Selasa, 13 November 2007

Cumbuan Sang Pejantan Tangguh

Namaku Irma, tapi biasa dipanggil I'in oleh orang di rumah. Aku sulung
dari 4 bersaudara yang semuanya perempuan. Saat ini usiaku 34 tahun dan
adik bungsuku Tita 21 tahun. Aku sangat menjaga bentuk tubuhku, dengan
tinggi badan 167 cm dan berat badan 59 kg, tidak ada yang menyangka
kalau aku sudah memiliki 2 orang anak yaitu Echa 6 tahun dan Dita 3
tahun. Kalau menurut suamiku, teman-temannya sering memuji tubuhku,
terutama pada bagian pinggul dan payudara yang terlihat sangat seksi
jika sedang mengenakan baju yang pressed body. Begini ceritaku..

*****

Kenaikan jabatan yang diterima oleh suamiku membuatnya harus berada di
luar daerah, dan hanya bisa pulang sebulan sekali. Otomatis kebutuhan
biologisku hanya bisa terpenuhi pada saat suamiku pulang saja. Bahkan
sering juga aku harus puasa sampai berbulan-bulan karena pada saat
suamiku pulang aku sedang kedatangan "tamu". Tapi itu tidak terlalu
kupedulikan, toh saat kami berhubungan, aku jarang sekali mengalami
orgasme karena suamiku biasanya sudah keluar duluan dan bila sudah
begitu pasti ia langsung tertidur dan membiarkanku menggantung
sendirian.

Sampai akhirnya terjadi peristiwa yang membuatku sangat malu pada
awalnya, namun menjadi ketagihan pada akhirnya. Orang yang membuatku
mabuk kepayang itu bernama Hasan yang tidak lain adalah pacar adikku
yang paling bungsu. Orangnya lumayan ganteng dengan bentuk tubuh yang
kekar karena ia adalah seorang atlit renang perwakilan daerah. Hasan
sudah berpacaran dengan adikku Tita selama 5 tahun sehingga hubungan
keluarga kami dengannya sudah sangat dekat, aku sendiri bahkan sudah
menganggapnya sebagai adik iparku demi melihat keseriusan hubungan
Hasan dan adikku.

Hasan juga sering datang ke rumah untuk mengantarkan aku pergi karena
aku tidak bisa naik motor, tentu saja sebelumnya aku selalu memintanya
tolong melalui Tita. Selama tidak sibuk dia pasti mau menolongku
sehingga kami menjadi lumayan dekat. Ia sering bercerita tentang
hubungannya dengan Tita adikku, sehingga aku jadi tahu kalau dia adalah
pemuda yang sangat menghormati wanita. Itu adalah pandanganku sebelum
terjadi affair antara kami berdua.

Sore itu aku berangkat dengan diantar Tita adikku untuk berenang di
sebuah hotel yang cukup besar di kota SMD. Setelah berganti dengan baju
renang, aku melangkahkan kaki ke tepi kolam. Beberapa pemuda melirikku
dengan pandangan nakal. Setelah melakukan pemanasan aku lalu turun ke
air. Setelah menyesuaikan diri dengan suhu air baru aku mulai berenang.
Setelah bolak-balik 3 kali putaran, aku beristirahat di pinggir kolam
sambil mengatur napas. Beberapa pemuda yang lewat menggodaku, aku hanya
tersenyum. Lalu aku terhanyut pada lamunanku yang sudah 3 bulan tidak
melakukan hubungan suami-istri.

"Sendirian saja Kak?" Suara yang ramah mengagetkanku dari belakang.
"I.. Iya" Jawabku sambil menoleh ke belakang.

Setelah melihat siapa yang menyapaku, aku menjadi tenang tetapi sedikit
risih karena ternyata ia adalah Hasan yang melihatku tanpa berkedip.
Sambil mengajakku mengobrol ia melakukan pemanasan. Sesekali aku
melirik untuk melihat tubuhnya yang kekar. Lalu mataku turun lagi ke
dadanya yang bidang dan perutnya yang sangat berotot. Saat mataku
sampai ke celana renangnya, dadaku berdegup kencang, celana itu
terlihat sangat menonjol pada bagian tengahnya. Pasti besar sekali,
mungkin bahkan lebih besar dari pada milik suamiku, batinku.

Lalu aku tercekat saat Hasan melompat terjun ke kolam renang dan
langsung meluncur. Setelah 7 kali bolak-balik ia menepi ke sampingku
untuk beristirahat. Ia meletakkan tangannya di sampingku sehingga
sikunya menyentuh paha kananku.

"Kesini pake apa Kak?" Tanyanya sambil menatapku dengan tajam.
"Diantar sama Tita" Jawabku sambil menghindari pandangan matanya.
"Trus.. Sekarang Titanya kemana?" Sahut Hasan melirik sekeliling.
"Langsung pulang jagain Dita sama Echa.." Sebelum ia sempat menanyaiku
lagi, aku langsung melompat terjun.

Setelah menyeberang, aku lansung naik karena ingin segera pulang.
Sebelumnya aku tidak menyangka akan bertemu dengan orang yang
mengenalku di kolam ini. Dan yang bertemu denganku ternyata Hasan,
terlebih lagi aku hanya mengenakan baju renang hingga otomatis
menampakkan sebagian tubuhku. Aku tidak mau menoleh ke belakang karena
aku takut Hasan akan berbicara lagi denganku. Setelah memakai rok
setinggi lutut, aku mengenakan pakaian yang lumayan ketat sehingga
memamerkan garis tubuhku yang masih terbentuk.

Saat melangkahkan kaki menuju jalan raya untuk mencari angkot, ada
motor yang memotong jalanku. Aku kaget bukan kepalang, terlebih lagi
saat melihat siapa yang menaikinya, lagi-lagi ternyata Hasan.

"Saya antar ya Kak?" Tawar Hasan dengan sopan.

Aku berpikir sejenak, sebelum aku sempat menjawab Hasan sudah
menyodorkan helm. Dengan ragu aku menerima helm itu, setelah
mengenakannya aku lalu duduk menyamping di belakang dengan tangan
kananku melingkar di pinggangnya. Sebenarnya hal ini sudah sangat
sering kulakukan, tapi untuk saat ini aku merasa sangat serba salah.
Perasaanku semakin tidak enak saat ia mengarahkan motornya ke arah yang
berlawanan dengan arah ke rumahku. Bodohnya, aku cuma diam saja sampai
akhirnya Hasan menghentikan motornya di depan sebuah bioskop yang cukup
terkenal di kota SMD.

"Nonton dulu ya Kak?" Pintanya sopan.
"Aduh gimana ya San.. Ini kan sudah sore" Jawabku panik.
"Please Kak.. Ini film yang pengen banget aku tonton, lagian ini hari
pemutarannya yang terakhir" Sahut Hasan dengan tatapan yang memohon.
"Iya deh.. Tapi habis itu langsung pulang" tegasku. Hasan tersenyum
dengan penuh kemenangan.

Setelah memesan tiket, kami pun masuk ke dalam dan ternyata yang
menonton sangat sedikit. Setelah mendapatkan tempat duduk, kami berdua
mulai menikmati film yang diputar. Belum lama berselang, aku tercekat
kaget saat tangan Hasan merangkul bahuku. Aku berusaha untuk tenang dan
tak bereaksi apa-apa. Melihat aku diam saja Hasan semakin berani,
mukanya didekatkan ke wajahku hingga sontak aku menolak saat ia mencoba
mencium bibirku. Tapi malah bertambah parah karena yang dia cium adalah
telinga dan leherku, padahal itu termasuk daerah sensitifku.

Aku menjadi deg-degan, dan sepertinya Hasan mengetahui kalau aku mulai
memakan umpan yang ia berikan. Tangannya mulai turun ke dadaku dari
bahu. Ternyata tangannya sangat lihai meskipun dari luar putaran-
putaran jarinya mampu membuatku sesak karena buah dadaku yang telah
mengeras. Tangannya terus aku pegang. Tangannya yang satu berhasil
kutahan semantara yang lain berhasil lolos dan semakin aktif.

Dia berhasil membuka kancing-kancing bajuku bagian atas lalu tangannya
bermutar-mutar di atas BH-ku yang tipis. Malu juga rasanya kalau Hasan
tahu bahwa putingku sudah keras sekali. Bibirnya yang bermain di
leherku mulai turun ke bahu dan entah bagaimana caranya, ternyata Hasan
telah menurunkan tali BH dan bajuku sampai ke pinggang lalu bibirnya
bermain diatas BH-ku dan sekali renggut buah dadaku telah terekspos
pada bibirnya.

Aku menjadi semakin lupa diri, lupa pada suami dan anak-anakku, dan
lupa kalau Hasan adalah kekasih adikku dan kemungkinan besar akan
menjadi iparku kelak. Begitu buah dadaku terekspos, Hasan tidak
langsung mencaplok tapi putingku yang keras dirangsang dulu dengan
hidungnya. Nafasnya yang hangat sudah bisa membuat putingku semakin
mengeras. Lalu dia ciumi pelan-pelan buah dadaku yang berukuran 34B
itu, mula-mula bagian bawah terus melingkar sehingga hampir semua
bagian buah dadaku dicium dengan lembut olehnya. Belum puas menggodaku,
lidahnya kemudian mulai menari-nari di atas buah dadaku. Akhirnya
pertahananku pun jebol hingga aku mulai mendesah halus. Akhirnya apa
yang kukhawatirkan terjadi, lidahnya mulai menyapu sekitar puting dan
akhirnya..

Akh.. putingku tersapu lidahnya.. Perlahan mula-mula, semakin lama
semakin sering dan akhirnya putingku dikulumnya. Ketika aku merasa
nikmat, ia melepaskannya dan kemudian mulai mengecup dari bagian tepi
lagi. Perlahan mendaki ke atas dan kembali ditangkapnya putingku. Kali
ini putingku digigitnya perlahan sementara lidahnya berputar-putar
menyapu putingku. Sensasi yang ditimbulkannya sungguh luar biasa, semua
keinginan yang kupendam selama 3 bulan ini serasa terpancing keluar dan
berontak untuk segera dipuaskan.

Melihatku mendesah, Hasan semakin berani. Selain menggigit-gigit kecil
putingku sembari lidahnya menyapu-nyapu, tangannya mulai bermain di
lututku. Perasaan yang kupendam selama ini kelihatannya mulai
bergejolak. Hal itu membuatku membiarkan tangannya menggerayangi lutut
dan masuk menyelusup ke dalam rokku untuk mengelus pahaku. Dia tahu
bahwa tubuhku merinding menahan nikmat dan dengan lihai tangannya mulai
mendaki dan kini berada di selangkanganku.

Dengan lembut Hasan mengusap pangkal pahaku di pinggiran CD-ku. Hal ini
menimbulkan sensasi dan nikmat yang luar biasa. Aku tak dapat duduk
tenang lagi, sebentar-bentar menggelinjang. Aku sudah tak dapat lagi
menyembunyikan kenikmatan yang kualami, hal ini bisa dia ketahui dengan
telah lembabnya CD-ku. Jarinya yang besar itu akhirnya tak mampu
kutahan ketika dia memaksa menyelinap ke balik CD-ku dan langsung
menuju clitku. Dengan lembut dia memainkan jarinya sehingga aku
terpaksa menutup bibirku agar lenguhanku yang keluar tak terdengar oleh
penonton yang lain. Jarinya dengan lembut menyentuh clitku dan
gerakannya yang memutar membuat tubuhku serasa ringan dan melayang.

Akhirnya pertahananku jebol, cairan kental mulai keluar dari vaginaku
dan Hasan mengetahuinya hingga semakin mengintensifkan serangannya.
Akhirnya puncak itu datang, kupeluk kepalanya dengan erat dan
kuhunjamkan bibirku ke bibirnya dan tubuhku bergetar. Hasan dengan
sabar mengelus clitku hingga membuatku bergetar-getar seolah tak
berhenti. Lubang vaginaku yang basah dimanfaatkan dengan baik olehnya.
Sementara jari jempolnya tetap memainkan clitku, jari tengahnya
mengorek-ngorek lubangku mensimulasi apa yang dilakukan laki-laki pada
wanita. Aku megap-megap dibuatnya, entah berapa lama Hasan membuatku
seperti itu dan sudah berapa kali aku mengalami orgasme.

Aku lalu memberanikan diri, kujulurkan tanganku ke arah
selangkangannya. Di sana jemariku menemukan gundukan yang mulai
mengeras. Begitu tersapu oleh belaianku, gundukan itu berubah menjadi
batang hangat yang mengeras. Jariku terus membelai turun naik sepanjang
batang itu yang menurutku sangat besar untuk ukuran seorang pemuda
berusia 21 tahun. Secara perlahan batang tersebut bertambah panjang dan
besar hingga menimbulkan getaran-getaran yang membuatku kembali
mencapai orgasme. Saat orgasme, tanganku secara tak sengaja meremas-
remas bolanya sehingga Hasan pun terangsang.

"Kita ke tempat kosku ya Kak.." bisiknya kemudian sambil mengecup daun
telingaku.

Aku mengangguk, dan setelah merapikan pakaian yang aku kenakan, Hasan
menarikku sehingga aku berjalan mengikutinya. Setelah 10 menit naik
motor, kami mulai memasuki sebuah bangunan yang besar dan agak sepi.
Saat dia menggandeng pinggulku menuju kamarnya, beberapa orang anak
kost di sana tampak menatap kami dengan pandangan penuh pengertian.
Tapi itu tetap tak mengurangi rasa kikuk dan canggung yang menyerangku.
Apa yang sedang kulakukan di sini, batinku.

Saat aku sampai di depan pintu kamar kostnya yang terbuka, aku terdiam
sejenak. Keraguan besar mendadak menyerangku, dan itu ternyata
ditangkap oleh Hasan. Dengan tenang dia menangkap bahuku dari belakang
dan dengan pelan dia mendorongku masuk ke dalam. Setelah menutup pintu
dan menguncinya, lalu tangannya turun ke pinggulku dan kemudian memutar
tubuhku sehingga kini kami saling berhadapan untuk pertama kalinya
sejak dari kolam renang.

Kami berhadapan sejenak, lalu Hasan tersenyum dan kembali bibirnya
mengecup bibir bawah dan atasku bergantian dan berusaha membangkitkan
gairahku lagi. Aku mendesah kecil ketika tangannya turun ke bokongku
kemudian meremasnya lalu menarik tubuhku merapat ke tubuhnya. Bibirnya
perlahan mengecup bibirku, bibirnya merambat di antara dua bibirku yang
tanpa sadar merekah menyambutnya.

Lidah itu begitu lihai bermain di antara kedua bibirku mengorek-ngorek
lidahku agar keluar. Sapuan lidahnya menimbulkan sensasi-sensasi nikmat
yang belum pernah aku rasakan, sehingga dengan perlahan lidahku dengan
malu-malu mengikuti gerakan lidahnya mencari dan mengikuti kemana
lidahnya pergi. Dan ketika lidahku menjulur memasuki mulutnya, dengan
sigap Hasan menyambutnya dengan lembut dan menjepit lidahku di antara
langit-langit dan lidahnya. Tubuhku menggeliat menahan nikmat yang
timbul, itulah ciuman ternikmat yang pernah kurasakan dalam hidupku.

Pada saat itulah aku merasa Hasan membuka kancing-kancing bajuku.
Tubuhku sedikit menggigil ketika udara malam yang dingin menerpa
tubuhku yang perlahan-lahan terbuka ketika Hasan berhasil memerosotkan
bajuku ke lantai. Kemudian tangannya menjulur lagi ke pinggul, kemudian
berhenti di bokong untuk meraih retsleting yang ada di rokku lalu
menariknya ke bawah dan menanggalkan rokku ke lantai.

Aku lalu membuka mataku perlahan-lahan dan kulihat Hasan sedang
menatapku dengan tajam tanpa berkedip. Dia tampak tertegun melihat
tubuh mulusku yang hanya terbungkus oleh BH dan CD yang ketat. Sorotan
matanya yang tajam menyapu bagian-bagian tubuhku secara perlahan,
pandangannya agak lama berhenti pada bagian dadaku yang kencang
membusung. BH-ku yang berukuran 34B memang hampir tak sanggup menampung
bongkahan dadaku, sehingga menampilkan pemandangan yang mengundang
syahwat lelaki, apa lagi darah muda seperti Hasan.

Tatapan matanya cukup membuatku merasa hangat, dan dalam hati kecilku
ada perasaan senang dan bangga dipandangi lelaki dengan tatapan penuh
kekaguman sperti itu. Rasanya semua usahaku selama ini untuk menjaga
kekencangan tubuh tidak sia-sia. Aku terseret maju ketika lengan kekar
Hasan kembali merangkul pinggangku yang ramping dan menariknya merapat
ke tubuhnya. Tanganku terkulai lemas ketika sambil memelukku, Hasan
mengecup bagian-bagian leherku sambil tak henti-hentinya membisikkan
pujian-pujian akan kecantikan bagian-bagian tubuhku. Akhirnya
kecupannya sampai ke daerah telingaku dan lidahnya secara lembut
menyapu bagian belakang telingaku.

Aku menggelinjang, tubuhku bergetar sedikit dan rintihan kecil lepas
dari kedua bibirku. Hasan telah menyerang salah satu bagian sensitifku
dan dia mengetahui sehingga ia melakukannya berulang kali.

"Kak I'in.. Aku ingin menghabiskan malam ini bersama kamu.., jangan
menolak ya.. please.." bisiknya dengan penuh pesona.

Kemudian bibirnya kembali menyapu bagian belakang telingaku hingga
pangkal leherku. Aku tak sanggup menjawab, tubuhku terasa ringan dan
tanpa sadar tanganku kulingkarkan ke lehernya. Rupanya bahasa tubuhku
telah cukup dimengerti oleh Hasan sehingga dia menjadi lebih berani.
Tangannya telah membuka kaitan BH-ku dan dalam sekejap BH itu sudah
tergeletak di lantai.

Tubuhku serasa melayang. Ternyata Hasan telah mengangkat tubuhku,
dibopongnya ke tempat tidur dan dibaringkan secara perlahan. Kemudian
Hasan menjauhiku dan dengan perlahan mulai melepaskan pakaiannya. Aku
sangat menikmati pemandangan ini. Tubuh Hasan yang kekar dan berotot
itu tanpa lemak hingga menimbulkan gairah tersendiri untukku. Dengan
hanya mengenakan celana dalam, Hasan duduk di ujung ranjang. Aku
berusaha menduga-duga apa yang akan dilakukannya. Kemudian dia
membungkuk dan mulai menciumi ujung jariku kakiku. Aku merintih
kegelian dan berusaha mencegahnya, namun Hasan memohon agar dia dapat
melakukannya dengan bebas. Karena penasaran dengan sensasi yang
ditimbulkannya, akhirnya aku biarkan dia menciumi, menjilat dan
mengulum jari-jari kakiku.

Aku merasa geli, tersanjung sekaligus terpancing untuk terus
melanjutkan kenikmatan ini. Bibirnya kini tengah sibuk di betisku yang
menurutnya sangat indah itu. Mataku terbelalak ketika kurasakan dengan
perlahan tapi pasti bibirnya semakin bergerak ke atas menyusuri paha
bagian dalamku. Rasa geli dan nikmat yang ditimbulkan membuatku lupa
diri dan tanpa sadar secara perlahan pahaku terbuka. Hasan dengan mudah
memposisikan tubuhnya di antara kedua pahaku. Aku berteriak tertahan
ketika Hasan mendaratkan bibirnya di atas gundukan vaginaku yang masih
terbungkus CD. Tanpa mempedulikan masih adanya celana dalam, Hasan
terus melumat gundukan tersebut dengan bibirnya seperti saat sedang
menciumku.

Aku berkali-kali merintih nikmat, dan perasaan yang lama telah hilang
dalam setahun ini muncul kembali. Getaran-getaran orgasme mulai
bergulung-gulung, tanganku meremas apa saja yang ditemuinya, sprei,
bantal, dan bahkan rambut Hasan. Tubuhku tak bisa diam bergetar
menggeliat dan gelisah, mulutku mendesis tanpa sengaja, pinggulku
meliuk-liuk erotis secara refleks dan beberapa kali terangkat mengikuti
kepala Hasan. Untuk kesekian kalinya pinggulku terangkat cukup tinggi
dan pada saat itu Hasan tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk menarik
celana dalamku lepas. Aku agak tersentak tetapi puncak orgasme yang
makin dekat membuatku tak sempat berpikir untuk bertindak apa pun.
Bukit vaginaku yang sudah 3 bulan tak tersentuh suami terpampang di
depan mata Hasan.

Dengan perlahan lidah Hasan menyentuh belahannya, aku menjerit tak
tertahan dan ketika lidah itu bergerak turun naik di belahan vaginaku,
puncak orgasmeku datang tanpa tertahankan. Tanganku memegang dan
meremas rambut Hasan, tubuhku bergetar-getar dan melonjak-lonjak. Hasan
tetap bertahan pada posisinya, sehingga lidahnya tetap bisa menggelitik
klitorisku ketika puncak kenikmatan itu datang. Aku merasa dinding-
dinding vaginaku telah melembab, dan kontraksi-kontraksi khas pada
lorong vaginaku mulai terasa. Itulah salah satu kelebihanku yaitu
lorong vaginaku secara refleks akan membuat gerakan-gerakan kontraksi
hingga membuat suamiku selalu tak bisa bertahan lama.

Hasan tampaknya bisa melihat kontraksi-kontraksi itu, sehingga
membuatnya semakin bernafsu. Kini lidahnya semakin ganas dan liar
menyapu habis daerah selangkanganku, bibirnya ikut mengecup dan bahkan
cairanku yang mulai mengalir disedot habis olehnya. Nafasnya mulai
memburu, aku tak lagi bisa menghitung berapa kali aku mencapai puncak
orgasme oleh permainan lidah dan bibirnya. Hasan kemudian bangkit.
Dengan posisi setengah duduk dia melepaskan celana dalamnya. Beberapa
saat kemudian aku merasa batang yang sangat besar itu mulai menyentuh
selangkanganku yang basah.

Hasan membuka kakiku lebih lebar dan mengarahkan kepala kemaluannya ke
bibir vaginaku. Meskipun tidak terlihat olehku, aku bisa merasakan
betapa keras dan besarnya milik Hasan. Dia mempermainkan kepala
penisnya di bibir kemaluanku, digerakkan ke atas dan ke bawah dengan
lembut untuk membasahinya. Tubuhku seperti tidak sabar untuk menanti
tindakan selanjutnya, lalu gerakan itu berhenti. Dan aku merasa sesuatu
yang hangat mulai mencoba menerobos lubang kemaluanku yang masih
sempit. Tetapi karena liang itu sudah cukup basah, kepala penis itu
dengan perlahan tapi pasti terbenam, semakin lama semakin dalam.

Aku merintih panjang ketika Hasan akhrinya membenamkan seluruh batang
kemaluannya. Aku merasa sesak tetapi sekaligus merasakan nikmat yang
luar biasa, seakan seluruh bagian sensitif dalam liang itu tersentuh.
Batang kemaluan yang keras dan padat itu disambut hangat oleh dinding
vaginaku yang sudah 3 bulan tidak tersentuh. Cairan-cairan pelumas
mengalir dari dinding-dindingnya dan vaginaku mulai berdenyut hingga
membuat Hasan membiarkan kemaluannya terbenam agak lama untuk merasakan
kenikmatan denyutan vaginaku. Kemudian Hasan mulai menariknya keluar
dengan perlahan dan mendorongnya lagi, semakin lama semakin cepat.

Sodokan-sodokan yang sedemikian kuat dan buas membuat gelombang orgasme
kembali membumbung, dinding vaginaku kembali berdenyut. Kombinasi
gerakan kontraksi dan gerakan maju mundur membuat batang kemaluan Hasan
seakan diurut-urut, suatu kenikmatan yang tidak bisa disembunyikan oleh
Hasan hingga gerakannya semakin liar, mukanya menegang dan keringat
bertetesan dari dahinya. Melihat hal ini, timbul keinginanku untuk
membuatnya mencapai nikmat.

Pinggulku kuangkat sedikit dan membuat gerakan memutar manakala Hasan
melakukan gerakan menusuk. Hasan tampak terkejut dengan gerakan
'dangdut' ini hingga mimik mukanya bertambah lucu menahan nikmat,
batang kemaluannya bertambah besar dan keras, ayunan pinggulnya
bertambah keras tetapi tetap lembut. Akhirnya pertahanannya pun bobol,
kemaluannya menghunjam keras ke dalam vaginaku, tubuhnya bergetar dan
mengejang ketika spermanya menyemprot keluar dalam vaginaku berkali-
kali. Aku pun melenguh panjang ketika untuk kesekian kalinya puncak
orgasmeku kembali tercapai.

Sesaat dia membiarkan batangnya di dalamku hingga nafasnya kembali
teratur. Tubuhku sendiri lemas luar biasa, namun kuakui kenikmatan yang
kuperoleh sangat luar biasa dan belum pernah kurasakan sebelumnya
selama aku telah 10 tahun menikah. Kami kemudian terlelap kecapaian
setelah bersama-sama mereguk kenikmatan.

Pagi itu aku terbangun sekitar jam 05:45, dan aku merasa seluruh
badanku sangat pegal dan linu. Setelah beberapa saat mengembalikan
kesadaran, aku kembali teringat tentang malam hebat yang baru saja aku
lalui. Bahkan saat malam pertama bersama suami dulu pun aku tidak
merasakan kepuasan yang teramat sangat seperti ini. Bulu kudukku
meremang saat mengingat tiap detik kejadian tadi malam. Lalu aku
mencoba bangkit untuk duduk, tapi badanku tertahan.

Saat kuperhatikan, ternyata badanku tertahan oleh kedua lengan Hasan.
Tangan kanannya menjadi bantal untuk kepalaku dan sedang menggenggam
lemah salah satu payudaraku, sementara tangan kirinya melingkar di
pinggang dengan telapak tangan terjepit di antara kedua belah pahaku.
Lalu aku merasakan hembusan nafas hangat yang halus di tengkukku, lalu
aku menolehkan kepala sedikit. Aku melihat wajah Hasan yang sedang
tertidur tenang di sampingku, wajah itu seperti sedang tersenyum puas.
Siapa pun akan berwajah seperti itu jika habis ML, batinku.

Saat aku mencoba melepaskan tangan kirinya, aku mendengar suara Hasan
yang bergumam di belakangku. Kutolehkan wajahku, perlahan dia membuka
kedua matanya lalu sebuah senyum tipis terlihat di wajahnya. Bersamaan
dengan itu aku merasakan tangan kanannya semakin erat menggenggam
payudaraku dan tangan kirinya mulai mengelus-elus pangkal pahaku. Aku
yang tidak siap dengan serangan itu agak terkejut sehingga tubuhku
bergetar halus.

"Pagi Kak I'in tersayang", sapanya halus sambil mengecup leherku.
"Mmh.. Pagi san.. kamu.. mau.. ngapain..?", balasku sambil mencoba
mengatasi pergerakan kedua tangan Hasan yang semakin aktif.

Lalu kecupannya mulai bergerak dari tengkuk menuju leher di bawah
telinga kemudian lidahnya menjilati belakang telingaku yang memang
sejak semalam mendapatkan rangsangan berkali-kali.

"Saan.. Kakak boleh nanya nggak?", ucapku sambil menikmati jilatannya.
"Masalah apa Kak?", balasnya sambil terus menjilat dan meremas.
"Kenapa kamu.. Mau sama Kak I'in yang sudah tua ini?".

Sejenak Hasan terdiam, lalu ia membalikkan tubuhku sehingga kini aku
berhadap-hadapan dengannya, kemudian dia mengecup bibirku lembut. Lalu
Hasan bercerita kalau dia sangat suka melihat keindahan tubuhku yang
tetap terjaga walaupun telah memiliki 2 orang anak. Selama ini dia
masih bisa menahan hasratnya, tapi saat melihat aku yang mengenakan
pakaian renang, Hasan tidak dapat lagi mengendalikan birahinya. Saat
aku menanyakan bagian mana dari tubuhku yang membuatnya sangat
terangsang. Hasan mengatakan bahwa pinggangku yang ramping terlihat
sangat seksi dari belakang. Terutama kalau mengenakan celana kain yang
ketat, tambahnya.

Aku cuma terdiam mendengar penuturannya, tak kusangka kalau selama ini
Hasan sangat memperhatikan diriku. Lalu dengan tenang Hasan mulai
meremas dadaku lagi, aku cuma diam menerima apa yang bakal dia lakukan.
Kedua jari-jari tangannya aktif meremas kedua payudaraku, apa lagi saat
jari-jari itu mulai memilin dan kemudian memelintir kedua puting
susuku. Rasa nikmat yang luar biasa dari dada itu menyebar ke seluruh
badanku, sehingga membuat tubuhku bergetar dan mengerang halus. Tiba-
tiba semua kenikmatan itu terhenti, tapi ada sesuatu yang hangat di
sekitar dadaku, terus berhenti di putingku. Aku membuka mata sebentar,
ternyata Hasan sedang asyik menjilati putingku dan sesekali menghisap-
hisapnya.

Aku terus meresapi setiap kenikmatan yang dihasilkan oleh permainan
lidah Hasan di dadaku, pelan-pelan kubuka mataku. Dan aku bisa
menyaksikan bagaimana Hasan menjelajahi setiap lekuk tubuhku. Aku
mendesah panjang saat aku merasakan ada sesuatu yang menyentuh
vaginaku. Rupanya jari-jari Hasan telah mengelus-elus vaginaku yang
sudah basah sekali. Sambil terus memainkan lidahnya di puting susuku
yang sudah sangat mengeras, seperti semalam sambil menghisap lidahnya
memutar-mutar puting susuku, sesekali dia menggigitnya sehingga aku
menjadi berkelojotan tak tertahankan. Saat aku terengah-engah mengambil
nafas, Hasan memindahkan serangannya ke arah selangkanganku.

Aku menarik nafas dalam-dalam sewaktu lidahnya yang basah dan hangat
pelan-pelan menyentuh vaginaku, aku mendesah tertahan saat lidahnya
naik ke klitorisku dan menyentuhnya. Kemudian dengan lihainya Hasan
memelintir klitorisku dengan bibir hingga benar-benar membuatku merem-
melek keenakan. Aku seperti tersetrum karena tidak tahan, melihat itu
Hasan semakin ganas memelintir klitorisku.

"Euh.. Ah.. Ah.. Ach.. Aw.."

Aku sudah tidak tahu bagaimana keadaanku waktu itu, yang jelas mataku
buram, semua serasa memutar-mutar. Badanku lemas dan nafasku seperti
orang yang baru lari marathon. Aku benar-benar pusing, terus aku
memejamkan mataku, ada lonjakan-lonjakan nikmat di badanku yang bermula
dari selangkangan merambat ke pinggul lalu bergerak ke dada dan
akhirnya membuat badanku kejang-kejang tanpa bisa kukendalikan.

Hasan memandangi wajahku yang sedang menikmati puncak kenikmatan yang
telah dia berikan, sesungging senyum terlintas di sana. Aku mencoba
mengatur nafasku, dan sewaktu aku telah mulai tenang Hasan menyodorkan
penisnya yang.. wow, ternyata 2 kali lebih besar daripada milik
suamiku.

Kini penisnya yang telah hampir maksimal berdiri di depan mukaku,
tangan kanannya digunakan untuk memegang batang penis itu sementara
tangan kirinya membelai rambutku dengan lembut. Aku tahu dia mau
dioral. Sudah 2 tahun aku tidak melakukannya sehingga ada rasa jijik
sedikit. Tapi rasanya tidak adil, dia sudah memuaskan aku, masa aku
tolak keinginannya.

Aku buka mulutku dan kujilat sedikit kepala penisnya, terasa hangat dan
membuatku ketagihan. Aku mulai berani menjilat lagi terus dan terus.
Hasan duduk di ranjang, kedua kakinya dibiarkannya telentang. Aku juga
duduk di ranjang, lalu aku membungkuk sedikit, aku pegang batang
penisnya yang 2 kali lebih besar daripada milik suamiku itu dengan
tangan kiri dan tangan kananku menahan badanku agar tidak jatuh saat
mulutku sedang bekerja.

Mula-mula cuma menjilati, terus aku mulai kulum kepala penisnya. Aku
hisap sedikit terus kumasukkan semuanya ke mulutku tapi sayang tidak
bisa masuk semuanya. Kepala penisnya sudah menyodok ujung mulutku tapi
masih ada sisa beberapa centi lagi. Aku tidak mau memaksakannya, aku
gerakkan naik turun sambil aku hisap dan sesekali aku gosok batang
penisnya memakai tangan kiriku.

Hasan sepertinya puas dengan permainanku, dia memperhatikan bagaimana
asyiknya aku mengkaraoke batang penisnya, sesekali dia membuka mulut
sambil sedikit mendesah. Sekitar 10 menit kemudian, masih juga belum
ada tanda-tanda kalau dia akan keluar. Lalu dia melepaskan batang
penisnya dari mulutku yang masih penasaran. Lalu Hasan berdiri dan
mendorong tubuhku ke ranjang sampai aku telentang.

Lalu dibukanya pahaku agak lebar dan dijilatinya lagi vaginaku yang
sudah kebanjiran. Terus dipegangnya penisnya yang sudah berukuran
maksimal, kemudian Hasan mengarahkan batang penisnya ke vaginaku, tapi
tidak langsung dia masukkan. Dia gosok-gosokkan kepala penisnya
terlebih dulu ke bibir vaginaku, baru beberapa detik kemudian dia
dorong batang penisnya ke dalam.

Terasa sesuatu yang keras padat hangat dan besar memaksa masuk ke dalam
vaginaku, menggesek dindingnya yang sudah berlendir. Aku mulai
berkejap-kejap lagi merasakan bagaimana penisnya menggosok-gosok
dinding vaginaku hingga rasa nikmat yang luar biasa kembali menjalari
tubuhku. Tiba-tiba penis Hasan memaksa masuk terus melesak ke dalam
vaginaku hingga membuat tubuhku berkelojotan tak karuan menahan nikmat.

Lalu Hasan mulai menggerakkan pinggangnya naik turun. Penisnya
menggesek-gesek vaginaku, mula-mula lambat lalu semakin lama semakin
cepat. Ada rasa nikmat luar biasa setiap kali Hasan menusukkan penisnya
dan menarik penis itu lagi. Hasan semakin cepat dan semakin keras
mengocok vaginaku, aku sendiri sudah merem-melek tidak tahan merasakan
nikmat yang terus mengalir dari dalam vaginaku.

Saat rasa nikmat itu semakin menggumpal dan hampir tumpah keluar, tiba-
tiba Hasan mencabut penisnya dari vaginaku. Dia tengkurap diatasku,
walau sudah lemas tapi aku tahu apa yang ingin Hasan lakukan. Lalu aku
angkat pantatku ke atas, aku tahan pakai lututku dan kubuka pahaku
sedikit sementara tanganku menahan badanku agar tidak ambruk dan aku
bersiap untuk ditusuk olehnya dari belakang.

Hasan memasukkan penisnya ke vaginaku dari belakang, terus dia kocok
lagi vaginaku. Dari belakang kocokan Hasan tidak terlalu keras, tapi
semakin cepat. Aku sudah sekuat tenaga menahan badanku agar tidak
ambruk, dan aku rasakan tangan Hasan meremas-remas dadaku dari
belakang, terus jari-jarinya menggosok-gosok puting susuku hingga ini
membuatku merasa seperti diserang dari dua arah, depan dan belakang.

Hasan kembali mengeluarkan penisnya dari vaginaku, kali ini
dimasukkannya ke dalam anusku. Dia benar-benar memaksakan penisnya
masuk, padahal inilah pertama kalinya ada batang penis yang menjelajahi
lubang anusku. Hasan sepertinya tidak peduli, dia mengocok anusku
seperti mengocok vaginaku, kali ini cuma tangan kirinya yang meremas
dadaku sedangkan tangan kanannya sibuk bermain-main di selangkanganku,
dia masukkan jari tengahnya di vaginaku dan jempolnya menggosok
klitorisku.

Aku benar-benar melayang, tubuhku bergerak-gerak tak karuan dan mataku
berkejap-kejap keenakan. Anusku dikocok-kocok, klitorisku digosok-
gosok, dadaku diremas-remas dan putingnya dipelintir-pelintir dan
vaginaku dikocok-kocok juga pakai jari tengah. Aku benar-benar tidak
kuat lagi, serasa seperti ada aliran setrum yang menyerang tubuhku dan
menyebar ke segala arah. Bersamaan dengan itu aku merasa kepala penis
Hasan membesar di dalam lubang anusku. Secara bersamaan aku menjerit
halus dan ambruk ke atas kasur, batang penisnya sudah tidak bergerak-
gerak lagi tapi kedua tangannya tetap aktif bergerak membantuku
meresapi setiap detik kenikmatan di setiap sendi tubuhku. Hasan lalu
membalikkan tubuhku kemudian menjilati kedua puting susuku.

Sambil menikmati sisa-sisa gelombang orgasme yang masih terus menjalar,
aku pegang rambut Hasan yang lumayan panjang dan kujambak. Setelah itu
aku melangkahkan kaki ke kamar mandi yang terletak di dalam kamar
kostnya. Guyuran air yang dingin mengembalikan kesegaran tubuhku yang
terasa linu di sana-sini. Saat sedang asyik menikmati semua itu, ada
ketokan halus dari arah pintu. Kubuka pintu kamar mandi dan Hasan
tampak terkesima menyaksikan tubuhku yang telanjang bulat dengan rambut
yang basah. Dia masuk dan langsung merangkul tubuhku.

"Mandi dulu dong", pintaku berbisik di telinganya.

Ternyata dia mau menurut dan langsung mengguyur badannya dengan air,
kemudian Hasan menyabuni tubuhnya dengan sabun cair. Melihat tubuh
kekar yang berotot itu basah oleh air, gairahku mulai naik kembali.

Selama ini aku belum pernah bercinta sambil mandi dengan suamiku,
mungkin inilah kesempatan untukku, batinku. Kudekati tubuh Hasan,
kuambil sedikit sabun cair lalu kuoleskan ke telapak tanganku. Setelah
itu kusabuni tubuhnya, pertama ke dadanya yang bidang, lalu turun ke
perutnya yang berotot dan akhirnya ke arah batang penisnya yang sudah
berdiri tegak kembali.

Melihat batang kejantanannya yang membesar dan mengeras itu membuatku
bergidik dan gemas. Pelan-pelan kuoleskan sabun ke penisnya lalu
kuusap-usap lembut batang penis yang perkasa itu. Kulihat Hasan mulai
gelisah, sehingga kutingkatkan gerakan tanganku menjadi sebuah kocokan
tapi tetap lembut. Kulihat gerakan tubuh Hasan semakin tidak beraturan,
mau keluar rupanya dia, batinku.

Tiba-tiba Hasan menarik tanganku dan melepaskannya dari batang
penisnya. Lalu Hasan ganti menyabuni tubuhku, mula-mula dia menggosok
kedua tanganku terus kedua kakiku. Sampailah gerakan menyabunnya pada
daerahku yang vital. Lalu Hasan berdiri di belakangku. Kemudian dia
merangkulku dan mulai menyabuni kedua payudaraku dengan telapak
tangannya yang besar dan lebar. Aku berusaha bertahan agar tidak
mengeluarkan suara desahan, tapi apa mau dikata saat dia mulai
memelintir puting susuku sebuah desahan panjang keluar juga dari
bibirku.

Puas bermain di sekitar dada, usapannya merangkak ke bawah melewati
perutku dan terus turun hingga akhirnya sampai di liang senggamaku. Aku
kembali merintih saat Hasan mengusap liang vaginaku dengan lembut, busa
sabun hampir menutupi permukaan lubang vaginaku. Saat gerakanku semakin
liar, Hasan menarik tangannya dari bawah pahaku dan mengguyur tubuh
kami berdua dengan air yang dingin menyejukkan. Aku lalu membalikkan
tubuhku sehingga kini kami saling berhadapan, tinggi badanku hanya
sampai kening Hasan.

Kucium bibirnya dan dia membalasnya, gerakan lidahnya yang liar menari-
nari di dalam rongga mulutku dan aku sangat menikmatinya. Tangan kami
pun tidak tingal diam, dia menyentuh payudaraku dan aku pun menyentuh
batang kejantanannya yang berdiri tegak perkasa. Terjadilah perang
gerakan tangan antara kami berdua, Hasan asyik meremas dan memelintir
sepasang puting susuku sambil sesekali menghisap dan menggigitnya.
Sementara aku mencoba mengimbanginya dengan terus aktif mengocok batang
penis Hasan yang sudah sangat keras. Desahan nafas dan rintihan
kenikmatan kami berdua memenuhi semua sudut kamar mandi itu.

Setelah kurasa cukup, secara perlahan kubimbing batang penisnya untuk
memasuki lubang vaginaku. Kulebarkan sedikit kakiku agar batang
kejantanan Hasan dapat lebih mudah memasuki liang vaginaku. Secara
perlahan batang penis itu mulai menerobos liang senggamaku yang seakan
menyedotnya. Kubiarkan sejenak rasa nikmat itu menjalari semua sendi
tubuhku, lalu kulilitkan tanganku ke lehernya. Lalu Hasan menggendongku
dan menyandarkan tubuhku ke dinding kamar mandi. Kemudian Hasan mulai
menggoyang pinggulnya yang membuat batang kejantanannya keluar masuk di
lubang vaginaku. Rasa nikmat luar biasa menderaku saat batang penis
Hasan menghunjam ke dalam liang senggamaku. Sekitar sepuluh menit
kemudian rasa nikmat itu mulai menjalari tubuhku, dan akhirnya sebuah
erangan panjang menyertai ledakan orgasme yang menghantam tubuhku.

Hasan berhenti sejenak untuk memberikan kesempatan padaku menikmati
orgasme yang kesekian kalinya. Setelah melihat nafasku yang kembali
teratur, dia kembali melanjutkan gerakan pinggulnya yang semakin cepat
dan tajam. Aku tak menyangka kalau gerakannya itu bisa kembali
membuatku merasakan detik-detik menjelang orgasme. Saat Hasan menjerit
dan menumpahkan spermanya ke dalam lubang vaginaku, saat itulah aku
merasa tubuhku seakan disetrum dan kembali ledakan orgasme menderaku.
Padahal baru lima menit yang lalu aku mencapai klimaks. Setelah cukup
tenang, aku menarik wajah Hasan lalu menciumnya lembut.

"Saan.. Kakak boleh nanya nggak?", ucapku membuka pembicaraan.
"Apa itu Kakak sayang..?", bisiknya lembut di telingaku.
"Apa kamu sudah pernah melakukan ini dengan Tita.. Atau dengan cewek
lain?", tanyaku lembut. Dia tersenyum menatapku, lalu ia memelintir
kedua puting susuku sehingga aku mendesah kecil, lalu dia berbisik..
"Kak I'in adalah orang pertama yang menikmati batang kejantananku".

Astaga, ternyata pada saat Hasan bercinta denganku dia masih perjaka,
tapi aku tidak begitu saja percaya dan sepertinya Hasan bisa melihatnya
dari air mukaku. Lalu ia berkata bahwa dia rajin membaca buku dan
cerita mengenai seks, selain itu dia juga sering menonton film BF untuk
mencari trik-trik baru. Dan saat bersamaku dia mengeluarkan semua ilmu
yang telah didapatnya, dan yang membuatku lebih kaget lagi adalah dia
mengatakan bahwa itu pun belum semua ilmunya dikeluarkan.

Tak salah lagi, Hasan memang seorang pejantan tangguh. Dan beruntung
sekali Tita adikku yang kelak akan menjadi istrinya. Tapi sebelum itu
dia akan kuberi pelajaran praktik dalam bercinta, dan sebagai
imbalannya dia harus memberikanku kepuasan yang sudah tidak bisa lagi
diberikan oleh suamiku tercinta.


E N D

Tidak ada komentar: