Saya ibu rumah tangga berumur 36 tahun yang sehari-sehari mempunyai
kegiatan terkait dengan kegiatan sosial yang kadang-kadang
menyelenggarakan kegiatan di luar rumah, termasuk rapat-rapatnya. Suami
bekerja di pemerintahan. Anak kami dua yang tertua berumur 14 tahun.
Saya sewaktu masih muda kadang-kadang ikut sebagai peragawati dan
kadang-kadang juga foto model, dengan tinggi badan 165 cm. Dengan
bagian-bagian tubuh depan dan belakang termasuk bagus. Berat badan
sekitar 47,5 kg. Orang bilang saya punya penampilan yang menarik dan
seksi terutama juga bibir saya. Apa yang saya akan ceritakan adalah
pengalaman saya yang menarik yang telah menjadikan hidup saya terpuaskan
lahiriah dan batiniah. Dan telah memperkuat kehidupan perkawinan kami.
Ceritanya berawal pada suatu peringatan ulang tahun suami kakak saya
kurang lebih dua tahun yang lalu, dimana banyak sudara-saudara yang
membantu dalam persiapannya. Ikut pula membantu keponakan saya Martin,
anak kakak saya yang lain lagi. Martin berumur 25 tahunan, masih kuliah,
berperawakan tegap atletis tinggi kurang lebih 1,7 m. Tampangnya cakep
dengan rambut hitam bergelombang. Termasuk seksi juga. Genit juga. Suka
mencuri-curi memandangi saya, sepert mau menelan. Kalau bertatap pandang
matanya sepertinya tersenyum. Kurang ajar juga pikiran saya, tetapi
terus terang saya juga senang. Anaknya simpatik sih. Kadang-kadang ada
juga pikiran, enak barangkali kalau mencium Martin atau
memeluknya/dipeluk. Kelihatannya ada setrum dan chemistry di antara
kami.
Sore itu kakak meminta saya untuk mengambilkan kue tart, karena tidak
ada yang bisa dimintai tolong. Karena tidak ada yang lain juga terpaksa
Martin yang mengantarkan dengan mobilnya. Apa yang terjadi adalah
ketika secara bersama Martin dan saya memungut dompet saya yang terjatuh
di garasi. Martin memegang tangan saya menarik dan mencium pipi saya
dengan senyum. Saya tidak bereaksi tetapi juga tidak marah tetapi
berusaha memberikan kesan kalau saya juga senang. Sikap saya yang tidak
menentang membuatnya kemudian mengulangi ciumannya dalam mobil ketika
berhenti di lampu merah. Kali ini ciumannya di mulut sambil menekankan
tangannya pada paha. Martin mencium dengan melumat dan memainkan
lidahnya. Meski ini bukan pengalaman saya pertama untuk dicium tetapi
saya tergetar seluruh tubuh dan merasakan ada rasa menggelitik dan
mengalir di kemaluan saya. Selintas terjadi pertempuran antara ya dan
tidak, antara pertahanan kejujuran terhadap suami melawan spontanitas
keindahan kemunculan gairah, dan nampaknya kejujuran akan terkalahkan.
Getaran terus menggebu sampai kesadaran muncul dengan reaksi mendorong
sambil menggumam, “Jangan di sini, jangan di sini, dilihat orang.” Terus
terang keinginan sangat besar untuk tidak menghentikannya, tetapi
memang tempatnya tidak tepat. Babak awal telah terbuka, dan cerita tidak
ingin terputus dan babak berikut perlu dipanggungkan secara
berkelanjutan.
Sepanjang proses pengambilan kue tart Martin pada kesempatan yang
memungkinkan selalu mencuri untuk mencium dan sesekali membisikkan
kata-kata, “You are beautiful,” dan terakhir menjelang sampai kembali ke
rumah dia bisikkan, “I want you,” sambil mencium telinga saya. Sekali
lagi saya tergetar sampai ke bawah. Melirik ke arah dia sambil senyum.
Saya harap Martin bisa menangkap senyum saya dan pandangan mata saya
sebagai tanda “OK”. Kami diam. Sesampai di pagar rumah saya bisikkan
pada Martin, “Telepon saya besok pagi.” Pesta ulang tahun berjalan
dengan lancar. Martin tetap mencuri-curi pandang pada setiap kesempatan.
Akhirnya semua pulang, saya pun pulang, bersama suami, dengan berbagai
perasaan seperti gadis yang jatuh cinta. Malam hari menjelang tidur
pikiran tidak bisa terlepas dari Martin. Gelitik dan kelembaban terasa
disela-sela paha. Karena pikiran dipenuhi Martin mata pun tidak bisa
terpejam. Mengharap pagi hari lekas datang. Gila kalau dipikir, kok bisa
tergoda, hanyut.
Keesokan harinya pagi-pagi Martin sudah menelepon. Untung bukan suami yang mengangkat. Singkatnya siang itu Martin dan saya lunch,
menikmati keberduaan dan kedekatan yang merangsang. Kami meninggalkan
dengan Martin memegang inisiatip yang kemudian berakhir di salah satu
motel di timur Jakarta, tanpa ada sikap keberatan atau protes dari saya.
Tanpa menunggu pintu kamar motel tertutup rapat, sambil berdiri saya
telah berada dipelukan Martin, melumat mulut dengan ciuman yang
berapi-api. Tangannya menjelajah keseluruh bagian tubuh saya. Ke bawah
rok menekan pantat saya dan menekankan badannya dan burungnya. Saya
menyerah, tangan saya pun jadi ikut menjelajah ke burungnya yang telah
sangat keras. Meremasnya dari luar dengan keinginan yang makin menggebu
untuk membukanya. “Gila nih, gila nih!” terngiang di benak, tetapi tak
mampu menyetop gairah yang sudah memuncak ini.
Setelah memastikan bahwa tidak akan ada gangguan dari room service
Martin menggiring saya ke tempat tidur tanpa melepaskan pelukannya.
Pelan-pelan dia tidurkan saya dan secara lembut mulai menciumi dari
telinga leher mulut, sambil kancing bacu dibuka, dan terus menciumi buah
dada saya secara bergantian kanan kiri, BH dilepas, dihisapnya puting
dan dijilatnya secara halus. Seluruh badan terasa kena setrum,
terangsang. Kewanitaan saya terasa basah karena memang saya mempunyai
kekhasan produksi cairan kewanitaan yang banyak. Martin pun memulai
membuka satu persatu bajunya, masih tertinggal CD-nya. Secara pelahan
Martin membuka bagian bawah rok sambil tak hentinya menciumi seluruh
bagian yang terbuka. Perut saya dia ciumi bermesra-mesra. Tangannya
menjalar juga keseluruh badan dan mendekap pada kewanitaan saya yang
telah membasahi CD, sambil mulut Martin mendesah penuh gairah. Saya
sudah tak bisa menahan kenikmatan yang rasanya sudah lama tak saya alami
lagi. Tangan Martin mulai dimasukkan ke dalam CD menulusuri kewanitaan
saya dengan menggerakkan jarinya. Gila setengah mati rasanya. Mau teriak
rasanya. Martin secara halus dan pandai memainkan seluruh badan dan
bagian-bagian peka saya. Kewanitaan saya mulai banjir merespon pada
rangsangan yang selangit. Gila benar rasanya.
Martin berlanjut dengan membuka CD dan memulai mengkonsentrasikan
perhatiannya pada kewanitaan saya. Diciumnya secara perlahan dengan
memainkan lidahnya dari atas ke bawah. Paha saya ditegakkan dan
dibukanya lebar-lebar. Diciumnya bibir kemaluan dengan bibirnya secara
penuh, dihisapnya secara berkali-kali sambil lidahnya memasuki
celah-celah kemaluan saya. Aduh gila rasanya selangit. Ganti dia hisap
klitoris secara halus. Dihisapnya, terus. Sampai saya tidak tahan dan
sampailah saya pada puncak. Terasa cairan mengalir. Disertai dengan
teriakan ringan tangan memeras rambut Martin. Ini menjadikan Martin
lebih lagi menggumuli lubang kemaluan saya. Dia benamkan dan usapkan
seluruh wajahnya pada kemaluan saya yang basah dengan desahan kepuasan.
Saya sudah tidak bisa lagi menguasai diri dan terasa selalu tercapai
puncak-puncak yang nikmat. Gila benar. Belum pernah saya dibeginikan.
Pintar sekali si Martin ini, sepertinya pengalamannya sudah banyak. Saya
hanya bisa menggerakkan kepala ke kanan kiri dengan mata terpajam mulut
terbuka, dengan suara mendesah keenakan. Gila benar. Selangit.
