Karena periode datang bulanku dan kepulangan suamiku dari tempatnya
bekerja, membuat hubunganku dengan Hasan agak terganggu. Praktis selama
dua minggu lebih kami tidak melakukan pertemuan sejak hubungan seks
pertama yang kami lakukan. Memang pernah sekali dia datang ke rumahku
tapi itu hanya untuk menemani Tita adikku yang juga pacarnya.
Selama dua minggu itu, aku selalu terbayang-bayang bagaimana perkasanya
Hasan saat sedang mencumbuku malam itu, bahkan saat sedang bercinta
dengan suamiku, yang kubayangkan saat sedang memasukkan batang
kejantanannya ke liang senggamaku adalah Hasan.
Dan siang itu, setelah suamiku kembali ketempat dia bekerja, aku
mendapat SMS dari Hasan yang mengatakan bahwa dia sangat kangen padaku
dan ingin bertemu di sebuah mall yang cukup terkenal di kota kami. Aku
segera bersiap sambil mengkhayalkan apa yang akan kami lakukan siang
ini.
Setelah mengenakan celana kain ketat berwarna hitam lalu BH yang juga
berwarna hitam yang menjadi pilihanku untuk menopang sepasang
payudaraku yang menggantung indah. Dengan baju kaus warna putih yang
agak kekecilan sehingga memamerkan lekuk tubuhku yang tak kalah dengan
anak remaja. Aku segera bergegas pergi ke Mall dengan taksi yang
kupesan melalui telepon.
Setelah membayar ongkos taksi, aku segera melangkahkan kaki ke dalam
mall yang cukup megah itu. Lalu aku menunggu di suatu tempat yang mana
dari tempat itu kita akan bisa melihat hampir ke seluruh sudut ruangan.
Saat sedang asyik memperhatikan orang-orang yang berlalu-lalang, ada
tangan yang merangkul pinggangku dan disertai sebuah ciuman di pipi.
"Halo Kak I'in.. Apa Kabar? Aku kangen loh.." sapanya sopan.
"Baik.. Kangen ketemu.. Atau kangen yang lain..?" godaku.
"Ah kakak.. Paham aja.." sahut Hasan sambil meremas pelan pantatku.
Kemudian kami berbincang-bincang sejenak untuk menghilangkan kekakuan.
Berkali-kali Hasan memuji penampilanku saat itu yang katanya tidak
seperti seorang ibu yang telah memiliki dua orang anak, tetapi lebih
mirip seorang perawan yang minta diperawani. Aku merasa malu dan
langsung mencubit pinggangnya sehingga dia berteriak dan membuat
beberapa orang yang lewat menoleh ke kami. Lalu Hasan menarik pinggulku
untuk segera beranjak pergi dari sana.
Dengan mesra kulingkarkan tanganku ke pinggang Hasan, sementara tangan
Hasan semakin sering meremas-remas sepasang pantatku yang terlihat
kencang dibalut celana kain yang ketat. Aku menunggu sebentar di luar
mall, tak berapa lama Hasan datang dengan motornya. Lalu aku membonceng
ke motor itu dan melingkarkan kedua tanganku ke pinggangnya sementara
sepasang payudaraku menempel di punggung Hasan yang lebar.
Sepanjang perjalanan, Hasan terus bercerita bagaimana dia sangat ingin
bertemu lagi denganku, sementara aku hanya berdiam menempelkan dadaku
ke punggungnya. Begitu sampai di tempat kostnya, Hasan memintaku naik
duluan karena ia masih harus memarkir motor. Beberapa mata mengawasiku
saat melangkahkan kaki ke kamar Hasan, entah karena penampilanku atau
karena aku pernah bermalam di sini. Setelah membuka pintu aku melangkah
masuk dan menutupnya lagi, kuperhatikan seisi kamar masih rapi seperti
terakhir kali saat aku berkunjung dan bercinta di sini.
Tak lama aku mendengar suara pintu dibuka lalu ditutup lagi, kemudian
ada suara langkah kaki yang mendekat ke arahku. Kemudian sepasang
tangan yang kokoh merangkul pinggangku, dan sebuah kecupan halus
mendarat di leherku. Kuletakkan tanganku di kedua tangan Hasan yang
sedang merangkulku, kemudian kecupan bibirnya bergerak ke arah sisi
lain leherku. Perlahan tapi pasti rangsangan itu mulai merasuk ke
tubuhku, ini kurasakan dari payudaraku yang mulai mengencang dan liang
vaginaku yang mulai basah.
Lalu kecupan di leher itu mulai berubah menjadi jilatan di sekitar
leherku. Sementara tangan Hasan sudah mulai menelusup masuk ke dalam
bajuku dari arah depan. Aku memejamkan mataku saat tangan itu mulai
mengusap-usap perutku, jarinya berputar-putar di sekitar lubang pusarku
hingga menimbulkan sensasi geli tertahan. Kemudian tangan itu bergerak
ke atas sambil menyingkap bajuku, sementara kecupan dan lidah Hasan
menyerang telingaku sebelah kanan. Ini membuatku mendesah halus.
"Buka matanya dong sayang.." bisiknya halus di telingaku.
Perlahan aku membuka kedua mataku, dan entah kapan ternyata Hasan telah
memindahkan posisiku yang kini menghadap ke arah cermin lemari
pakaiannya. Di cermin itu aku menyaksikan bahwa tangan Hasan telah
sampai ke buah payudaraku, sementara kaus yang kukenakan sudah
tersingkap setengahnya. Lalu kedua tangan Hasan mulai meremas lembut
sepasang payudaraku yang masih berbalut BH, mataku menyipit dan dari
bibirku keluar suara mendesah yang halus menikmati remasan tangannya
pada dadaku.
Lalu Hasan melepaskan baju kaus yang masih menggantung di leherku
sehingga kini tubuh atasku hanya mengenakan BH hitam yang kontras
dengan warna kulitku yang putih kekuning-kuningan. Aku merasakan di
punggungku ada benda hangat yang bergerak turun dengan perlahan. Dengan
giginya Hasan membuka kaitan pada bagian belakang BH-ku, dan dengan
gerakan yang lembut akhirnya BH hitam itu melayang jatuh ke lantai.
Seperti dikomando, semua aktivitas Hasan di tubuhku berhenti serempak.
"Kakak punya sepasang susu yang sangat indah.." bisiknya di telingaku.
Aku melihat ke arah cermin dan bola mata Hasan tampak sangat bersinar
terbakar oleh kobaran api birahi.
"Aku nggak bosan.. dan tak akan pernah bosan melihat.. menikmatinya.."
bisik Hasan sambil mencium pipiku. Aku menjadi terharu mendengar
perkataannya hingga rasa sayang dan hasrat birahiku semakin menjadi-
jadi padanya.
Aku bisa merasakan nafasnya mulai memburu dan berat. Dengan pasti bibir
kami saling bertemu, pertama-tama hanya ciuman ringan. Kemudian mulai
menjadi liar tak terkendali lagi, mataku kembali terpejam menikmati
setiap sensasi yang kualami. Kusambut serangan lidah Hasan yang
bergerak-gerak liar di dalam rongga mulutku. Selama beberapa saat
lidahku dan lidah Hasan bergulat bagai dua naga langit yang sedang
bertarung. Secara tiba-tiba Hasan mencengkeram kedua payudaraku dengan
keras hingga membuatku melenguh keras dan kakiku limbung seolah tanpa
pijakan.
Entah mengapa ia melakukannya tapi itu memberikan sensasi luar biasa
pada diriku. Aku hanya bisa pasrah sambil tanganku meremas rambut
Hasan. Selama beberapa detik ia menahan posisi itu sehingga membuat
nafasku mulai menjadi sesak, lalu secara perlahan dia melepas
cengkeraman tangannya dan aku segera menghirup udara segar sepuas-
puasnya. Tangan Hasan kembali bekerja dengan lembut di kedua buah
payudaraku. Sesekali tangan nakal itu memilin-milin puting susuku
kemudian meremasnya lagi dengan lembut, lalu puting susuku ditekan dan
ditarik sampai membuatku menjerit pelan karena sensasi nikmat yang
ditimbulkannya.
Sambil duduk di tepi kasur Hasan memutar tubuhku hingga kini kami
saling berhadapan, sementara kepalanya tepat berada di depan payudaraku
yang telah mengeras dengan putingnya yang telah memerah. Sebuah senyum
simpul terlukis di wajahnya, lalu dia membenamkan wajahnya di belahan
kedua payudaraku. Aku bisa merasakan hembusan nafasnya yang hangat di
sana, kemudian seperti seekor anjing yang sedang mengendus bebauan,
hidung Hasan bergerak mengitari kedua payudaraku, ini menambah rasa
geli dan nikmat yang kurasakan.
Akhirnya mulutnya memangsa salah satu puting susuku yang telah memerah
dan mengeras. Di dalam mulutnya putingku mendapat serangan yang teramat
dahsyat, lidah itu bergerak melingkar-lingkar di putingku sementara
giginya menggigit-gigit halus buah dadaku. Hasan melakukannya
bergantian pada kedua payudaraku. Dan ini sangat menyiksa batinku
hingga kulampiaskan dengan menjambak rambut Hasan yang gondrong ikal
itu.
Kedua tangan Hasan mulai turun ke arah pantatku dan mulai meremasnya
dengan lembut. Hisapan, jilatan dan gigitan pada payudaraku, dan
remasan pada sepasang pantatku yang kencang membuatku semakin tak dapat
mengontrol diri. Aku bisa merasakan bagaimana selangkanganku sudah
sangat basah dan lembab, sementara belum ada tanda-tanda bahwa Hasan
akan segera menyelesaikan permainannya pada bagian-bagian sensitif pada
tubuhku. Tangannya tetap asyik bekerja di pantatku dan mulutnya terus
aktif memangsa sepasang payudaraku.
Ada rasa lega saat Hasan mulai membuka resleting celanaku, dan saat ia
memerosotkannya ke bawah tampaklah pemandangan yang pasti akan membuat
setiap lelaki akan lupa diri jika melihatnya. CD putih yang kukenakan
sudah sangat basah sehingga mencetak jelas apa yang ditampungnya di
sana. Rambut vaginaku yang tebal karena belum sempat dicukur sudah
basah oleh lendir yang keluar dari liang senggamaku dan mengeluarkan
bau khusus yang merangsang.
"Wah sudah basah banget nih Kak.. Gimana dong..?" godanya nakal.
"Kamu sich nakal.. Bikin kakak terangsang hebat.. Pokoknya kamu harus
tanggung jawab San" bentakku pura-pura dongkol.
Hasan hanya tersenyum mendengar jawabanku, dengan sekali sentak aku
merasa melayang dan saat tersadar, tubuhku sudah terbaring di kasur
tanpa ada benang yang melekat pada tubuhku. Lalu Hasan naik ke atas
kasur dan langsung menindih tubuhku. Dengan nakal dia mencium bibirku
lembut dan saat aku ingin membalasnya, bibirnya sudah bergerak turun ke
arah leher sampai akhirnya mendarat di dadaku. Di sini bibir itu
berhenti sejenak untuk menetek pada sepasang payudaraku, setelah puas
di sana bibir itu kembali bergerak turun. Dan ketika mulai menyentuh
rambut kemaluanku, bibir itu kembali berhenti dan menjulurkan lidahnya
untuk menjilat perbatasan antara bagian yang berambut dan yang tidak.
Aku yang benar-benar telah terbakar oleh birahi jadi tak sabar.
Kujambak rambut Hasan dan kuarahkan kepalanya ke arah pangkal pahaku.
Sebuah lenguhan panjang keluar dari sepasang bibirku saat lidah Hasan
menyentuh bibir vaginaku.
"Kakak cantik dan seksi sekali, Sayang.." katanya dngan suara parau
pertanda bahwa dia juga sudah sangat terangsang.
Setelah itu Hasan membentangkan kedua belah pahaku lebih lebar,
kemudian kepalanya kembali tenggelam di selangkanganku. Tanpa membuang
waktu, bibir Hasan mulai melumat bibir kemaluanku yang sudah sangat
basah. Tubuhku menggelinjang hebat, sementara kedua tangannya merayap
ke atas dan langsung meremas-remas kedua buah payudaraku.
Bagaikan seekor singa buas ia menjilati liang kemaluanku dan meremas
buah dadaku yang kenyal dan putih ini. Lidahnya yang hangat mulai
menyusup ke dalam liang kemaluanku. Tubuhku terlonjak dan pantatku
terangkat ke atas saat lidahnya mulai mengais-ngais bibir vaginaku.
Diringi desahan dan erangan dari bibirku, tanganku menarik kepala Hasan
lebih ketat agar lebih kuat menekan selangkanganku, sedangkan pantatku
selalu terangkat seolah menyambut wajah Hasan yang masih tenggelam di
selangkanganku.
Aku semakin megap-megap dan mengerang karena kenikmatan yang amat
sangat dan sulit dilukiskan dengan kata-kata. Aku menggeliat-geliat
seperti cacing kepanasan karena rasa geli dan nikmat ketika bibir dan
lidah Hasan menjilat dan melumat bibir kemaluanku. Aku semakin melayang
dan seolah terhempas ke tempat yang kosong. Tubuhku bergetar dan
mengejang bagaikan tersengat aliran listrik. Aku mengejat-ngejat dan
menggelepar saat bibir Hasan menyedot klitorisku dan lidahnya mengais-
ngais dan menggelitik klitorisku.
"Akhh.. Akhh.. Ohh.."
Dengan diiringi jeritan panjang akhirnya aku merasakan orgasme yang
teramat nikmat. Benar-benar pandai memainkan lidah si Hasan ini,
pikirku, hingga pantatku secara otomatis terangkat dan wajah Hasan
semakin ketat membenam di antara selangkanganku yang terkangkang lebar.
Napasku tersengal-sengal setelah mengalami orgasme yang sangat hebat
tadi.
Lalu dengan tenang Hasan membersihkan cairan kenikmatan yang masih
terus mengalir keluar dari liang senggamaku, sementara aku masih
menetralisir aliran nafasku yang tersengal-sengal setelah mencapai
puncak orgasme yang luar biasa. Rasanya seluruh tubuhku remuk dan
pegal, kemudian Hasan pamit ke kamar mandi untuk berkumur sebentar.
Beberapa saat kemudian dia kembali sudah dalam keadaan telanjang bulat
dan langsung berdiri di samping kepalaku dengan batang kejantanannya
berdiri tegak menantang ke arahku. Aku merinding melihat besarnya
batang pelir milik Hasan dan saat membayangkan bagaimana rasanya saat
batang kontol yang besar itu memasuki liang vaginaku. Hasrat yang
sempat turun itu mulai naik lagi. Saat tanganku hendak memegangnya,
Hasan bergerak mundur hingga membuatku menjadi bingung.
"Hari ini biarkan aku saja yang muasin Kakak ya.." ucap Hasan sambil
duduk di tepi kasur.
"Maksud kamu..? Kakak nggak ngerti San..?" tanyaku bingung.
"Hari ini aku pengen sepuasnya menikmati setiap inci tubuh Kakak"
katanya tersenyum sambil membelai rambutku yang awut-awutan.
"Hari ini aku pengen membuat kakak mencapai kenikmatan sampai mau
pingsan.. Boleh ya Kak..?" pintanya memelas.
"Ya udah.. Terserah kamu aja.." jawabku, walaupun sebenarnya aku tidak
begitu paham dengan apa yang dia inginkan.
Kemudian dengan tersenyum Hasan mencium keningku yang dilanjutkannya
dengan mencium kedua mataku, lalu bibirnya mengecup hidung dan kedua
pipiku. Setelah menggosok-gosokkan hidungnya dengan hidungku, bibirnya
mengecup pelan bibirku. Dengan mesra aku melingkarkan kedua tanganku
pada lehernya dan menariknya agar lebih puas, aku ingin menikmati
permainan lidahnya dalam mulutku karena tadi aku merasa lidah itu
terlalu cepat turun ke bawah.
Lidah Hasan mulai menari-nari di dalam rongga mulutku, dengan lihainya
lidah itu menelusuri setiap sudut rongga mulutku seolah memiliki mata.
Sementara gerakan lidahku tidak dapat mengimbangi pergerakan lidah
Hasan yang sangat liar. Dan itu menimbulkan sensasi nikmat yang
memabukkan. Apa lagi saat kedua tangan Hasan mulai meremas-remas kedua
buah payudaraku yang telah mengeras lagi. Payudara berukuran 34B itu
seakan tenggelam dalam genggaman tangannya yang besar.
Hasan lalu memegang batang kemaluannya dan ditusukkannya ke celah-celah
bibir kemaluanku yang sudah sangat licin. Dengan lembut dia mendorong
pantatnya sampai akhirnya ujung kemaluan Hasan berhasil menerobos bibir
kemaluanku hingga membuat tubuhku menggeliat hebat ketika ujung
kemaluan yang besar itu mulai menyeruak masuk. Perlahan namun pasti
rasa nikmat mulai kurasakan dari arah selangkanganku.
Kenikmatan yang kurasa betul-betul membuatku hampir berteriak histeris.
Sungguh batang kemaluan Hasan luar biasa nikmatnya. Liang kemaluanku
serasa berdenyut-denyut saat menjepit ujung topi batang kemaluan Hasan
yang bergerak maju mundur secara perlahan. Dia terus menerus
mengayunkan pantatnya, sementara keringat kami berdua semakin deras
mengalir dan mulut kami masih terus berpagutan.
"Akkhh.. Ssaann.." aku menjerit perlahan saat kurasakan betapa batang
kemaluan Hasan menyeruak semakin dalam dan serasa begitu sesak memenuhi
liang senggamaku. Batang penisnya terasa berdenyut-denyut dalam jepitan
liang vaginaku. Apa lagi lidah Hasan yang panas mulai menyapu-nyapu
seluruh leherku dengan ganasnya hingga bulu kudukku serasa merinding di
buatnya.
Aku tak sadar saat Hasan kembali mendorong pantatnya hingga batang
kemaluannya yang terjepit erat dalam liang kemaluanku semakin menyeruak
masuk. Aku yang sudah sangat terangsang menggoyangkan pantatku untuk
memperlancar gerakan batang kemaluan Hasan dalam liang kemaluanku.
Kepalaku bergerak-gerak liar merasakan sensasi hebat yang sedang
kualami. Liang kemaluanku semakin berdenyut-denyut dan ada semacam
gejolak yang meletup-letup hendak pecah dari dalam diriku.
Bless.., dengan perlahan tapi pasti batang kemaluan yang besar itu
melesak ke dalam lubang kenikmatanku. Vaginaku terasa penuh sesak oleh
batang kemaluan Hasan yang besar itu.
"Hebat Kak.. Gak terasa kalau lubang kakak ini sudah dua kali ngeluarin
anak.." puji Hasan. Ini membuatku semakin merasa bangga dan bahagia.
Terasa kehangatan batang kemaluannya dalam jepitan liang kemaluanku.
Batang kemaluan Hasan mengedut-ngedut dalam jepitan lubang
kenikmatanku. Kemudian dengan perlahan sekali Hasan mulai mengayunkan
pantatnya hingga kurasakan batang kejantanannya menelusuri setiap inci
liang kenikmatanku. Ini menimbulkan sensasi yang teramat nikmat
untukku. Aku tak sempat mengerang karena tiba-tiba bibir Hasan sudah
melumat bibirku. Lidahnya menyeruak masuk ke dalam mulutku dan mencari-
cari lidahku. Aku pun membalasnya.
Hasan mendengus perlahan pertanda bahwa birahinya sudah mulai meningkat
sementara gerakan batang kemaluannya semakin mantap di dalam liang
kemaluanku. Aku dapat merasakan bagaimana batang kontolnya yang keras
menggesek-gesek dinding vaginaku. Aku pun mengerang dan tubuhku
bergerak liar menyambut gesekan batang kejantanannya. Pantatku
mengangkat ke atas seolah-olah mengikuti gerakan Hasan yang menarik
batang kejantanannya dengan cara menyentak seperti orang memancing
sehingga hanya ujung batang kejantanannya yang masih terjepit di dalam
lubang kenikmatanku.
Lalu ia mendorong batang kejantanannya secara perlahan hingga ujungnya
seolah menumbuk perutku. Hasan melakukannya berulang-ulang. Aku merasa
ada semacam sentakan dan kedutan hebat saat Hasan menarik batang
kemaluannya dengan cepat. Gerakannya ini membuat napasku semakin
terengah-engah dan merasakan kenikmatan yang terus naik dan tak
tertahankan. Besarnya batang kejantanan Hasan membuat liang vaginaku
terasa sempit. Sangat terasa sekali bagaimana nikmatnya batang kemaluan
Hasan menggesek-gesek dinding liang vaginaku.
Secara refleks aku pun mengimbangi genjotan Hasan dengan menggoyang
pantatku. Semakin lama genjotan Hasan semakin cepat dan keras, sehingga
tubuhku tersentak-sentak dengan hebat. Slep.. slep.. slep.. demikian
bunyi gesekan batang kejantanan Hasan saat memompa liang kemaluanku.
"Akhh..! Akkhh..! Oohh..!" erangku berulang-ulang. Benar-benar luar
biasa sensasi yang kudapatkan. Hasan benar-benar menyeretku ke surga
kenikmatan, aku kembali merasa seperti gadis perawan yang sedang
melepaskan mahkotanya.
Tak berapa lama kemudian aku merasakan nikmat yang luar biasa dari
ujung kepala hingga ujung kemaluanku. Tubuhku menggelepar-gelepar di
bawah genjotan Hasan. Aku menjadi lebih liar dan menyedot-nyedot lidah
Hasan dan kupeluk tubuhnya erat-erat seolah takut terlepas.
"Ooh.. Oh.. Akhh..!" aku menjerit ketika hampir mencapai puncak
kenikmatan. Tahu bahwa aku hampir orgasme, Hasan semakin kencang
menggerakkan batang kemaluannya yang terjepit di liang kenikmatanku.
Saat itu tubuhku semakin menggelinjang liar di bawah tubuh Hasan yang
kekar. Tak lama kemudian aku benar-benar mencapai klimaks.
"Oohh.. Aauuhh.. Oohh..!" jeritku tanpa sadar. Secara refleks jari-
jariku mencengkrram punggung Hasan. Pantatku kunaikkan ke atas
menyongsong batang kemaluan Hasan agar bisa masuk sedalam-dalamnya.
Lalu kurasakan liang senggamaku berdenyut-denyut dan akhirnya aku
merasakan sedang melayang, tubuhku serasa ringan bagaikan kapas. Aku
benar-benar orgasme!! Gerakanku semakin melemah setelah mencapai puncak
kenikmatan itu. Hasan lalu menghentikan gerakannya.
"Enak kan Sayang.." bisik Hasan lembut sambil mengecup pipiku. Aku
hanya terdiam dan wajahku merona karena rasa malu dan nikmat. Hasan
yang belum mencapai klimaks membiarkan saja batang kejantanannya
terjepit dalam liang kemaluanku. Hasan sengaja membiarkan aku untuk
menikmati sisa-sisa kenikmatan itu. Aku kembali mengatur napasku,
sementara aku merasakan batang kemaluan Hasan mengedut-ngedut dalam
jepitan liang senggamaku. Tubuh kami berdua sudah mengkilat karena
peluh yang membanjiri tubuh kami berdua. Hanya kipas angin yang
membantu menyejukkan kamar kost mesum itu.
Setelah beberapa saat, Hasan yang belum mencapai klimaks kembali
menggerak-gerakkan batang kemaluannya maju mundur. Gerakannya yang
perlahan, lembut dan penuh perasaan itu kembali membangkitkan birahiku
yang telah sempat menurun. Kugoyangkan pinggulku seirama gerakan pantat
Hasan. Rasa nikmat kembali naik ke ubun-ubunku saat kedua tulang
kemaluan kami saling beradu. Gerakan batang kemaluan Hasan semakin
lancar dalam jepitan liang senggamaku.
Aku yang sudah cukup lelah hanya dapat bergerak mengimbangi ayunan
batang kemaluan Hasan yang terus memompaku. Hasan semakin lama semakin
kencang memompa batang kemaluannya. Sementara mulutnya tidak henti-
hentinya menciumi pipi dan leherku dan kedua tangannya meremas sepasang
payudaraku yang indah. Mendapat rangsangan tanpa henti seperti itu,
nafsuku kembali merambat naik menuju puncak. Dapat kurasakan bagaimana
kenikmatan mulai kembali menjalari seluruh tubuhku.
Bermula dari selangkanganku, kenikmatan itu menjalari putingku dan naik
ke ubun-ubun. Aku balik membalas ciuman Hasan. Pantatku bergerak
memutar mengimbangi batang kemaluan Hasan yang dengan perkasanya
menusuk-nusuk lubang vaginaku. Gerakan Hasan semakin liar dengan napas
yang mendengus tak beraturan. Pantatku kuputar-putar, kiri-kanan
semakin liar untuk menggerus batang kejantanan Hasan yang terjepit erat
di dalam lubang kenikmatanku.
Aku pun semakin tak bisa mengontrol tubuhku hingga kusedot lidah Hasan
yang menelusup masuk ke dalam mulutku. Tubuh Hasan mengejat-ngejat
seperti orang yang terkena setrum karena rasa nikmat yang luar biasa.
Kemudian jeritan panjang memenuhi ruangan kost itu saat aku mencapai
orgasme untuk yang kesekian kalinya. Sementara gerakan tubuh Hasan
mulai mengejat-ngejat tak beraturan.
"Ough.. Ough.. Ughh..!" Dengan napas yang terengah-engah, Hasan yang
berada di atas tubuhku semakin cepat menghunjamkan batang
kejantanannya. Lalu.. Crrtt.. Crrtt.. Crrtt.. Crrtt.. Crrtt.. Aku bisa
merasakan bagaimana batang kejantanan Hasan menyemprotkan air maninya
dalam kehangatan liang senggamaku. Matanya membeliak dan tubuhnya
berguncang hebat. Batang kejantanan Hasan pun mengedut-ngedut dengan
kerasnya saat menyemburkan air maninya. Aku bisa merasakan ada
semprotan hangat di dalam sana, nikmat sekali rasanya. Kami mencapai
puncak kenikmatan secara bersamaan.
"Teruss.. Teruss.. Putarr.. Sayanghh..!" dengus Hasan. Aku membantunya
dengan semakin liar memutar pinggulku. Setelah beberapa saat, tubuhnya
ambruk menindih tubuhku dengan batang kemaluan yang masih menancap pada
liang vaginaku. Kurasakan ada cairan yang mengalir keluar dari liang
kemaluanku. Napas kami menderu selama beberapa saat setelah pergumulan
nikmat yang melelahkan itu. Lalu kupeluk tubuh Hasan yang basah oleh
keringat, kuciumi seluruh wajahnya.
"Thank's ya San.. Kamu memang sangat perkasa.. Tita sangat beruntung
memilikimu.." bisikku di telinganya.
"Kak I'in juga.. Jangan menolak kalau lain kali aku pengen bercinta
lagi dengan kakak ya.." balasnya. Aku mengangguk perlahan.
Lima belas menit kemudian aku membersihkan diri di kamar mandi
sementara Hasan masih berbaring mengatur napasnya. Saat mengenakan
pakaian dan celana, Hasan masih mencuri kesempatan untuk meremas kedua
dadaku dan mencium bagian belakang leherku. Atas permintaannya, BH dan
CD yang kupakai saat itu kuberikan pada Hasan sebagai tanda mata bahwa
hubungan kami tak akan berhenti sampai di sini saja.
E N D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar