Selvi. Akhirnya Amy
nekat pergi ke hutan itu juga. Dia
berdiri di depan barisan pohon
besar. Amy mengumpulkan keberaniannya untuk masuk ke
dalam hutan sendiri. “Mbak Amy ?”. “Katro ?”. “Mbak Amy, udah lama nggak ketemu ”. “iya, Katro, anter saya ke rumah Mbah Wasiran..”. “oh iya, Mbak. ayo, Mbak.. ”. “Selvi !”, Amy langsung berlari dan memeluk Selvi yang sedang
menyapu teras rumah Mbah
Wasiran. “Tante Amy kok ada di sini ? mari Tan, duduk”. “maaf, saya masuk ke dalam dulu…”. “kenapa kamu pake kemben ? terus Tante telpon hp kamu nggak
bisa-bisa ?”. “begini, Tan…”. Selvi menceritakan kalau dia telah memutuskan untuk
tinggal bersama Mbah Wasiran &
Katro. Niat awalnya memang ingin
awet muda seperti Amy, tapi
setelah merasakan keperkasaan
Mbah Wasiran, Selvi jadi ketagihan. Gadis cantik itu memutuskan untuk
mengabdikan tubuhnya sebagai
tempat penyaluran nafsu Mbah
Wasiran. Dan seiring jalannya
waktu, Selvi juga melayani Katro.
Itu menjelaskan alasan Selvi hanya menggunakan kemben saja, agar
dia bisa melayani Katro & Mbah
Wasiran tanpa repot-repot