Kini giliran saya. Martin saya tarik ke atas. Kini batang kemaluannya
terasa menekan paha saya. Martin saya balikkan dan batang kemaluannya
saya genggam. Wah besar juga dan kencang lagi, sudah basah pula.
Langsung saya hisap dengan gairah. Lidah saya permainkan di ujung
kemaluannya sambil dikeluar-masukkan. Martin mengerang. Setelah kurang
lebih sepuluh menit Martin melepaskannya. Dia lebih menghendaki keluar
di liang kemaluan saya. Kini dia di atas saya lagi dengan posisi batang
kemaluan di depan lubang kemaluan. Dengan ujungnya digerak-gerakkan di
bibir kemaluan ke atas ke bawah. Enak sekali. Mabok benar. Kemudian
secara perlahan masuklah batang kemaluan ke lubang kemaluan saya dan
terus menekan sampai terasa penuh sekali, dan terasa sampai di dasar
rahim. Gila rasanya benar-benar selangit. Tidak pernah rasanya seenak
seperti ini. Martin menekan terus sambil menggoyang-goyangkan pantatnya.
Gila! Enak benar! Terus dia putar-putar sambil keluar masuk. Sampai
saya lebih dulu tidak tahan dan sampai di puncak, keluar dengan
meledak-ledak terasa melayang kehilangan nafas sampai terasa hampa
saking nikmatnya. Kemaluan saya terasa basah sekali. Martin masih terus
memompa dan belum mau menyelesaikan cepat-cepat. Batang kemaluannya
masih diputar dengan keluar masuk di lubang kemaluan, sehingga saya pun
tidak tahan keluar lagi, yang ketiga atau yang keenam dengan yang keluar
karena dihisap tadi. Gila benar! Seluruh badan basah rasanya. Sprei
sudah basah betul dari cairan kewanitaan saya.
Martin masih terus menekan, memutar, menggaruk-garuk dan mencium
sekali-sekali. Ciumannya di telinga bersamaan dengan tekanan batang
kemaluan di dalam lubang kemaluan saya sungguh membuat seluruh badan
menggigil nikmat dan membuat saya keluar secara dahsyat. Kemaluan saya
terangkat menyongsong tekanan batang kemaluan Martin. Gila benar,
sungguh nikmat tiada tandingan. Akhirnya Martin mulai menggerang-ngerang
berbisik mau keluar. Dengan tekanan yang mantap keluarlah dia dengan
semprotan yang keras ke dalam liang kemaluan saya. Hangat, banyak dan
terasa mesra dan memuaskan. Oh Tuhan, sungguh tak ada tandingannya. Dia
remas badan saya dengan menekankan bibirnya pada bibir saya. Hampir
habis nafas. Kehangatan semprotan Martin menggelitik lagi kemaluan saya
sehingga orgasme saya pun keluar lagi yang kedelapan menyusul semprotan
Martin. Kami bersama-sama keluar dengan nikmat sekali. Sesaat terasa
pingsan kami. Setelah selesai terasa kepuasan yang menyeluruh terasakan
di badan. Pikiran terasa terlepas dari semua masalah dan hanya
keindahanlah yang ada. Kami masih berpelukan menikmati tanpa kata-kata,
sambil memulihkan kembali energi yang telah tercurahkan secara intensif.
Kami tertidur sejenak. Siuman setelah sepuluh menit dengan perasaan
yang lega, dan puas.
Meski demikian rasa mengelitik, gatal-gatal kecil masih terasa di
kemaluan saya, seolah belum puas dengan kenikmatan yang begitu hebat.
Tangan saya mendekap batang kemaluan Martin mengusap-usapnya sayang.
Ingin rasanya batang kemaluan Martin memenuhi lagi di lubang kemaluan
saya. Bibir tidak bisa menahan, saya tarik batang kemaluan Martin dan
mulai meluncur ke bawah dan menghisapnya lagi dengan kasih sayang,
diliputi bau campuran antara cairan saya dan mani yang terasa sedap.
Kemaluan Martin terasa sangat lunak tidak segagah tadi. Serasa menghisap
marshmallow. Tetapi hal itu tidak berlangsung lama karena secara
perlahan batang kemaluannya mulai membengkak dan menyesaki mulut.
Sekali lagi kewanitaan saya tergelitik. Tanpa bertanya saya bangkit
jongkok di atas Martin dan memasukkan Martin pelan-pelan. Seluruhnya
masuk terasa sampai di ujung perut dan mulai menggelitik G-spot. Ganti
saya pompa ambil kadang merunduk memeluk Martin dan menciumnya. Kadang
sambil duduk menikmati penuhnya di kemaluan saya. Rasanya enak sekali
karena saya yang mencari posisi yang terenak untuk saya. Setelah
beberapa waktu merasakan kenikmatan yang masih datar, kenikmatan mulai
memuncak lagi dan terus memuncak sampai akhirnya sampai puncak
tertinggi. Meledak-ledak lagi orgasme dengan teriakan-teriakan nikmat.
Yang ternyata diikuti oleh Martin dengan semprotan kedua. Tangannya
memeluk erat-erat dengan gerangan pula. Gila enaknya sungguh sesuatu
yang belum pernah saya rasakan sebelumnya. Ini kali rasanya surga dunia.
Kalau bisa maunya seharian begini terus rasanya. Gila! Gila benar,
sungguh nikmat memuaskan.
Tetapi kami harus pulang. Saya kembali ke rumah, ke suami dan
keluarga saya. Dengan suatu pengalaman yang tak terlupakan selama hidup.
Sepanjang jalan kami diam tetapi tangan saling memegang. Malamnya
menjelang tidur, sekali lagi kemaluan saya menggelitik dengan ingatan
pengalaman siang tadi tidak bisa hilang. Ini memang pembawaan saya yang
orang barangkali mengatakannya sebagai maniak seks, histeris, multi
orgasme, kelaparan terus. Sekali terbuka lebar dan dirangsang maunya
terus dipenuhi. Sejauh ini dengan suami tidak pernah tercapai apa yang
Martin bisa lakukan. Kepuasan dengan suami sama-sama tercapai tetapi
kepuasan yang tidak mendalam seperti Martin. Suami yang lekas selesai
menjadikan “bakat” saya tidak berkembang. Sekarang yang ada hanya suami
di samping saya. Saya merengek minta pada suami dengan tangan meraba
burungnya dan memijat-mijatnya halus. Dia tertawa sambil mengejek,
“Gatel nih ya.” Dalam hati saya bilang memang gatal. Saya mencoba
menikmati penetrasi kemaluannya dengan membayangkan kemaluan Martin.
Kewanitaan saya, saya goyangkan mencari spot yang nikmat sambil
mendekap. Dia menekan menarik beritme sampai kemudian saya mencapai
puncak dulu diikuti dengan semprotan maninya. Selesailah sudah. Kemaluan
saya masih ingin sebetulnya, tetapi dia biasanya sudah tidak bisa lagi.
Jadinya tanganlah yang bergerak “Self Service”. Memang penyakit saya
(atau karunia) ya itu. Sekali sudah diobok-obok tidak bisa berhenti.
Saya tidur dengan nyenyak malam itu.
Seperti yang bisa diduga pertemuan saya dengan Martin berlanjut.
Semua fantasi seks dan impian-impian tak ada yang tidak kami wujudkan.
Sungguh sangat-sangat nikmat. Teknik kami makin sempurna dan Martin bisa
membuat saya orgasme sampai tiga belas kali. Pada kesempatan lain akan
saya ceritakan pengalaman-pengalaman kami yang aduhai. Semoga saya tidak
jatuh cinta dan menghendaki hubungan yang lebih dalam, dan mengacaukan
rumah tangga saya yang sudah ada. Saya hanya mau seksnya. Sama seperti
Martin juga. Sehingga dari luar, partner seks saya resmi adalah suami.
Dibalik itu Martin lah yang menjadi pemuas seks dan fantasi saya dan ini
telah berjalan selama dua tahunan. Dua kali dalam seminggu paling
sedikit. Suami tetap dilayani seminggu sekali, kadang sepuluh harian
sekali. Saya merasa bahagia dengan pengaturan sedemikian. Keluarga tetap
tidak terganggu. Hubungan dengan anak-anak dan suami tetap seperti
biasa, bahkan kehidupan seks dengan suami menjadi lebih baik. Ternyata
selingkuh ada manfaat dan kebaikannya juga.
TAMAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar