Minggu, 10 Juli 2016

Istri Threesome dg ABG

Namaku Tita, kali ini aku kembali menceritakan kisah sex-ku. Kejadian ini terjadi sekitar 2 tahun lalu, usiaku saat itu 33 tahun. Aku bisa dikatakan maniak klo masalah sex, suamiku gak bisa memuaskan nafsuku. Aku kehilangan keperawanan pada usia 17 tahun.


Aku memiliki tinggi badan 160 cm ditunjang berat badan sekitar 48 kg, kulitku berwarna kuning langsat. Rambut lurus milikku yang berwarna hitam dengan panjang sebahu menghiasi wajahku yang manis, awet muda dan tentunya seperti wanita muda. Kulit mulus dan putih, wajah lumayan cantik. Ukuran toket ku juga cukup besar, pantat yang montok dan pinggang ramping. 

Kejadian yang aku alami adalah sebuah kejadian yang nggak disengaja, tetapi membawa kenikmatan yang luar biasa. Saat itu hari Jumat, aku baru pulang dari kantor sekitar jam setengah 6 sore. Aku pulang sendirian dengan menaiki mobil omprengan menuju rumahku. Udara yang dingin dan awan yang mendung saat itu, membuat aku kuatir akan turun hujan deras. 

sebab jalur terakhir yang dilewati omprengan tersebut masih cukup jauh dari rumahku, aku turun di jalan dan mengambil jalan pintas untuk sampai ke jalan raya, kemudian naik angkot dari situ. Tapi sebelum sampai jalan raya, tiba-tiba hal aku kuatirkan terjadi, hujan turun sangat deras. “Aduh! Mana aku nggak bawa payung lagi…” keluhku. sebab bukan daerah pertokoan, maka aku nggak menemukan adanya tempat yang bisa digunakan untuk berteduh. Aku sempat bingung, sebab aku hanya menggunakan tas kerjaku yang bisa untuk menutup bagian kepalaku saja. 

Akhirnya di saat aku mencari-cari tempat berlindung dari hujan, aku melihat bangunan rumah yang sudah cukup tua, tapi bisa aku gunakan untuk berteduh, Aku berlari kecil kerumahitu,sesampainya disitu aku berteduh di depan terasnya. Hari itu aku memakai pakaian kemeja putih dan rok yang pendeknya sedikit di atas lutut berwarna hitam. Kemeja putihku yang nggak sempat terlindung dari guyuran hujan menjadi basah, braku terlihat sedikit tembus. Untung saja braku berwarna putih, jadi nggak terlalu kontras dengan kemejaku. Namun tetap saja aku terlihat cukup sexy dengan pakaianku ini. 

Aku baru memperhatikan kalau nggak ada orang di daerah itu. Padahal daerah perumahan ini biasanya cukup ramai oleh orang yang lalu lalang. “Mungkin sebab hujan deras orang jadi malas keluar…” pikirku. Sambil menunggu hujan reda, aku mengisi waktu dengan browsing internet lewat HP-ku. Sedang enak-enaknya melihat status teman-temanku di Facebook, tiba-tiba dari dlm rumah yang aku gunakan untuk berteduh, muncul seorang anak yang aku taksir umurnya masih sekitar 17-18 tahun. Penampilannya lusuh dan nggak terurus, seperti anak jalanan. Anak itu tersenyum ramah kemudian menyapaku “Kehujanan ya bu…?” “Iya nih Dik, mana makin deras saja hujannya…” jawabku sambil membalas senyumannya. “Masuk aja ke dlm rumah bu…” dengan sopan anak itu mempersilahkan aku masuk. 

Aku sempat segan untuk mengikuti ajakannya, tapi setelah aku pikir-pikir udara diluar sangat dingin dan hujannya juga semakin bertambah besar. Lagipula, aku juga nggak sempat berpikir yang aneh-aneh tentang anak ini. Akhirnya aku masuk juga mengikuti anak itu. Sesampainya di dalam, rumah itu ternyata kotor sekali dan sudah nggak terawat, nggak jauh berbeda dari penampakan luarnya. Di dalamnya juga nggak ada perabotan sama sekali, sekilas yang aku lihat hanya ada tumpukan baju-baju kotor, botol-botol bekas dan gitar kecil yang bergeletakan begitu saja di bawah. Ternyata anak itu nggak sendirian, aku melihat ada satu anak lagi yang sedang tidur-tiduran beralaskan lembaran-lembaran kardus bekas. Melihat kedatanganku anak tadi langsung terbangun. 

Anak itu juga aku taksir usianya nggak jauh berbeda dengan yang pertama tadi. Aku memperkenalkan diri ke mereka, kemudian aku tanya nama kedua anak tersebut. Anak yang mengajakku masuk mengaku bernama Tono dan yang sedang tidur-tiduran tadi bernama Dodo. Kemudian Tono mempersilahkanku duduk lesehan beralaskan lembaran-lembaran kardus yang tadi digunakan Dodo untuk tidur-tiduran. sebab aku melihat kelakuan mereka berdua sopan dan ramah, aku mulai merasa nyaman untuk ikut bergabung dengan mereka. Aku membuka sepatu kerjaku, menaruh tasku dan ikut duduk bersama kedua anak itu di atas kardus. Aku mengajak mereka berdua mengobrol, dari obrolan itu akhirnya aku tau, kalau rumah ini sudah lama kosong ditinggal penghuninya. 

Dan seperti dugaanku sebelumnya, keduanya adalah anak- anak jalanan. Sebelumnya, mereka tinggal berpindah-pindah, mulai dari emperan toko sampai kolong jembatan. Sehingga ketika menemukan ada rumah kosong, mereka memanfaatkannya untuk tempat tinggal. “Pantas saja mereka bisa tinggal di dlm rumah ini seenaknya” kataku dlm hati. Mereka juga nggak tinggal bersama dengan keluarganya, sebab mereka nggak pernah tau siapa keluarga mereka. Walaupun seharusnya mereka sudah duduk di bangku SMP, namun keduanya mengaku nggak pernah merasakan bangku sekolah sejak kecil. sebab menurut mereka, untuk mencari uang makan saja sudah sangat sulit. Mereka memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan cara mengamen di jalanan dan angkutan umum, walaupun terkadang mereka juga nggak jarang untuk mengemis. 

Mereka juga bertanya kepadaku mulai dari dimana aku tinggal, tempat aku bekerja, sampai apakah sudah punya pacar atau belum. Setelah aku perhatikan, Tono yang berambut keriting, memiliki muka bopengan khas anak jalanan, badannya yang kurus dipadu dengan kulitnya yang hitam legam sebab terjemur sinar matahari, tinggi badannya sama dengan aku, mungkin sekitar 160 cm. Sedangkan si Dodo, nggak lebih tinggi dari temannya, tingginya sekitar 165 cm, kepalanya botak seperti tuyul, kulit hitam, wajahnya lebih buruk dari Tono dan ditambah lagi giginya yang tonggos. Selagi asyik mengobrol dengan mereka, aku sesekali menangkap mata Tono dan Dodo berusaha mencuri-curi melihat ke arah pahaku maupun dadaku. Mungkin sebab kemejaku yang tembus dan rokku yang sedikit terangkat sebab duduk lesehan. Tapi aku berpikir anak umur segitu memang sedang penasaran dengan lawan jenisnya. 

Apalagi anak jaman sekarang yang lebih cepat dewasa. Aku kemudian jadi teringat pengalaman sex ku waktu ngentot dengan adik kandung ku, makanya aku juga jadi agak horny dan berpikiran aneh-aneh. Aku tiba-tiba nyeletuk “Hayo, kalian lagi pada lihat-lihat apa? Masih pada kecil udah lihat-lihat kayak gitu…” Mereka tersipu dan tertunduk malu. Mereka diam, nggak berani menjawab pertanyaanku. “Emang kalian udah pada ngerti? Kok udah berani lihat-lihat ke tubuh Ibu sih?” lanjutku. “Udah ngerti dong bu! Soalnya Ibu Tita tuh orangnya manis, ditambah lagi bajunya tembus… kontol saya jadi ngaceng neh…” jawab Tono dengan kata-katanya yang kasar tapi polos. 

Aku juga bisa maklum sebab dia anak jalanan, jadi pasti omongannya memang kasar seperti itu. Tapi gila juga, ini anak masih kecil, tapi udah berani-beraninya ngomong kayak gitu ke wanita yang lebih dewasa. Tapi justru hal itu yang semakin menambah keisenganku. Terus aku meledek lagi ke mereka “Ibu gak percaya kalo itu-nya kalian udah bisa berdiri. Kan kalian berdua masih kecil…?” Mungkin karena merasa tertantang dan nggak terima dibilang seperti itu, tiba-tiba Tono berdiri di depanku lalu berkata “Kita taruhan aja ya bu. Kalo ternyata omongan Ibu yang benar, alias punya kita belum bisa berdiri, kita janji gak akan lihat-lihat tubuh Ibu lagi. Tapi kalo ternyata kontol kita bisa berdiri, Ibu mau ngasih apa…?” Gila juga anak ini membuat aku jadi benar-benar bingung mau jawab apa. Akhirnya aku bilang “Gak tau ah. Ibu bingung nih…! Terserah kalian aja deh mau minta apa kalau kalian menang taruhan…” Lalu Tono berbisik-bisik kepada Dodo. 

Sepertinya mereka sedang membicarakan sesuatu yang nggak baik, sebab aku melihat Tono dan Dodo berdiskusi sambil tertawa tertahan. Setelah selesai berdiskusi, akhirnya Tono berkata “Ibu Tita mau tau kontol kita bisa ngaceng apa nggak kan? Berarti Ibu harus lihat kontol kita berdua. Nah, kalo kita yang menang gimana kalo sebagai taruhannya kita juga gantian melihat memek nya Ibu?” “Dasar bocah cabul!!!” umpatku dlm hati. Terus terang aku kaget dengan permintaan mereka, aku nggak menyangka kalau Tono akan bicara seperti itu. Tapi karena sudah telanjur bilang terserah sama mereka, makanya aku dengan nada malas-malasan bilang iya saja. 

Lalu Tono yang masih berdiri didepanku mulai memelorotkan celana pendek dan juga celana dalamnya. Dan hal yang tadinya aku ragukan ternyata benar-benar terjadi. kontol Tono ternyata sudah mengacung tegak dan besar berurat! sebesar pergelangan tangan ku kurang lebih.. Berarti aku hanya tinggal berharap kalau kontol Dodo nggak akan berdiri. Melihat Tono sudah membuka celananya, Dodo pun pelan-pelan juga mulai membuka celana pendeknya yang dekil, beserta celana dalamnya. Aku benar-benar merasa deg-degan, apalagi saat aku melihat kontol Dodo justru lebih besar, gemuk, tegak dan lebih menantang dibanding punya Tono. Aku taksir panjang kedua kontol mereka sekitar 17-20 cm, tidak sesuai dengan anak seusianya, aku kaget juga.. tapi tetap saja aku kalah taruhan. 

Sekarang tubuh mereka berdua hanya ditutupi oleh baju yang sudah lusuh dan kotor. Aku sangat berharap mereka nggak jadi menagih ‘janji’ taruhanku. Tapi ternyata kenyataan berkata lain. “Sekarang giliran kita yang lihat memek nya Ibu Tita. sebab ibu kalah taruhan, dan harus nepatin janji ke kami…” sambil tersenyum nakal Tono mengatakannya kepadaku. Aku nggak bisa berkata apa-apa lagi selain bilang “Ya udah deh Ibu mengaku kalah. Sekarang kalian boleh lihat punya ibu deh. Tapi kalian buka rok ibu sendiri ya…?” “Ibu Tita tiduran aja, biar kita lebih enak ngeliat memek ibu…” Dodo pun ikut ambil suara. Mungkin sebab aku juga sudah terangsang, makanya aku menurut saja. Aku berbaring di lembaran-lembaran kardus yang sudah lusuh itu. Tono mulai memegang ujung rokku dan pelan- pelan menyingkapnya ke atas sampai batas pinggang. Aku benar-benar merasa malu sekaligus terangsang sebab kejadian ini. Aku memilih memejamkan kedua mataku saja, nggak lama kemudian aku merasakan ada tangan yang menarik celana dalamku ke bawah sampai batas mata kakiku. Di tengah-tengah aku sedang memejamkan mata, aku mendengar salah satu dari mereka berbisik ke yang lain “memek ibu Tita bentuknya bagus…! Masih rapet, botak lagi… Beda banget sama memek cewek yang sering kita liat di majalah bekas ya!?” “Sialan! Masa memek ku dibandingkan dengan milik cewek di majalah murahan sih..!” aku menggumam kesal. Aku yang penasaran dengan yang mereka lakukan, memberanikan diri untuk membuka mata. 

Sungguh kejadian yang sangat membuatku deg-degan. Aku melihat kedua anak itu sedang melihat memek ku dari jarak yang sangat dekat. Aku sangat malu, bagaimana tidak, memek ku yang licin tanpa bulu sedang dilihat oleh dua orang anak, dimana mereka masih di bawah umur. Namun mungkin hal itu yang membuatnya menjadi sensasi tersendiri. Aku kembali memejamkan mataku, tapi nggak berapa lama aku terpejam, aku merasakan ada tangan yang menyentuh bibir memek ku, aku kaget dan terlonjak. Aku membuka mataku dan berteriak “Eh! Apa- apaan kamu Do!! Kan Ibu bilang perjanjiannya kalian cuma ngeliat aja! Gak lebih kan…?” kataku dengan nada tinggi karena marah. “Tolong dong Ibu Tita, kita pengen banget ngerasain megang-megang memek . Dikit aja kok! kita kali ini janji deh cuma megang aja. Boleh ya Bu…?” kata Dodo dengan nada memohon. “Ngeliatin memek ibu Tita bikin kita tambah konak sih…” timpal Tono. Entah kenapa saat itu aku hanya bisa berkata “Ya udah. Tapi beneran ya cuma megang doang? Sebentar aja dan jangan minta macam-macam lagi…” Mendengar jawabanku, wajah mereka langsung terlihat senang. Tanpa berkata apa-apa lagi, mereka langsung berebut untuk menyentuh memek ku, jari-jari mereka yang kasar dan kotor mengelus-ngelus bibir memek ku. 

Aku mulai merasa terangsang, kakiku yang awalnya hanya lurus saja, pelan-pelan semakin aku lebarkan. Sekarang kakiku sudah dlm posisi mengangkang, sehingga tangan-tangan mereka berdua dapat lebih leluasa. Sungguh pemandangan yang mengusik birahi, seorang wanita kantoran berparas manis dan imut, berkulit bersih, sedang dikerjai oleh dua orang anak jalanan yang berpenampilan kumal. “Gitu dong bu, mulai nikmatin yah? Asyik kan…!” ejek Tono. “Dijamin deh kita berdua pasti muasin Ibu Tita…” Dodo ikut menambahkan sambil terus mengelus-elus memek ku. “Sial! Sekarang aku benar-benar terangsang!” aku mengumpat diriku dlm hati yang mulai menerima rangsangan-rangsangan yang di berikan kedua anak ini. “memek Ibu Tita masih rapet banget…!! Dodo pasti betah banget maenan memek ibu seharian…” puji Dodo yang nggak aku tanggapi. Entah jari siapa yang mulai menempel mengikuti jalur belahan memek ku dan gak lagi hanya sekedar menyentuh-nyentuh ataupun menggesek-gesek bibir memek ku. Jari-jari mereka itu sesekali didesak-desakan masuk, sekaligus berulang kali mencari klitorisku dan memainkan jarinya disana. Cukup lama dirangsang oleh kedua anak jalanan itu, memek ku mulai terasa basah. 

Secara nggak sadar, aku mulai mengeluarkan lenguhan- lenguhan nikmat. Aku benar-benar sudah nggak ingin menghentikan perbuatan mereka, dan mereka sepertinya tau kalau aku sudah terangsang berat sehingga mereka semakin berbuat berani. “Ouuhh.. Aaah.. Aaaahh…” aku merintih saat jari- jari mereka bermain semakin liar di dlm memek ku. “Ibu Tita tadi gak mau, tapi begitu udah dipegang-pegang memek nya malah keenakan…” ujar Tono bernada meledek. Dodo sepertinya nggak mau lagi berebut dengan Tono untuk menjamah memek ku. Sekarang Dodo mulai memindahkan tangannya untuk menelusup kebalik kemejaku yang masih dlm keadaan tertutup. Aku memek ik pelan saat tangan Dodo menemukan gundukan kembar di dadaku. Rangsangan di tubuhku semakin menjadi-jadi. “Ahhh… kalian nakaaal bangett siiihhhh…” aku mendesah semakin kencang. Tangan Dodo kemudian mulai membuka satu- persatu kancing kemejaku. Dan setelah semuanya terbuka dia menariknya ke atas. Tanpa aku sadari, akupun membantu dengan sedikit mengangkat punggungku dan meluruskan tanganku keatas sampai kemejaku lepas. Kemudian Dodo melanjutkan dengan melepas Bra-ku sebelum melemparnya entah kemana. “Wuih, teteknya mantep banget! Biar kecil tapi kenceng…!” sahut Dodo sambil meremas toket ku dengan gemas. Kini aku hanya tinggal memakai rok, yang sudah tersingkap dipinggangku. Sementara Tono masih sibuk memainkan jari-jarinya di memek ku. Kadang ia memainkan klitorisku, memek ku pun makin basah olehnya. Di saat bersamaan, Dodo mulai memilin-milin putingku, dirangsang seperti itu aku benar-benar sudah terangsang hebat. “Enak gak bu teteknya diisep kayak gini…? Mmmhhh…. Mmmmhh…” tanya Dodo sambil terus menyusu di dadaku. “Aaah i.. iya-a… e-e-enaaakk.. bangeeeettt..” kataku tersengal-sengal. 

memek dan toket ku sekarang sedang dipermainkan secara bersamaan oleh anak-anak kecil, tapi aku nggak berdaya sebab nafsuku yang memuncak sehingga aku nggak mampu menolak perbuatan mereka. Dodo fokus meremas-remas toket ku, nggak hanya diremas-remas tapi juga memuntir-muntir putingku. Dengan leluasa Tono menggesek-gesek bagian tubuh yang paling rahasia milikku itu. Hampir 5 menit kini liang memek ku sudah becek dan menimbulkan bunyi kecipak sebab gerakan jari-jari Tono yang semakin terbiasa. “Aaahh.. jangan dilepas…” jeritku saat tangan Tono mengangkat tangannya dari memek ku yang sudah basah itu dan bergerak mengelus-elus paha dan meremas pantatku. Lalu dengan jarinya, Tono menggerayangi lagi bibir memek ku yang sudah terasa becek itu dan menggesek dengan cepat. Aku melenguh penuh nikmat sambil meregangkan badanku, lalu tersentak hebat saat jari itu menusuk masuk dan menemukan klitorisku. Sambil menggigit bibir dan memejamkan mata, aku berusaha menahan orgasmeku. Aku nggak pernah mengira bahwa diriku dapat dibuat hampir klimaks oleh seorang anak kecil. Jari Tono bergerak semakin cepat menggesek-gesek bibir luar memek ku dan kadang-kadang menekan-nekan klitorisku. Kini Tono mulai memasukan jarinya untuk membelah memek ku. Jarinya mulai menusuk masuk, aku reflek mendesah ketika jemarinya ia desak masuk. Aku menatap lirih pada Tono, aku hanya bisa pasrah saat Tono mendesakkan jemarinya lagi ke dlm memek ku. Aku dapat merasakan bagaimana jari kecilnya itu seolah sebuah kontol yang masuk dlm memek ku, sedikit demi sedikit jari tengahnya itu masuk lebih dlm lagi, aku hanya bisa mengigit bibirku lebih keras lagi, sementara desahan-desahan pelan masih saja keluar dari mulutku. “Emmm…Enak Ton… Uhhh” kataku membisik. Basahnya memek ku oleh cairan cinta membuat Tono kian mudah mengerjaiku, jarinya tertambat di dlm sebelum mulai bergerak naik turun. Seolah ada kontol yang sedang ngentot memek aku, kakiku menjadi begitu lemas, jarinya begitu cepat merangsangku. Sampai akhirnya akupun nggak kuat lagi untuk menahan rangsangan terus- menerus dan sepertinya aku sudah akan mencapai orgasme. 

Tubuhku mengejang kuat dan tanganku mencengkeram ujung kardus. “Enak ya bu diginiin??” tanya Tono. “Aagghhhhhh tonn…!! Ssssshhhh… Enaaaakk bangeeettt… Ougghhh… Teruusss Ton… Jangan berhentiii…. tonnn…!! Aaahhh…. Ibu keluaarrr Ton…” aku meneriakkan namanya saat hampir mencapai orgasme. Pantatku sampai terangkat ke atas ketika akhirnya aku meraih orgasmeku. Aku merasa lemas, keringat bercucuran di tubuhku padahal saat itu udara cukup dingin. “Ibu Tita kok cepet banget keluarnya sih…!? memek nya jadi becek gini…” ejek Tono saat aku mencapai orgasmeku. “Din… Aaah… Habisnya kamu… Hebaaat banget…. Aaaah… ibu gak bisa naha-an lama- a…” jawabku sambil terengah-engah. “Dod, gue udah ngebuat ibu Tita ngecrot dong…!! Hahahahaha” tawa nakal Tono menggema di seluruh ruangan. Mungkin karena lelah memainkan memek ku, Tono menghentikan gesekan tangannya. Tapi Dodo yang nggak mau kalah dengan temannya bukannya berhenti, dia malah mulai mengganti tangannya dengan bibirnya, dia menunduk, mendekatkan mukanya ke toket ku, dan sejurus kemudian puting sebelah kananku sudah dilumatnya. Sedangkan toket ku yang kiri diremas-remas dengan oleh tangannya yang hitam. Pelan-pelan libidoku mulai bangkit lagi akibat rangsangan dari Dodo pada toket ku. Putingku kini sudah mancung dan mengeras. Tangan Dodo terus meremas-remas toket ku, tampaknya ia begitu menyukai bentuk toket ku itu yang termasuk besar ukurannya. Ia menghisap toket ku bergantian, kanan dan kiri. 

Dodo menjilati seluruh permukaannya sambil masih terus meremas-remas puting toket ku. “Ouh… Do. teruuus… jilaaatin putiiniinngg ibu ouhhhh” desahku sambil mengigit bibirku menahan gejolak didadaku. Aku terkejut sesaat, ketika kurasakan tangan Tono mulai mengelus-elus kedua pahaku. Dengan leluasa Tono menjelajahi setiap jengkal pahaku yang mulus itu tanpa penolakan, kulit pahaku yang lembut terasa hangat dlm usapan tangan kasar Tono. sebab belaian-belaian yang dilakukannya ini membuat aku semakin menggelinjang sebab birahiku sudah mulai muncul lagi. “Wah pahanya ibu Tita mulus banget deh…” Tono mulai memuji kemulusan pahaku. Sementara Dodo masih sibuk mengulum dan meremas putingku Tono secara tiba-tiba berkata padaku “ibu Tita sekarang saatnya Tono nyicipin memek ibu yah…” Tanpa aku sempat menjawab, Tono mulai menjilati memek ku dengan lidahnya. Aroma khas dari memek ku membuat Tono semakin bernafsu menjilatinya. memek ku pasti begitu harum sebab aku rawat dengan baik, Tono pun semakin bernafsu karenanya. Tubuhku yang berpeluh keringat sama sekali nggak berbau, malah aroma wangi semakin kuat tercium oleh Tono dan Dodo seakan-akan keringatku wangi. 

Semakin berkeringat, tubuhku semakin wangi menggoda, nafsu mereka semakin meloncat tinggi sehingga Dodo pun mencumbui dan menjilati toket dan memek ku. “Ibuuuu, enaaakk banget rasaaa… Slurrrpp… memek nyaa…. Slurrpp… Slurrrpp…” puji Tono sambil terus menjilati memek ku. Sementara itu Dodo masih terlihat asyik menjilati dan mengisap puting susuku. Sambil meremas toket ku dengan keras, sesekali Dodo juga menggigit dan menarik puting susuku dengan giginya, sehingga aku merasa kesakitan sekaligus nikmat. Namun ketika Dodo mendengar Tono menikmati sekali menjilat memek ku, Dodo pun nggak mau ketinggalan untuk merasakan cairan cinta yang terus menerus keluar dari memek ku. Dodo kemudian ikut ambil bagian untuk menjilati memek ku. Sekarang lidah mereka berdua menempel di pinggiran memek ku, seolah berlomba merangsangku. Sambil terus menjilati memek ku, tangan mereka mengelus-elus kedua pahaku, mereka terus berusaha merangsangku lebih dan lebih lagi. 

Aku semakin dibuat gak berdaya dengan kenikmatan yang mereka berikan, rasanya seluruh klitorisku ditekan-tekan dengan rasa nikmat yang berbeda dari sentuhan jemari. Lidah mereka yang menyelusur mulai dari pahaku hingga kebibir memek membuat tubuhku kian sensitif terbakar kenikmatan birahi yang gak tertahan, aku mendesah-desah nikmat. “Sedaaap banget ya Ton! Mana wangi lagi! memek Ibu Tita emang nikmaaat..” kata Dodo kepada Tono sambil melanjutkan mengecup dan menjilati bibir memek ku. “Huehehe bener kan Do? Enak banget kan rasanya…!? memek ibu Tita sampe banjir kayak gini. Ternyata ibu juga napsu yah!? Tono suka banget sama memek ibu… Hhhhmhh. Sslluurrpp… cairannya juga manis!” Tono mengakhiri kata-katanya dengan menghirup lendir memek ku. Sesaat kemudian, aku melihat Tono melepas celana dalamku yang masih ada di ujung kakiku, kemudian menurunkan rokku hingga aku sekarang sudah bugil tanpa sehelai benangpun. Setelah selesai, Tono menyuruh agar Dodo menyingkir dari memek ku. “Minggir dulu sana, gue pengen ngentot nih…! Kita kasih liat ke ibu Tita biar masih ABG kita bisa bikin dia lebih puas daripada ngentot sama suaminya!” kata Tono. Dodo pun menuruti saja apa yang dikatakan oleh Tono. Tono mengambil posisi duduk dengan kedua lututnya tepat ditengah-tengah kedua pahaku yang mengangkang. Dia memegang kontol besarnya dan menempelkannya di bibir memek ku. 

Dia mulai menggesekan kontol besar beruratnya di bibir memek ku yang mungil ini, aku melenguh lagi dan aku seperti tersadar saat aku rasakan Tono mulai berusaha mendorong kontol nya masuk ke dlm memek ku. “Ibu Tita mau kan nikmatin kontol Tono?” tanya Tono yang sekarang sudah dikuasai hawa nafsu. “Jangan dimasukin Ton… ibu gak mau!” kataku bernada memohon. “Tono udah gak tahan pengen ngentotin ibu Tita…” kata Tono yang tetap memaksa memasukkan kontol gedenya ke dlm memek ku yang sempit. Tapi walaupun mulutku berusaha mencegah, tapi tubuhku nggak berusaha menghindar saat Tono kembali berusaha mendorongnya. Akhirnya bagian kepala kontol Tono berhasil menyeruak ke dlm memek ku dan itu sudah terasa sangat nikmat. “Pelan-pelan ya. Auughh… Aaahhh…” aku mendesah. Tono kembali mendorongnya sampai kontol nya cuma bisa masuk setengahnya. “Enaaakk banget Ton…. gede banget,, memek ibu sempit ton,,,Ayo Ton… teruuuusss Ton….” pintaku yang semakin merasa nikmat. “Ibu sudah gak tahaaaan lagi! Masukiiinn semuaaaaannyyaa… Aaaahh…” aku mulai nggak tahan dengan rangsangan yang datang. Mendengar aku yang sudah terangsang berat, dia mendorong sekuat tenaga sampai akhirnya kontol besarnya berhasil masuk semua ke dlm memek ku. Badan Tono semakin menegang dan mengejang keras disertai lolongan ketika kontol nya berhasil menembus ke dlm liang memek ku yang masih sempit tersebut. Setelah berhasil menanamkan seluruh batang kontol nya yang sebesar lengan ku itu di dlm lubang memek ku, Tono mulai menggenjotnya mulai dengan irama perlahan- lahan hingga cepat. “Uuhhh Aaaanjing..!!!! Enaaak beneeer ngentot sama ibu Tita Aaahhh…” Kata Tono bersemangat. Lendir pun mulai mengalir dari sela-sela memek ku yang sedang disusupi kontol anak itu. Rintihanku pun semakin teratur dan berirama mengikuti irama gerakan Tono. 

Pelan- pelan Tono mulai mengeluarkan kontol nya sampai ujung, kemudian mendorongnya lagi. Lama-lama aku semakin merasa nikmat. Dan sekarang aku merasakan nikmat yang teramat sangat, ketika kontol Tono terus keluar masuk di memek ku. “Gimana rasanya dientot sama Tono bu? Enak kan? Gak usah pura-pura gak mau lah…!” tanya Tono melecehkan aku. Namun dilecehkan seperti itu bukan membuat aku marah, tapi malah membuat aku semakin terangsang. “Aaaahhh… Aaaahh… entot yang keras Ton… nikmaaat bangeeet!! Ouughhh…Enaaakk…” aku mendesah nikmat. “Gimana rasanya ngentot sama ibu Tita Ton?” tanya Dodo, yang dari tadi hanya melongo saja, dengan nada penasaran. “Nikmaaaat banget Do…! Sempit…!!! Enaaakk!! jawab Tono saat tengah mengentot ku. “Toonnn Aaaahhh… Aaahh!” desahku pasrah. “Aduh enak banget Do… Bener-bener bikin ketagihan nih…! Kapan lagi bisa ngentot cewek kantoraan…!” lanjut Tono yang sepertinya sengaja membuat Dodo iri. Saat itu aku sudah nggak perduli lagi dengan siapa dan dimana aku disetubuhi. Aku sudah pasrah dan sudah nggak merasa seperti wanita baik-baik. Kedua anak ini memang sudah merendahkan derajatku. “Aaaah, memek ibu Tita emang enak!! Sempit dan seret banget… Aaahh ibuuuuuuuu…” desah Tono semakin kencang. Sementara aku melihat Dodo malah asyik menonton kami. Tono semakin cepat mengocok kontol nya di memek ku. Dia menekan kontol nya semakin dlm dan semakin cepat. Tapi saat kukira Dodo hanya ingin menonton saja, ternyata ia nggak mau ketinggalan, kontol nya menggantung tegak di hadapanku. kontol Dodo membuatku terbelalak, kontol itu sudah begitu tegak dan lebih panjang dari ketika pertama kali aku melihatnya, meski tetap saja nggak terlalu panjang dan tebal. “Ibu Tita, kocokin kontol Dodo dong…” Dodo memintaku mengocok kontol nya. Aku yang sudah terangsang mengikuti saja apa mau Dodo. Sementara aku sedang mengocok- ngocokan kontol nya dlm dekapan tanganku yang halus, ternyata toket ku masih menjadi mainan Dodo. toket ku diremasnya berulang- ulang sambil memainkan putingnya, menarik- narik semaunya membuatku merintih sakit bercampur nikmat diantara kontol Dodo. nggak lama kemudian Dodo mengarahkan kepalaku ke arah kontol nya dan berkata “Cukup ibu pake tangannya. Sekarang sepongin kontol Dodo ya bu…” Ternyata nggak cukup puas dengan hanya dikocok oleh tanganku, Dodo menyuruhku untuk menghisap kontol nya. 

Kemudian aku membuka mulutku, dengan bantuan tanganku aku menarik kontol Dodo dan mulai menjilatinya dari bagian kepala hingga buah zakarnya. Aku terus melanjutkan dengan mengecup kembali kepala kontol nya dan memakai ujung lidahku untuk menggelikitiknya. Kemudian lidahku turun menjalari permukaan benda itu, sesekali kugesekkan pada wajahku yang halus, kubuat kontol nya basah oleh liurku. Bibirku lalu turun lagi ke pangkalnya yang belum ditumbuhi bulu-bulu sama sekali, buah zakarnya kujilati dan yang lainnya kupijat dlm genggaman tanganku. “Cepat dong Mbak isepin kontol Dodo. Jangan cuman dijilat-jilat aja…” perintah Dodo kepadaku. Dodo kemudian memintaku untuk menghisap kontol nya yang sudah basah dengan air liurku, aku mulai memasukkan kontol nya itu ke mulutku. Kuemut perlahan dan terus memijati buah zakarnya. cerita-dewasa-terpanas.blogspot.com Sesekali pula ia menarik kontol nya dari mulutku, dan memintaku menggunakan lidahku lagi untuk membelai seluruh batang kontol nya. Sesekali aku menghisap biji peler nya yang membuat Dodo melayang nikmat, sebelum kembali harus menikmati kontol itu dlm mulutku. Akhirnya kontol Dodo aku kulum walau gak sampai semua kontol masuk ke mulut ku sebab ukurannya yang terlalu panjang, gak sesuai dengan mulutku yang mungil. Aku terus menghisap kontol itu dengan nikmat dan lidahku yang basah dan panas itu terus menjilati dengan cepat. “Uuuugghhh ibu jago bangeeeet ngisepnya…!” teriak Dodo menikmati setiap hisapan dan jilatanku pada kontol nya. Kulihat ekspresi Dodo meringis dan merem-melek waktu kontol nya kumain-mainkan di dlm mulutku, dan dia lalu memaju mundurkan kontol besarnya seakan sedang ngentot mulut mu sebagai pengganti memek ku. 

Kujilati memutar kepala kontol nya sehingga memberinya kehangatan sekaligus sensasi luar biasa. Semakin ku emut benda itu semakin keras. Aku memasukkan mulutku lebih dlm lagi sampai kepala kontol nya menyentuh langit-langit tenggorokanku. “Sluurrp…Suka gak Do… ibu isepin…Sluurrpp… kayak gini…? Sluurrrppp…” tanyaku sambil terus menghisap kontol nya. “Oughhh enak banget bu…” Dodo mengomentari apa yang kulakukan dengan kontol nya. Dodo tampak semakin menikmati, ia terus menyodok-nyodokan kontol nya, aku berusaha menggunakan tanganku menahan pinggulnya namun aku gak berdaya, Dodo masih terus berusaha masukin kontol nya ngentot mulut mungilku. Di saat aku sedang sibuk nyepong kontol Dodo, tiba-tiba Tono yang lagi ngewe memek ku berkata “Aaaahh ibuuuuuuu, aku mao keluaaar…” Aku yang kaget melepas kulumanku pada Dodo dan berteriak “Jangan keluar di dalem Ton…!! keluarinnya di luar ajaaa… ibuu gaak mau .” aku berusaha membujuk Tono di tengah kenikmatan yang melanda kita berdua. Namun belum sempat aku menyelesaikan kata-kata, aku merasakan ada peju yang menyemprot sangat banyak di dlm dinding memek dan dirahimku. “Aaaagggghhhhhhhhhh… Enaaak bangeeeet Buuuuu…!!” Tono melenguh panjang. Berkali-kali Tono memuncratkan spermanya memenuhi cekungan liang memek ku. 

Ia membiarkan batang kontol jumbo nya tertancap dlm memek ku beberapa saat sambil meresapi sisa orgasme hingga tuntas. Sebelum akhirnya dia lemas dan kontol nya tercabut dari memek ku. Tono kini terbaring di sampingku karena kelelahan akibat pergumulan tadi. Melihat Tono yang sudah terkapar, aku melanjutkan mengulum kontol Dodo dengan posisi duduk. Sapuan lidah dan hisapanku membuat Dodo semakin terbang ke awang-awang dan makin mempercepat gerakan pinggulnya yang tepat berada di depan wajahku. Sesekali aku tersedak sebab Dodo ngentot mulutku. “Aaah sedooot terus bu!” ceracaunya menikmati hisapan kontol nya di mulutku. Setelah beberapa lama kuhisap, benda itu mulai berdenyut-denyut, sepertinya mau keluar. Aku semakin gencar memaju-mundurkan kepalaku mengemut benda itu. Dodo semakin merintih keenakan dibuatnya, tanpa disadarinya pinggulnya juga bergerak maju-mundur semakin cepat di mulutku. “Aahh.. sssshhhh.. hhmmh… Dodo keluaaarr Buuu…!!” desahnya dengan tubuh menggeliat. Anak itu mendesah dan menumpahkan peju nya di rongga mulutku. Aku yang merasakan semburan dahsyat di mulutku tersentak dan kaget, cairan itu begitu banyak dan kental, serta berbau nggak sedap. Aku sebenarnya ingin menarik mulutku dari kontol Dodo dan memuntahkan spermanya. Namun pegangan tangan Dodo pada kepalaku keras sekali, sehingga dengan terpaksa aku menelan sebagian besar cairan putih kental itu. 

Kulirikan mataku ke atas melihat Dodo merintih sambil mendongak ke atas. “Oohh Enaaak ibu Telen terus peju Dodo Buuuuu Iyaaahh Enaaaak!” Dodo melenguh keenakan sambil mengeluarkan isi kontol nya sampai benda itu menyusut di mulutku. nggak jauh berbeda dengan kondisi Tono, Dodo pun ambruk dlm posisi duduk. Wajahnya terlihat lelah tapi puas, badannya juga sudah bermandikan keringat. Sementara aku yang cukup lelah melayani dua anak ini, beristirahat sejenak dan mengambil posisi tidur di sebelah Tono. Namun sebab aku belum merasakan orgasme lagi masih merasa ‘gantung’. Aku menunggu inisiatif Dodo melanjutkan pekerjaan Tono untuk ngentot aku lagi, tapi Dodo ternyata malah diam saja. 

Mungkin ia masih dlm kondisi lemas karena spermanya keluar sangat banyak di mulutku. Aku yang dilanda birahi tinggi jadi nggak sabar. Aku bangun dari tidurku, dan mencium bibir Dodo dengan penuh nafsu hingga bibirnya basah. Tanpa diperintah, lidah Dodo menari-nari di bibirku. Lidah itu kemudian menjulur ke dlm mulutku. Aku yang nggak perduli dengan bau mulut Dodo yang nggak sedap, malah membuka mulutku dengan lebar dan membalas mengisap lidah Dodo dengan penuh gairah. Dodo merangkul leherku dan mulutnya benar-benar beradu dengan mulut milikku. Air liur kita saling bertukar. Aku menelan liur Dodo sementara Dodo menelan liurku penuh selera. kita saling berpagutan dlm posisi duduk selama kurang lebih 10 menit. 

Merasa sudah cukup untuk membangkitkan gairah Dodo kembali, aku dorong dodo yang dlm posisi duduk sampai Dodo terjatuh dlm posisi terlentang. Aku duduk di atas paha Dodo, dan memegang kontol besarnya yang masih dlm keadaan tegang kemudian mengarahkan ke memek ku yang masih belepotan sperma Tono dan bercampur dengan cairan pelumas memek ku. Jadi aku sekarang sedang berada dlm posisi ‘Woman On Top’. Aku mulai mendorong pantat ku ke bawah setelah ujung kontol Dodo tepat di mulut memek ku. “Aahhhhhh Dodooo…” aku mulai mendesah. kontol nya Dodo agak susah masuk, sebab walaupun badannya lebih pendek dari Tono, tapi kontol nya ternyata masih lebih besar dari punya Tono. 
Kemudian Dodo membantu dengan mendorong pantatnya sendiri ke atas, dan akhirnya kontol Dodo masuk seluruhnya ke memek ku. Aku mulai naik turun diatas tubuh Dodo, dan tangan Dodo pun secara naluriah mulai meremas lagi toket ku yang bergoyang- goyang sebab hentakan tubuhku. “Aaahhh Dooo.. Ibu ngerasaaa enakk bangeeeettt… Aaaahh….” aku nggak tahan untuk nggak mendesah. Sampai sekitar 15 menit di dlm posisi itu, aku melihat dodo sudah mulai mempercepat dorongan pantatnya ke atas. lalu tanpa diduga Tono mendorong tubuh ku hingga berpelukan dengan dodo dan kemudian dengan kontol besarnya Tono mecoba memasukan kontol gedenya ke dalam bool ku yang sempir dan jarang di entot anal seks, paling dengan adik ku atau teman ku, karena suami ku jarang entot bool ku, dan akhirnya kontol Tono berhasil masuk walau agak sakit karena besarnya,,, dan beberapa saat kedua kontol itu diam saja dalam memek dan bool ku, kemudian keduanya menggenjot memek dan bool ku bersamaan, sangat cepat hingga kepala ku terangkat dan mata ku terpejam dibuatnya, saat kedua kontol itu memompa kedua lobang ku bersamaan,,, "ahhh nikmat sekali... kontol kaliannnnn "... akhirnya Tono udah ngecrot duluan pejunya penuhin bool ku... lalu kontol nya ditarik keluar dari bool ku, dan kini tinggal kontol Dodo dalam memek mungil ku yang semakin memerah karena gesekan kontol nya... dan Sepertinya Dodo sudah akan mencapai orgasme untuk kedua kalinya. Akupun nggak mau kalah, aku bergerak semakin cepat biar dapat mencapai orgasme bersamaan. “Ibuuuuuuu…. ahhhhhhhhhh Dodo mauuu keluaaaaar laagiiii buuuu…” Dodo setengah berteriak. “Tahaaan seeebentar lagi Doo…! Ibu juga bentaaarr lagi keluaaarrr…. Aaghhh….” aku makin merasa nikmat. gak lama kemudian, akhirnya tubuh Dodo pun mengejang keras. Dan akhirnya “croooott croottt.. ” lagi-lagi rahimku ditembak banyak sperma tapi kali ini milik Dodo. Akupun merasakan orgasme untuk yang kedua kalinya . 

Badanku lemas dan jatuh di atas tubuh Dodo, dengan kontol nya masih di dlm memek ku. Aku melirik ke samping, ternyata Tono tertidur pulas karena lelah. “Dasar anak-anak! Udah keenakan tinggal tidur deh…” bathinku. Setelah agak kuat aku bangun dari atas tubuh Dodo. Aku mengambil tasku dan meraih tissue basah dari dalamnya. Aku membersihkan memek dan pahaku yang sudah banjir dengan sperma kedua anak itu dengan tissue itu. Aku mengambil dan memakai kembali celana dlm dan rokku yang berserakan, kemudian aku meraih bra dan kemejaku yang sudah lumayan kering. Setelah berpakaian lengkap aku pun berpamitan. “Dodo, ibu Tita pulang dulu ya. Tolong sampaikan ke Tono nanti…” sebab Tono masih tertidur pulas, maka aku hanya berpamitan dengan Dodo. Dodo mengiyakan dengan wajah kecewa. 

Mungkin dia merasa nggak akan pernah mengalami situasi seperti ini lagi. Tapi siapa yang akan pernah tau? Namun satu hal yang pasti, baik bagi Dodo maupun Tono, mereka nggak akan pernah bisa melupakan pengalaman yang didapatnya dariku. Pengalaman itu pasti akan menjadi kesan tersendiri dlm kehidupan mereka berdua. “Makasih ya ibu Tita udah ngebolehin kita berdua nyicipin badan ibu yang nikmat… hehehe…” kata Dodo dengan kurang ajar. Aku hanya menjawab dengan anggukan kepala saja. Ada rasa sesal, benci sekaligus kepuasan tersendiri di dlm diriku. Kemudian aku bergegas berjalan ke luar rumah, ternyata hujan masih belum reda, walaupun hanya tinggal gerimis kecil saja. Namun aku harus memberanikan diri untuk pulang, kalau nggak pasti nanti kedua anak itu minta yang aneh-aneh lagi. Kemudian aku setengah berlari menuju ke arah jalan raya sambil menutupi kepalaku dengan tas.

Tidak ada komentar: