Kami memasuki sebuah kamar vvip yang sangat mewah. Sepanjang jalan tak lepas-lepasnya Mas Rudi meremasi tanganku sambil merapatkan tubuh harumnya ke tubuhku. Semua suasana dan kondisi ini membuat aku tak sempat lagi bertanya. Aku menerima begitu saja apa yang terjadi. Bahkan aku sadar aku mulai memasuki gerbang yang selama ini tabu bagiku. Aku telah berada di tengah-tengah nalar selingkuh yang penuh ingkar janji setiaku pada suamiku.
Kehausan dan obsesiku sendiri selama ini, yang kemudian dipicu oleh pertemuannya dengani Cecep sopir taksi itu benar-benar mematangkan situasi dan hasrat libidoku. Aku kini bukan hanya telah larut, bahkan aku serasa ingin cepat menggapai nikmatnya badai birahi bersama Mas Rudi. Nafsu syahwatkulah yang menjawab dengan hangat setiap remasan tangannya.
Sesaat kami berpandangan dan saling melepas senyuman sebelum akhirnya kami saling berpagut. Aku gemetar. Sungguh merupakan sensasi hasrat seksualku. Inilah peristiwa pertama dalam hidupku. Aku menyadari bahwa yang kini memeluk dan mencium atau yang kupeluk dan kucium bukanlah Mas Pardi suamiku. Aku menyadari bahwa kini aku sedang berselingkuh meninggalkan janji kesetiaanku pada suamiku.
Kami lama berpagut saling menukar lidah dan ludah. Sungguh hebat nikmat perselingkuhan ini. Aku jadi ingat masa kecilku dulu. Bagaimana nikmatnya mencuri jambu tetangga. Jambu yang relatip muda belum manis itu terasa lebih nikmat dari jambu yang benar-benar masak kiriman tetangga pemilik jambu itu. Dan itu yang kini sedang melanda aku. Kenikmatan mencuri. Mungkin mencuri itulah penyebab nikmatnya.
Demikian pula 'selingkuh'. Pada saat selingkuh ini kita menghadapi berbagai ancaman. Kemungkinan suatu saat ketahuan karena ada yang melihat dan melapor dan 'rasa dosa' atas ingkarnya janji. Rasa dosa yang akan terus mengejar kita bisa membuat penderitaan tersendiri. Namun sebagaimana yang sedang melanda hasrat seksualku kini, semua ancaman itu rasanya aku abaikan. Que serra serra, begitulan orang Spanyol bilang. Terjadilah apa yang musti terjadi, pokoknya selingkuh jalan teruuss..
Kurasakan remasan tangan Mas Rudi pada bahuku. Remasan itu mengantarkan aku menjenjangi birahiku. Jantungku berdegup kencang. Kini aku dalam pelukan nikmat curian dari lelaki yang bukan suamiku. Dan aku terhanyut deras tanpa pertimbangan.
Lumatan lidah Mas Rudi sungguh memabukkan. Aku rasakan betapa pipi dan dagunya yang baru bercukur terasa kasar merangsang saraf-saraf birahiku. Aku sepertinya terlempar keawang-awang. Nggak tahu untuk turun di mana nantinya. Yang kulakukan adalah mengikuti naluri dan refleksku, memperkuat rangkulan dan gantunganku pada lehernya. Aku rasakan tangan-tangan Mas Rudi sibuk melepasi blazer-ku. Dan dilemparkannya begitu saja ke sofa di samping pintu. Memang aku menjadi lebih nyaman.
Tangannya yang kekar mulai merogoh blus dan kurasakan saat jari-jarinya menyentuh merabai pentilku. Buah dadaku diremasinya. Perasaanku tak terkatakan. Nikmatnya berselingkuh, lelaki yang bukan suami memerosoti baju dan meremasi susu, dduuhh.. Aku langsung sanja menyerah karena kemikmatan yang tak terhingga ini. Aku benamkan wajahku ke lehernya sambil merintih.
"Mm.. Mas Rudii.. Amppunn.. Nikmat banget seehh..." aku menyapukan lidahku pada lehernya. Gelegak nafsu yang tak terbendung. Aku telah kehilangan rasa takut dan malu. Aku menjerit dan meracau,
"Mmaass.. Maass.. Hheecchh..." sambil lidahku terus menjilat dan bibirku mengecupi leher Mas Rudi. Hal ini membuat remasan tangannya pada payudaraku lebih menggila. Dia lepasi blusku dan kembali dilemparkannya ke sofa. Kini aku telanjang dada. Mas Rudi langsung menyungsepkan wajahnya ke dadaku. Dia mulai mengulum pentilku dan menete bak bayi manja.
Gelinjangku tak tertahankan. Aku menggeliat-geliat dan naluri syahwatku menuntun pinggul dan pantatku menggoyang dan menekan arah selangkangan Mas Rudi. Di sana aku merasakan tonjolan besar mengganjal selangkanganku. Aku pastikan Mas Rudi telah sangat terangsang birahinya. Dan 'kehausan'-ku mendorong tanganku untuk merabai kemejanya, menyusup ke dalamnya dan menjamah punggungnya yang gempal macho itu.
Dengan tetap berdiri merapat pada daun pintu Mas Rudi kembali memeluk erat pinggul dan bahuku, untuk memberi kesempatan tangan-tangan lentikku melepasi dasi dan kancing kemejanya. Aacchhzz.. Betapa menggelitik birahiku saat lidahnya menjilat kemudian bibirnya melumat leherku. Aku rasa cairan vaginaku sudah mulai terdesak membanjir keluar.
Saat kulepasi kemejanya, yang di hadapanku dan dalam pelukanku kini adalah dada bidang lelaki yang sangat jantan. Kurabai bisepnya, tanpa kusadari dalam meraba itu aku mendesah. Sentuhan syahwat begitu merangsang nafsuku. Aku ingin menjamah apapun yang bisa kujamah dari tubuh Mas Rudi. Aneh, tiba-tiba aku menjadi liar. Sangat liar. Dalam kondisi macam itu tak terpikirkan sama sekali olehku dimana dan bagaimana Mas Pardi suamiku kini.
Bibir Mas Rudi menjalari pori leherku. Sepertinya aku tak lagi menginjak tanah. Perasaan melayang dalam alun badai nikmat yang tak terhingga. Yang kudengar hanyalah degup jantungku sendiri dan kecipat kecupan bibir-bibir Mas Rudi yang terus melata.
Aku merasakan tangan Mas Rudi mulai menggerilya gaun bawahku. Ada kancing dan tali lembut yang dia lepaskan dan urai. Nafsuku menggelegak. Rasanya aku sedang dalam pintu pembantaian nikmat syahwatku. Desah dan lenguhku menyertai terampilnya tangan Mas Rudi hingga seluruh gaunku merosot ke lantai. Dinginnya AC kamar mewah terasa sekali di tubuh setengah telanjangku. Namun hanya sesaat.
Dingin itu langsung lenyap saat lidah dan bibir Mas Rudi kembali menjilat dan menyedoti pentilku. Kali ini aku merasakan lebih merangsang nafsuku karena aku hampir bugil kecuali celana dalamku yang tinggal.
Wajahnya diusel-uselkan ke belahan dadaku. Jangan tanya rasanya. Glyeerr.. Rasa stroom listrik menyentak dan menjalar ke seluruh tubuhku. Aku menahan gejolak dengan mengaduh nikmat. Menutup mata sambil menengadahkan muka ke langit-langit merasakan betapa aliran syahwat nikmat itu menelusur kemudian membakar seluruh saraf-saraf lembut tubuhku. Aku menggelinjang hebat.
Dalam posisi mendekap sambil menyedoti payudaraku di bawah sana, di antara pahaku mulai kurasakan batang panas yang didesak-desakkan ke arah vaginaku. Aku rasakan, kejantanan Mas Rudi mulai beringas mencari sarangnya. Tanpa sepengetahuanku Mas Rudi ternyata telah berbugil. Ahh.. Sungguh terampil dan berpengalaman.
Dan akhirnya celana dalamku juga direnggut oleh tangan-tangan kokoh Mas Rudi. Sambil memelukku dengan tetap berdiri bersandar pada daun pintu dia melolosi seluruh busanaku. Kami benar-benar telah berbugil. Tubuh hangatnya menggelitik tubuhku. Gelombang kontur tubuhnya merapat kurasakan bersentuhan dengan gelombang kontur tubuhku. Sambil terus berpagut saling lumat dan jilat kami beradu keringat dan aroma tubuh dalam kamar mewah hotel ini.
Tanganku diraihnya. Dia tuntun untuk menjamah kemaluannya. Aku tergetar. Seumur-umur belum pernah aku menyaksikan kemaluan lelaki kecuali milik Mas Pardi yang suamiku. Kini bukan hanya melihat. Mas Rudi ingin aku merabai dan menggenggam kontolnya.Kurasakan tanganku gemetar saat turun dibimbing tangan Mas Rudi. Dan ketika
akhirnya aku menyentuhnya, yang kurasakan awalnya adalah daging liat yang hangat
dan berdenyut-denyut. Aku merabai dan tak ayal menggenggamnya. Ampunn..
Kurasakan seperti menjamah jagung manis di counter sayur Carrefour. Panjang
dan.. duuhh.. gedenya begitu terasa dalam genggaman.. Tersentuh pula
bulu-bulunya yang terasa lebih kasar dan kaku dari milik Mas Pardi.Mungkin ukurannya 2X ukuran suami ku.
Aku bergidik akan besar dan kenyalnya. Nafsu syahwatku menggelegak. Tak bisa kubayangkan nikmat yang bakal melandaku saat batang ini nanti menembusi memekku. Tanganku mencoba mengelus dan mengurutinya. Aku meremas-remas dengan penuh gemas.
Dengan sedikit beringsut hingga posisi Mas Rudi mendekap aku dari arah belakang dengan tangan kekarnya Mas Rudi merabai pahaku untuk kemudian meraih dan mengangkatnya tinggi-tinggi hingga hampir menyentuh dadaku. Bersamaan dengan bibirnya yang melepaskan jilatan dan pagutan pada leher dan bahuku pinggulnya bergerak menggoyang maju mundur menggesek-gesekkan kemaluannya hingga menyentuhi gerbang kemaluanku. Hebat. Dari arah belakangpun ternyata aku merasakan kenikmatan yang sungguh sensasional.
"Adduuhh.. dduuhh.. aamppuunn.. Mmaass Rrudi..."
Kemaluannya terasa mendesaki bibir vaginaku. Dan rasa gatal birahi langsung menyergapku. Aku tahu kemaluanku saat ini telah sangat membasah. Alunan rayu, gesek, sentuh, lata dan kecup dengan disertai geram, perih, rintih dan kecupan telah demikan merangsang hasrat syahwatku. Akibatnya cairan birahiku tak mampu kubendung, Itulah yang kini menerima gesekkan dari penis Mas Rudi. Dan aku pasrah.
Kini pahaku yang telah terangkat untuk membuka gerbang kemaluanku. Akankah Mas Rudi akan memasukkan kontolnya ke kemaluanku dengan tetap dalam posisi berdiri dan bersender pada daun pintu ini? Namun pertanyaan itu tak pernah terjawab. Gelitik nafsu birahi dan rangsangan syahwat yang dahsyat telah membuat segalanya jadi mungkin. Aku merasakan ujung ****** Mas Rudi telah menggelitik dan mendesaki bibir vaginaku. Aku pikir ini luar biasa. Sungguh sangat merangsang keingintahuan birahiku. Dengan mendatangi dari arah belakang, kemaluan Mas Rudi bisa menembusi lubang vaginaku. Artinya betapa panjang kemaluan itu.
Dan dengan beberapa kali mendesak dan menghentak, menggerakan maju mundur pantatnya untuk mendorong kemaluannya mendesaki kemaluanku, akhirnya bibir vaginaku merekah menerima kehadiran ****** ini.
"Add.. Aduuhh.. Amm.. Ppuunn.. Zzhh.. Maazz Rruudi.. Eenhaakk bhaangeett.. Teeruzz.."
Aku langsung melayang dalam mabok nikmat syahwatku. Secara refelks pantatku bergerak menggoyang menjemputi rasa gatal yang tak terkatakan. Dinding-dinding vaginaku rasanya menuntut garukan-garukan. Dan berharap batang ****** Mas Rudi yang terasa mulai melesak ini menggaruki kegatalan syahwatku. Aku berteriak dan mendesis, sementara Mas Rudi langsung memberikan serangan nikmat susulan. Bibirnya memagut leherku dan melumatinya. Aku hanya mendesis menahan nikmat sambil menggeliat ke arah belakang. Aku berusaha mencari sesuatu yang bisa kupegang.
Yang kemudian terjadi adalah ayunan pompaan yang mendera kemaluanku. ****** Mas Rudi merambah semua sudut-sudut vaginaku dan merangsang saraf-saraf pekaku. Aku histeris. Dengan segala upaya dan cara menggenjot balik pompaan ****** Mas Pur. Rasanya seluruh lubang vaginaku telah mencengkeram ketat dan legit ****** gede ini. Daann..
"Amppunn.. Aku tak sanguupp Maazz.."
Dengan cengkeraman pada rambutnya yang langsung membuat bibirnya menerkam dan menyedoti bahu, lengan kemudian lembah ketiakku mendorong aku dengan kilat meroket menuju puncak syahwatku. Dengan kelojotan pinggulku aku kembali menjambaki sambil merasakan bagaimana tegang dan peka urat-urat saraf vaginaku dirambati datangnya orgasme. Yaacchh.. Aku mendapatkan orgasme yang sangat nikmat dari Mas Rudi. Orgasme yang jarang kudapatkan saat aku berhubungan dengan Mas Pardi.
Ini adalah pengalaman orgasme terpanjang yang belum pernah aku alami. Rasanya seluruh sendi-sendi dan saraf-sarafku dilolosi dari akarnya. Aku terjatuh lunglai.
Namun ternyata Mas Rudi masih penasaran dan terus memacu. Dia semakin ganas. Tanpa memperhatikan kelelahanku dalam posisi rubuh, cepat diraihnya tubuhku sehingga aku seperti bayi yang sedang merangkak. Dengan bertumpu pada kedua sikutku aku nungging menanti apa yang Mas Rudi perbuat. Rambutku telah balau. Keringat tubuhku membuat mukaku setengah telungkup tertutup oleh rambutku yang terurai.
Aku merintih pelan saat kurasakan kembali ****** Mas Rudi menggelitik dan mendesaki kemaluanku yang semakin becek. Kembali dari arah belakang macam ****** kawin, Mas Pur memasukkan kemaluannya dan menusukki vaginaku kembali. Kali ini tingkah Mas Pur liar dan buas banget. Dia raih rambutku dan dijadikannya tali kekang sambil memompakan kemaluan besar dan panjangnya.
"Ayyoo.. Jeng Tatii.. Puaskan akuu.. Ayoo.. Enak khan..? Kontolku gedee.. Yaa.. Enak khan kontolkuu..? Pasti lebih enak dari pada milik suamimu khaann..?? Ayyoo.. Jengg Tattii..." Mas Rudi terus meracau saat menapaki puncak syahwatnya.
Aku tahu dia sedang keadaan trance penuh nikmat birahi. Pasti rasanya seperti melayang-layang tanpa batas. Aku harus membantu agar dia benar-benar tuntas mengalami ejakulasi. Aku harus membantunya agar sperma bisa sebanyak mungkin terkuras habis. Aku tahu bagaimana cara itu,
"Oocchh Maass Puurr.. Enaakk bangett.. Enak banget ****** Mas rrudi.. Aku nggak tahan Maass.. Tatii mau ****** Mas Rudi selamanya.. Oocchh..".
Dan ternyata desah dan rintihku benar-benar telah mendongkrak puncak birahinya. Mas Rudi mempercepat genjotannya. Aku mulai merasakan pedih perih.. Rasanya bisa jebol memekku ini.
Tusukkan-tusukkannya itu menyentuh dinding rahimku. Dan hal itu justru membangkitkan kembali gairah syahwatku. Aku dilanda kenikmatan nafsu birahi yang hebat kembali. Bahkan aku juga kembali ikut menjemputi ****** gede itu dengan segala nikmat syahwatku. Ruang vaginaku mencengkeram ketat legitnya batang kemaluan Mas Rudi membuat aku lupa segalanya. Ketika pompaan semakin cepat yang menandai Mas Rudi mendekati puncak syahwatnya aku merintih dalam nikmat tinggi.
"Mas Ruudd.. Enhakk bangett.. Mas Ruud.. Enhaakk bangett.. Mas Ruudi..." sambil aku terus menggoyang pinggulku menjemputi pompaan kemaluannya yang semakin legit ini.
"Enak mannaa sama ****** suamimu.. Hheecchh?? Enak maannaa sama ****** suamimu heecchh?? Enaakk maannaa..??" merintih dan mendesah bersamaan terlontar dari bibirku.
"Enhhaak Mas Rudi punyaa.. Enhhaak punyaa Mas Ruudiii..." kata-kata itu membuat Mas Rudi langsung rebah mendekap tubuhku telanjangku.
Kedua tangannya meremasi toketku sambil bibirnya menyedot keras punggungku. Dan kontolnya yang demikian keras berpacu dalam vaginaku kurasakan menembakkan cairan yang sangat panas. Dan akhirnya datang juga. Mas Rudi menjambak keras rambutku dan menariknya seperti menghela kuda tunggangnya. Dengan teriakkan histerisnya kurasakan kedutan besar mengisi rongga memekku. Kedutan itu memancarkan cairan panas. Kemudian disusul kedutan-kedutan berikutnya. Berliter-liter air mani Mas Rudi langsung memenuhi vaginaku. Mas Rudi masih terus memacunya hingga keringatnya luluh membasahi tubuh-tubuh kami sebelumnya akhirnya rebah telentang ke lantai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar